happy birthday, papi.
Seunoo lima tahun edisi sudah jadi orangtua, khusus di hari ulangtahun seunoo kita tercinta.
T; Hurt/comfort
Leo, you will be six years old, seven years old, and getting older. But your papi is not.
Hari itu, Seungyoun ingat jelas bagaimana akhirnya mereka memilih untuk memiliki bayi. Bagaimana tangan keduanya terasa begitu dingin dengan degup jantung yang begitu kencang menusuk rongga dada. Hari itu Seungyoun ingat betul bagaimana akhirnya mereka diizinkan menjadi orang tua angkat bayi tampan menggemaskan yang mereka beri nama Leo.
Sejak Leo datang ke rumah mereka, suasana rumah semakin ramai. Semakin hangat dan semakin menyenangkan. Suara tangisnya, suara tawanya, suaranya bagai melodi indah yang bersahutan dengan mereka. Bibi Lim tak pernah meninggalkan, beliau benar-benar memiliki jasa yang begitu besar bagi keluarga Seungyoun.
Hari itu Seungyoun ingat betul Leo mengucap kata pertamanya. Papa, papa, papa. Baik Seunoo maupun dirinya yang tengah bersantai sebelum tidur itu tertegun mendengar celotehan batita menggemaskan itu. Leo yang tengah duduk itu menepuk puncak hidung seunoo dan Seungyoun bergantian sambil berteriak papa papa papa dengan nyaring.
Seunoo menangis sambil memeluk Leo, ada rasa yang begitu besar terpupuk semakin subur.
Seungyoun juga ingat bagaimana ia dan Seunoo mengajarkan banyak hal pada bayi tampan itu. Seunoo yang memiliki banyak buku cerita dan mainan membuat Leo tak pernah kebosanan. Seungyoun yang punya banyak candaan juga selalu membuatnya tertawa.
Hari demi hari dilewati, bulan berganti bulan hingga tahun berganti tahun.
Bayi tampan itu semakin besar, usianya tak lagi dibawah tiga tahun sekarang.
Seungyoun menatap anak laki-lakinya dengan penuh haru, ia merasa sangat amat bahagia. Melihat tumbuh kembang si kecil yang tanpa kendala itu menjadi sebuah anugerah tersendiri baginya.
Seunoo suami gemasnya juga tak pernah meninggalkan Leo sendirian. Bahkan Seunoo hampir tak pernah melepaskan Leo. Seunoo dan Leo banyak menghabiskan waktu berdua. Bermain, membaca buku cerita, berjalan-jalan, berenang, menonton TV dan banyak hal-hal menyenangkan lainnya yang mereka lakukan bersama. Leo merasa begitu dicintai sebegitu besarnya oleh Papinya.
Tahun lalu, Leo didaftarkan ke sekolah umum oleh papa dan papinya. Leo terlihat senang sekali. Dia memiliki banyak teman baru, memiliki banyak pengalaman baru, mendapatkan banyak ilmu-ilmu baru yang membuatnya semakin hidup.
Seunoo selalu menunggunya sepanjang waktu. Berdiam diri di kantin sekolah dengan banyak camilan, ditemani oleh pak supir dan bibi Lim, hingga bel pulang berbunyi dan mereka semua pulang ke rumah.
Hal itu terjadi setiap hari, dan saat akhir pekan, mereka akan menghabiskan waktu bertiga untuk berjalan-jalan bermain atau memasak masakan yang belum pernah mereka coba sebelumnya.
Orang-orang haruslah iri padanya. Keluarga yang ia miliki begitu harmonis. Ada papi yang manis dan tampan yang menyayanginya sepenuh hati. Dan jangan lupakan papa yang meskipun sibuk tetap selalu ada untuknya.
“Leo, sebaiknya kamu secepatnya pikirkan mau kasih kado apa untuk papi, biar papa belikan sekalian”
Leo yang tengah menyantap sarapannya itu mengangguk. Hari ulangtahun papa sudah tinggal menghitung hari namun Leo masih tidak tahu harus memberi kado apa. Sejujurnya Leo sudah memikirkan beberapa barang yang pasti disukai oleh Papinya. Namun Leo masih bingung dan bimbang akan pilihannya.
“Menurut papa, papi suka gak ya kalau dibelikan sweater kembaran bertiga?”
Seungyoun meletakkan segelas susu di hadapan anak semata wayangnya lalu mengusak surainya lembut, “menurut papa, papi akan suka apapun yang Leo kasih, karena bukan barangnya yang berharga dan bermakna sayang, tapi siapa yang memberinya.”
Anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya pelan-pelan, “nanti aku kasih linknya ke papa ya.”
Seungyoun tersenyum dan mengecup kening anak laki-lakinya penuh sayang.
