ㅡ련승, it's not your fault If you think this world only brings you heartache
....
Han Seungwoo bersumpah ia hanya pemuda biasa yang memiliki mimpi. Han Seungwoo hanya lelaki biasa yang lahir sebagai anak bungsu dengan cita-cita memuliakan derajat keluarga. Han Seungwoo hanya suka dirinya saat ia mengeksplorasi bakatnya.
Ia hanya ingin terus bisa tertawa dan bahagia dengan mimpinya. Memulai debut bersama rekannya adalah hal paling bahagia. Tapi ekspektasinya terlalu tinggi saat itu.
Grupnya, dibilang tidak sukses oleh agensinya sendiri.
Mereka hanya bisa tersenyum sambil terus meraih harap. Meskipun sedikit, tapi mereka tetap menyayangi penggemarnya. Mereka tetap berjuang , mereka tak mau menyerah.
Han Seungwoo dan rekannya akhirnya memilih menempuh jalan ini. Berharap ia akan mendapat dukungan lebih banyak. Mempertaruhkan harga diri. Menyebut dirinya kembali menjadi seorang trainee , berlatih dan terus berlatih . Mengenyampingkan rasa sakit dan lelah. Lapar dan letih. Mengabaikan kantuk dan haus. Ia hanya ingin mimpinya, dan rekan-rekannya mendapat dukungan positif.
Hingga saat bulan Juli, namanya dipanggil untuk menjadi salah satu anggota debut, ia tak ayalnya pemuda biasa. Ia senang dan bahagia. Perjalanannya dimulai. Rekan-rekan yang ia tinggalkan mulai diberi banyak dukungan dan cinta.
Tak apa berpisah. Asal mereka semua bisa meraih mimpi mereka. Karena Han Seungwoo tetap Han Seungwoo, yang terus meraih mimpi dimanapun ia berada.
Awalnya Seungwoo tidak tahu tentang berita-berita buruk ini. Awalnya Seungwoo tidak peduli tentangnya. Awalnya Seungwoo hanya fokus pada rekan-rekannya yang melakukan comeback setelah lama beristirahat.
Tapi saat rekan-rekannya memberikan kata-kata semangat dan menghangatkan hati, Seungwoo tahu bahwa diluar sana ada yang tidak beres tentang mereka.
Dan sedikit jiwanya bersyukur atas WiFi asrama yang tidak stabil itu.
Karena malam itu, Han Seungwoo merasa menyesal.
Malam paling buruk baginya. Membaca banyak berita jahat tentang mereka yang bahkan tidak tahu apa-apa.
Mereka hanya sekelompok anak-anak yang mencoba meraih mimpi. Tapi kenapa sulit sekali?
. . .
Seungwoo melangkahkan kakinya menyusuri bandara. Wajahnya dipaksakan tersenyum manis, melambai kecil pada penggemar yang sudah menunggu mereka. Teriakan kata-kata semangat dan cinta menggema. Semuanya masuk kedalam relung jiwanya. Mengiang jelas di sanubarinya.
Bisakah? Bisakah ia bertahan dan menguatkan yang lain sendirian? Ditatapnya satu persatu rekannya, senyuman kecil tersungging. Mereka saling menguatkan. Seungwoo yakin mereka pasti bisa.
Semakin melangkah jauh, kilasan komentar-komentar jahat tentang mereka malam itu entah mengapa mulai mengiang jelas. Perlahan Seungwoo menengadah menatap deretan penggemar.
Seungwoo tahu ia pasti bisa.
Seungwoo terus melangkah. Jiwanya seperti hilang. Ia bingung. Lebih baik diam daripada bicara yang tidak-tidak.
Ia yakin mereka semua bisa melewatinya.
. .
Didalam pesawat, Han Seungwoo tetap diam. Tangannya saling menggenggam, wajahnya menatap langit malam Korea yang mereka lintasi. Telinganya tersumpal earphone , memutar lagu dengan volume paling kecil.
Entah kenapa Han Seungwoo merasa lemas. Ia malas melakukan apapun. Hanya menghela nafas sambil menatap langit malam disana.
Andai ia terlahir menjadi bintang atau awan dilangit sana. Ia takkan merasa susah seperti ini. Mimpinya selalu berat. Menjadi pemain sepak bola atau idol sama saja. Belum lagi cidera kakinya kadang mempersulit geraknya. Belum lagi ejekan dan cemoohan orang-orang yang tak menyukainya.
Ia benci. Benci menjadi seseorang yang memiliki jalan panjang yang sulit begini. Tapi bukankah akan ada pelangi setelah badai?
“Seungyoun Hyung”
Dongpyo disampingnya akhirnya tak tahan. Ia beralih menoleh ke belakang sambil menatap penuh harap Seungyoun yang duduk bersama Dohyon.
Seungyoun membuka sebelah earphonenya lalu mengangkat alisnya penasaran, dan Dongpyo hanya menunjuk ke arah Seungwoo dengan dagunya.
“Seungwoo Hyung daritadi diam saja. Ia beberapa kali terdengar menghela nafas. Bisakah kau memeluknya? Kurasa ia membutuhkanmu”
Seungyoun tersenyum kecut, kekasihnya memang cenderung overthinking dan selalu memendamnya sendiri. “Kenapa tidak Dongpyo saja yang memeluknya?”
