Barber shop

Ryeonseung Seunoo lima tahun Fluffy gemes kayak meiri

Hari ini hari libur. Seungwoo dan Seungyoun menghabiskan waktu bersantai dirumah. Seungyoun juga tidak membawa pekerjaannya ke rumah karena sudah selesai semua. Pagi ini, setelah sarapan keduanya mandi bersama. Berendam di bathtub saling menggosok punggung. Bermain bebek karet dan gelembung sabun. Setelah mandi, mereka bermain bersama si kucing Garfield , memandikannya , menyisir bulunya dan memberinya makan. Setelah itu mereka menonton kartun kesayangan Seungwoo di akhir pekan . Pororo , Tayo , Spongebob Squarepants dan yang lain sebagainya.

Seungwoo duduk dipaha Seungyoun, memainkan Hancho kecil dipelukannya sambil bersandar pada bahu Seungyoun. Seungwoo menatap fokus pada televisi sedangkan Seungyoun asyik dengan sosial medianya setelah memposting foto Seungwoo yang berada di pangkuannya.

“Poni Seunoo sudah nyolok mata sayang. Potong rambut yuk? Bareng sama Seungyounie”

Seungwoo menggeleng ribut. “Hey kok gak mau potong rambut? Lihat sudah panjang begini.. nanti matanya gatal lho sayang”

“Tidak potong tidak!”

“Kenapa tidak mau?”

“Tidak!!! Sakit”

Seungyoun mengernyitkan dahi lalu tertawa kecil,“sakit gimana sih? Potong rambut sayang, gak sakit”

Bibi Lim berjongkok sembari menaruh teh hangat dan susu coklat juga cookies untuk tuannya, “kalau ke salon yang direkomendasikan nona Sunhwa, tuan Han tidak suka. Hairstylist nya gemas terhadap beliau, jadi pipinya kadang suka dicubit-cubit , Tuan Han jadi risih” ujarnya sambil tersenyum.

Seungyoun tertawa sambil memeluk tubuh Seungwoo. “Aigoo kasian sekali suamiku hm? Sakit dicubiti ya pipinya? Kita potong rambutnya jangan disana deh. Ditempat langganan Seungyounie yuk?”

“Tidak mau!!!!!!!” Seungwoo menjerit kecil sambil mempoutkan bibirnya. Matanya menatap kesal pada Seungyoun. Dia tidak percaya tukang cukur rambut manapun.

“Poninya sudah panjang begini sayang, nanti gatal matanya”

“Bando saja”

“Masa terus-terusan pakai bando ? Potong ya? Janji deh gak dicubiti. Ya? Mau ya? Ayo dong Seunoo kan anak baik ya? Mau ya?” Seungyoun membawa jemarinya mengelus lembut wajah Seungwoo. Pipi gembil dan dahinya ia usap. Dikecupnya bibir Seungwoo singkat lalu tersenyum meyakinkan.

“Crayon”

“Mau beli crayon? Memangnya sudah bosan dengan cat air?”

Seungwoo mengangguk. Seungyoun tersenyum teduh lalu kembali mencium bibir merah suaminya itu. “Baiklah. Kita beli crayon setelah itu kita potong rambut ya? Janji deh tidak sakit”

Seungwoo mengulurkan kelingkingnya dengan raut wajah masih setengah kesal, lalu Seungyoun dengan senang hati mengaitkan kelingking keduanya sambil mengecup dahi Seungwoo lembut, “janji. Yuk siap-siap dulu”

Membawa Seungwoo ke salon atau barber shop ternyata tidak semudah yang ada dibayangan Seungyoun. Seungwoo terus merengek minta tidak usah potong rambut, melempar Hancho padanya karena terus memaksa, menangis kencang selama perjalanan , dan meminta ingin pulang. Seungyoun menyesal tidak ajak bibi Lim.

Seungwoo masih sesenggukan meskipun tangisnya sudah tidak terlalu kencang. Seungyoun memeluknya dengan sebelah tangannya. Membiarkannya bersandar pada dirinya. “jangan menangis dong. Seungyounie jadi ikut sedih nih”

“J-janganㅡhiks”

“Jangan nangis lagi ya? Seungyounie sedih.”

Lalu Seungwoo membetulkan letak duduknya, menangkup rahang Seungyoun dilampu merah , mencium bibirnya singkat sambil meminta maaf. “Seunoo maaf Seungyounie.. nakal Seunoo nakal. Tidak baik” ujarnya sendu. Seungyoun tersenyum sambil mengangguk, “jangan nangis lagi ya?”

Seungwoo mengangguk pelan lalu kembali bersandar pada bahu Seungyoun sambil menatap jalanan. Hari ini akan agak berat bagi Cho Seungyoun.

Sesampainya di barber shop, Seungyoun segera menuntun tangan Seungwoo yang berjalan pelan dibelakangnya, membuka pintu kaca itu sambil mengucap salam. Lalu segera menemui temannya , yang mana adalah owner dan hairstylist tempat ini.

“Hallo Cho Seungyoun..”

“Hai Jimin. Lama tidak berjumpa”

“Tumben tidak sendiri?”

Seungyoun menarik tubuh Seungwoo halus lalu merangkulnya, “ini suamiku. Namanya Han Seungwoo. Seungwoo , kenalkan ini Jimin temanku.”

