Daepseung / 댚승 Staring at Lee Dongwook and Han Seungwoo

Club malam adalah tempat terbaik untuk melepas penat. Disana kau akan mendapatkan segala macam barang haram yang ingin kau cari.

Lee Dongwook dan Lee Jinhyuk setuju dengan pernyataan diatas. Club malam adalah tempat paling menyenangkan yang mereka ketahui. Hari-hari mereka monoton. Segalanya tentang pekerjaan dan uang. Uang sudah bukan masalah lagi bagi ayah-anak satu ini. Mereka tinggal tidur dirumah saja, uang sudah mengalir ke rekening mereka.

Tapi tentu uang bukan segalanya. Kebahagiaan yang mereka dapatkan dari uang tentu belum seberapa. Memiliki pasangan selalu berujung kegagalan. Ada yang cantik tapi materialistis. Ada yang memikat hati tapi sudah jadi milik orang. Itu sih dari segi Jinhyuk saja. Karena ayahnya tentu pernah punya pasangan sehidup sematinya. Meski harus berujung perceraian juga.

Lee Jinhyuk dan Lee Dongwook terkenal sebagai tamu VIP di club malam bergengsi ini. Semuanya tahu bahwa mereka bukan tamu sembarangan.

Lee Jinhyuk hanya akan minum dan meniduri satu lelaki manis langganannya , dan Lee Dongwook selalu meminta barang baru setiap harinya.

Cukup menyulitkan , tapi mengingat nominal yang club ini dapatkan dari keduanya, rasanya semuanya setimpal.

...

Bagi beberapa orang , uang adalah masalah terbesar dalam kehidupannya. Contohnya Han Seungwoo, pelayan biasa di club malam itu, harus rela bersimpuh memohon pada atasannya. Masalah finansialnya memang tak pernah usai hingga mengharuskannya bekerja ditempat seperti ini.

Tapi Cho Seungyoun adalah atasan yang baik hatinya. Seungyoun selalu rela menolong Seungwoo, memberikannya pinjaman yang digantikan dengan potong gaji bulanan.

Tapi malam ini lain. Seungwoo benar-benar membutuhkan uangnya segera.

“Woo. Kau gila?”

“Seungyoun kumohon... Aku tak punya cara lain..”

“Terima tawaranku, ambil uangnya dan akan ku potong gajimu”

“Seungyoun.. aku mohon. Aku sangat membutuhkannya, dan cara itu hanya akan membuatku merasa semakin tidak enak dan bersalah padamu. Hentikan Seungyoun, jangan perlakukan aku lain dari pelayanmu yang lain..”

“T-tapi Woo, menjual dirimu bahkan juga bukan cara yang benar!!”

“Seungyoun.. hanya ini cara satu-satunya... Kumohon. Dongpyo membutuhkan pengobatannya, operasinya harus dilakukan malam ini juga... Kumohon Seungyoun, tolong aku” Seungwoo bersimpuh didepan Seungyoun yang masih terduduk di singgasananya. Air mata tak terbendung lagi, ia menangis menggenggam tangan Seungyoun yang membuang muka tak ingin menatapnya.

“Kumohon Seungyoun...”

Seungyoun menghela nafasnya pasrah. Ia mengelus rambut Seungwoo lembut,“Aku antar menemui tamu penting malam ini. Kau tahu, beliau selalu meminta barang baru setiap kesini.. kuharap, kau baik-baik saja setelah keluar dari sana. Aku memang pendosa, tapi ku doakan segala tentangmu dan adikmu”

Seungwoo hanya pemuda biasa. Anak pertama dari tiga bersaudara. Beban anak pertama menjadi berat setelah kebangkrutan ayahnya , mengharuskannya bekerja siang malam demi keluarganya , terlebih lagi Dongpyo adiknya yang sering sakit-sakitan.

Seungwoo tengah terduduk gelisah diatas kasur empuk diruangan itu. Tamunya sebentar lagi datang, begitu kata Seungyoun. Digigitnya bibir bawahnya pelan, tangannya saling menggenggam erat, hanya ini satu-satunya cara agar Dongpyo bisa melangsungkan operasinya. Seungwoo tidak bisa menyesal juga karena ini keputusannya.

Tak lama pintu terbuka , menampilkan sosok pria berpawakan tinggi dengan dada bidang masuk kedalam kamarnya. Seungwoo refleks berdiri , menghampirinya lalu tersenyum canggung.

Pria matang itu menatap Seungwoo dari atas hingga bawah, lalu tersenyum kecil setelahnya.

“Aku tidak tahu kalau Cho Seungyoun ternyata sangat cerdas memilihmu untuk jadi temanku malam ini”

Jantung Seungwoo berdetak hebat. Ia tak tahu harus apa. Aura dikamar VIP ini mulai berat apalagi setelah pria itu mendekat ke arahnya.

Tangannya menggamit dagu Seungwoo sensual, Seungwoo yang banyak menunduk mau tak mau mendongak menatap pria didepannya. Tatapannya memuja dan mengintimidasi disaat yang bersamaan.

Seungwoo menelan ludahnya paksa , secara refleks tangannya terulur diantara dada keduanya , pinggang Seungwoo dipeluk, jarak sudah terkikis habis.

Han Seungwoo rasa , hari ini hari kematiannya.

Seungwoo tak tahu sejak kapan keduanya saling bertukar saliva , Seungwoo juga tak ingat sejak kapan tangannya mengalung dileher pria didepannya. Dongwook mempersempit jarak keduanya. Ciuman itu semakin dalam dan brutal, Seungwoo tidak bisa mengimbanginya. Hanya lenguhan yang keluar dari dirinya sedari tadi.

Ditidurkannya tubuh Seungwoo diatas kasur dengan perlahan, lelaki diatasnya memperlakukannya lembut seperti ia terbuat dari porselen mahal yang tak boleh tergores sedikitpun.

Ciumannya turun ke leher dan bahu, tangannya sibuk melucuti kancing kemeja Seungwoo, Seungwoo hanya bisa pasrah. Ia menutup matanya dan lenguhannya kian keras. Seungwoo memekik kala pria jantan diatasnya menandai bahunya, tangannya sibuk meremas tonjolan merah mudanya dan sebelah tangannya lagi sibuk mengusap kesejatiannya dibalik celana.

Seungwoo pernah menonton video porno, itu memang tidak sengaja. Tapi ia tak sangka bahwa rasanya akan sebegini tegangnya. Nikmat, tapi Seungwoo belum sepenuhnya terbiasa. Separuh jiwanya memberontak. Ia bukan manusia rendahan, tapi ia rela merendahkan dirinya malam ini.

Dongwook menatap Seungwoo dibawahnya yang terlihat kacau. Nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya memerah , beberapa titik disana terlihat ruam merah yang nantinya tetap disana hingga beberapa hari ke depan. Tubuhnya setengah telanjang karena kemejanya yang belum terlepas sempurna. Dongwook meraih kedua tangan Seungwoo mengikatnya dengan dasi dibelakang tubuh Seungwoo yang kini merengek kecil, “ahhㅡ t-tuan..”

Dongwook memeluk Seungwoo lalu mengulum telinganya sensual, “suck me, baby”