“Aku ingin melakukannya tapi aku tahu Seungwoo Hyung tidak akan bisa menumpahkan seluruh isi hatinya jika itu aku. Bisakah Hyung memeluknya? Aku... Tidak ingin ia terus bersedih”
Dan Seungyoun mengusap rambut Dongpyo sayang, sambil berjalan bertukar tempat duduk , ia berterima kasih pada Dongpyo yang sudah mempedulikan Seungwoonya.
. .
Seungyoun mendudukkan dirinya pelan disamping Seungwoo yang terlihat tak bergeming pada gerakan apapun. Dilihatnya pantulan wajah sang kekasih lewat jendela pesawat yang ia tumpangi. Seungwoonya bahkan tidak sadar ia sedang diperhatikan.
Apakah lamunannya lebih menarik daripada dirinya?
Seungyoun lantas menatap kearah tangan kekasihnya yang ia gigiti sejak tadi. Seungwoo suka sekali menggigiti jemarinya begitu. Tak apa jika tidak terluka, tapi jika terlalu sering dilakukan , itu akan membuatnya terluka.
Dan Seungyoun dengan lembut dan pelan menggenggam tangannya, dielus dan diciumi dengan hati-hati dan lembut. Seungwoo tersadar dari lamunannya. Tubuhnya terhentak kecil sambil menatap Seungyoun kaget.
Seungyoun tersenyum teduh menatap raut kekasihnya yang terkejut lucu. “Seungyoun..”
“Jangan digigiti gini Hyung. Nanti luka”
Seungwoo hanya mengangguk kaku lalu menunduk kecil.
“Apa yang kamu pikirkan,Hyung?”
Seungwoo mendongak kecil menatap lawan bicaranya. Nada suaranya dibuat sedemikian lembut dan menjaga hati Seungwoo agar tidak tersinggung. Han Seungwoo melemah.
Hatinya berdenyut sakit , ia menggigit pipi dalamnya sambil menggeleng.
Lantas Seungyoun menariknya dalam satu pelukan hangat. Menepuk pelan punggungnya dan menciumi puncak kepalanya sayang. “Semuanya akan baik-baik saja”
Dan air mata yang sedari tadi menggenang akhirnya tumpah ruah. Seungwoo balas memeluk Seungyoun, meremat punggung baju yang Seungyoun kenakan. Menghirup dalam-dalam aroma yang dikeluarkan oleh leher Seungyounnya.
Bahunya naik turun tidak seirama. Tangisnya mulai sedikit terdengar. Pertahanannya runtuh. Ia tidak sanggup.
“Everything Will be fine”
Seungwoo kembali merengkuh erat tubuh kekasihnya. Menumpahkan segala kegelisahan dan rasa sakit yang ia rasakan.
Han Seungwoo hanya anak bungsu kesayangan ibu, yang harus siap menjadi tulang dan pilar yang menguatkan rekannya.
Menjadi leader kadang tidak semudah yang ia bayangkan.
“Bagaimana jika ㅡhiks. Bagaimana jika semakin banyak yang membenci kita?”
Seungyoun kembali mengecup ujung kepalanya lembut, diusapnya lagi punggung kokoh itu.
“Tidak ada yang membenci kita,hyung.. mereka hanya iri”
Seungyoun mencium dahi Seungwoo lembut , diusapnya pipi kanan Seungwoo yang berair. Air matanya sudah menganak sungai , Seungyoun tersenyum kecil.
“Hyung. Ada kalanya kita memang harus ditempa seperti ini. Bukan untuk menjadi bongkahan arang. Tapi segenggam berlian. Kita ditekan untuk menjadi lebih kuat dan lebih baik dari sebelumnya. Mereka tidak membenci kita,Hyung. Diluar sana , masih banyak orang-orang yang mendoakan kita dan dengan tulus menyayangi kita. Seperti halnya doa seorang ibu. Mimpi kita tidak merugikan orang-orang yang senantiasa bergunjing tentang kita. Kita tidak diciptakan sia-sia. Hyung, percayalah ini. Jika suatu saat nanti, hanya ada satu orang yang tetap tulus mencintai kita, meskipun kelak hanya ada keluarga kita yang tulus mendukung kita. Kita tidak boleh membalas jasa mereka dengan air mata dan kata menyerah. Aku bisa, kau bisa, anak-anak yang lain bisa. Karena apa? Karena kita keluarga. Kita saling menguatkan”
Diujung kalimat, Seungyoun membubuhkan satu ciuman lembut diatas hidung mancung kekasihnya yang masih sibuk sesenggukan.
Seungwoo menyelami mata Seungyoun. Teduh dan hangat. Ia suka. Pelukannya bahkan adalah tempat ternyaman. Bahunya adalah tempat bersandar paling aman.
Seungwoo mengangguk kecil, “everything will be fine,right?”
“Hm . Everything's gonna be ok. Jangan menyerah. Tak apa menangis hari ini. Tapi besok, kita harus tunjukan bahwa kita bisa. Menjadi lemah adalah manusia. Merasakan patah dan sakit juga manusia. Tapi kita makhluk mulia. Jangan kalah, kita melangkah bersama. Kau mau?”
Dan Seungwoo mengangguk sambil mengaitkan kelingking mereka masing-masing.
Seungyoun kembali mengecup bibir itu lembut, diusapnya air mata yang mengering diwajahnya.
“Tidurlah, kau lelah”
Dan Seungwoo tidak usah berpikir lagi untuk menyamankan dirinya bersandar dibahu Seungyoun. Menutup mata sambil menggenggam erat jemarinya.
“Everything's gonna be ok, Seungyoun.”
“Yeah. Everything's gonna be ok”