Seungwoo menunduk malu sambil meremas ujung bajunya, “H-han Seungwoo..” cicitnya. Jimin memekik gemas lalu memeluk Seungwoo kuat-kuat, “astagaaaaaa lucu sekali! Seungyoun kok bisa sih menikahimu?”

Oh damn. Seungwoo makin tidak mau potong rambut begini caranya.

Sesuai dugaan. Setelah pelukan itu Seungwoo semakin takut potong rambut. Takut di cubiti lagi. Ia menangis lagi sambil minta pulang, menggeleng ribut setiap kali dibujuk. Jimin meminta maaf atas pelukannya yang membuat Seungwoo kaget lalu tertawa canggung setelah Seungyoun melayangkan death glarenya.

Seungyoun menangkup pipi Seungwoo sambil mengusap air matanya, “Jimin sudah meminta maaf. Jangan menangis lagi. Hey dengarkan ini, orang lain itu suka sama Seunoo makanya Seunoo dipeluk, dicubit pipinya begitu, karena orang-orang gemas sama Seunoo. Seunoo kan anak baik ya? Cantik dan tampan begini. Pintar juga kan? Jangan menangis lagi ya? Seungyounie dan Jimin jadi sedih”

Seungwoo sesenggukan sambil menatap Jimin yang tersenyum canggung, “maafkan Jimin ya Seunoo?”

Lalu Seungwoo mengangguk,“M-maaf hiks Seunoo maaf”

“Tidak usah minta maaf.. kan Jimin yang mengagetkan Seunoo. Sekarang Seunoo duduk ya? Kita potong rambutnya?”

Lalu tanpa perlawanan lainnya, Seungwoo duduk dikursi yang disediakan lalu Jimin mulai memotong rambutnya.

Seungwoo membiarkan Jimin mengerjai rambutnya sedemikian rupa, netranya tetap berfokus pada tablet Seungyoun yang menampilkan film kartun yang biasa ia tonton. Seungwoo jadi lebih tenang meskipun memang masih was-was. Seungwoo tidak tahu sebelumnya kalau orang-orang merasa gemas padanya, karena itu mereka mencubiti pipi Seungwoo. Awalnya ia kira orang itu juga benci padanya seperti orang-orang, makanya mencubit.

“Mau diwarnai tidak?”.

“Heh jangan mengada-ada. Potong saja , rapikan lalu creambath”

“Aku bertanya pada seungwoo bukan padamu”

“Diakan suamiku, aku bertanggung jawab atas dirinya”

Jimin memutar mata sambil tetap memotong rambut Seungwoo. Kepala Seungwoo terantuk kebawah, menandakan bahwa anaknya mengantuk dan nyaris tertidur.

“Yak! Cho Seungyoun, pegangi dulu suamimu, dia tertidur”

Seungyoun yang asyik membaca majalah akhirnya berjalan dan berjongkok didepan Seungwoo yang ternyata memang sudah memejamkan mata. Seungyoun tertawa geli lalu menangkup wajah Seungwoo agar tetap menengadah dengan pelan-pelan dan lembut. Seungwoo ini selalu saja ada kelakuan baru yang lucu setiap harinya yang ia lakukan. Sengaja ataupun tidak. Seungyoun rela kesemutan karena berjongkok lama. Asal demi Seungwoo.

Seungyoun mengecup pipi Seungwoo lembut sambil tersenyum lalu mengusap pipinya dengan jempol. Seungwoo ini meskipun tidur , lucunya tidak luntur.

“Seungyoun... Kenapa kau mau menikahinya? Diaㅡ sakit,kan?”

Seungyoun menghela nafas panjang lalu mengangguk, “iya sih. Tapi aku tidak menyesal. Memang aku egois, menikahinya untuk gaji dan jabatan yang lebih tinggi, tapi lama kelamaan aku memang jatuh cinta padanya. Tidak peduli dia sakit atau tidak, dia cacat atau tidak, dia perempuan atau laki-laki, yang aku cintai itu dirinya. Dan aku bersyukur menikahinya.”

“Maaf ya bertanya begitu. Maaf juga tidak hadir dalam pernikahanmu”

“Memangnya aku mengundangmu? Aku tidak ingat”

“YYAK! BEDEBAH CHO! KAU TIDAK MENGUNDANGKU? KAU FIKIR SIAPA YANG SELALU ADA UNTUKMU SEJAK SMA HAH?”

Seungwoo merengek kecil disela tidurnya karena kaget akan pekikan suara Jimin yang membuat Seungyoun berdecak marah, “yyak! Pelankan suaramu! Suamiku tidur”

“Iya iya maaf. Lagian kau cari gara-gara”

“Aku tidak akan datang juga kalau kau menikah. Jadi kita impas”

“Terserah kau saja. Aku muak”

“Aku juga sayang kok, makasih ya sudah selalu ada untukku sejak zaman sekolah, Jimin”

“Hm. Memang harus begitu! Sekarang diamlah atau aku akan salah potong rambut suami gemasmu ini”

Seungyoun menatap Seungwoo lagi. Wajah tenang miliknya saat tidur adalah tontonan yang lebih asyik dibandingkan tabletnya yang masih memutar kartun kesukaan Seungwoo.

“Aku sayang kamu” bisiknya.