Tak lama setelah itu, Seungwoo datang dengan senyuman hangat dan sapaan ruang yang selalu membuat hari-hari kedua laki-laki disana lebih berwarna.
Tangan kanan Seungwoo menenteng tas Spiderman milik Leo sedangkan tangan kirinya menenteng tas kerja Seungyoun.
“Seunoo sayang ayo sarapan, nanti kita berangkat bersama ya.”
Leo dan Seungwoo memekik senang sambil berhigh five ria setelah mendengar penuturan Seungyoun. Dan pagi itu, diisi dengan celoteh lucu dari Leo dan Seungwoo hari-hari Seungyoun dimulai dengan mood yang bagus.
Bel makan siang berbunyi, Leo membuka kotak bekalnya lalu tersenyum cerah. Bekal ini dibuat oleh papanya tadi pagi, isinya adalah makanan-makanan kesukaannya. Leo berbagi beberapa Snack coklat pada teman sebangkunya, Michael dan menyantap makanan dengan tenang.
“Leo, yang suka menunggu di kantin itu Papi Leo, ya?”
Leo mengangguk, mulutnya menggembung lucu saat mengunyah makanan.
“Papi Leo kenapa? Seperti sedikit berbeda dari daddyku. Papi Leo seperti anak kecil.”
Leo menatap Michael sambil terus mengunyah makanannya. Michael yang ditatap begitu tiba-tiba merasa tidak enak. “mm..ma-maaf Leo, maksudnya itu mmm papi Leo kadang-kadang terlihat seperti anak kecil..”
“Hmm, papi sakit.”
“Sakit apa?”
“Papi sakit, makanya seperti anak kecil. Papa bilang, IQnya setara dengan anak usia lima tahun, aku tidak terlalu mengerti tapi kata Papa sih begitu.”
Michael mengangguk-angguk, “Papi Leo lebih muda daripada kita ya hihi.”
Benar juga.
Tahun ini, Leo bahkan sudah berusia enam tahun. Tahun depan sudah masuk usia tujuh tahun, tapi Papi...
Siang itu sepulang sekolah Leo membuka buku pr-nya dan bertanya beberapa hal yang tidak ia mengerti pada Seungwoo. Namun sayangnya Seungwoo juga tidak terlalu mengerti tentang pelajaran sekolah. Raut wajahnya berubah sendu dengan sorot mata yang meredup. Leo jadi merasa bersalah dan sedikit canggung setelahnya.
“Maaf Leo, papi seunoo tidak mengerti itu..” cicitnya.
Leo tersenyum lalu mengecup pipi Seunoo sambil memeluknya erat-erat, “issokaay papi! Nanti Leo tanyakan pada papa atau Bibi saja ya hihi, ayo kita main!”
“Main seunoo main!!”
Setelah menghabiskan waktu cukup lama untuk bermain, Seungwoo dan Leo akhirnya mandi bersama. Keduanya duduk berendam dalam bathtub ditemani banyak mainan air dan busa sabun, asyik bercengkerama sambil saling menggosok punggung.
“Papi sebentar lagi ulangtahun ya, cie cie..”
Seungwoo tersipu malu lalu tertawa sambil menutupi wajahnya. “seunoo tua tua seunoo hihihi.”
“Hahaha papi tua, nanti beruban lalu batuk-batuk seperti kakek Geppetto hihihi.”
Seungwoo tertawa lalu mengoleskan busa pada ujung hidung anak laki-laki yang beberapa tahun ini menjadi temannya ini.
“Papi mau kado apa dari Leo?”
Seungwoo menggeleng lalu memeluk putranya manja, “main sajaa! Papi seunoo dengan Leo main!”
“Nanti main ke taman safari yuk papi! Ajak papa juga nanti kita lihat zebra dan jerapah!!”
“Papi koala lihat mau mau mau lihat!!”
“Iya!! Selain koala nanti disana ada harimau raawwrrrr!!”
Lalu keduanya tertawa terbahak-bahak. Melihat pemandangan seperti ini tentu menjadi pelepas penat bagi siapapun yang melihatnya. Mereka benar-benar berbahagia.
Malam hari, Leo benar-benar mengerjakan pr dengan papanya. Leo bertanya banyak hal yang ia tidak ketahui dan dengan senang hati Seungyoun menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dimengerti anak usia enam tahun itu.
Leo masih fokus pada pekerjaan rumahnya sedangkan Seungyoun bersantai menonton TV dengan volume yang dikecilkan karena takut mengganggu Leo.
“Papa..”
“Hmm?”
“Tadi Michael bertanya kenapa Papi sedikit berbeda dengan Daddy Daddy lain diluar sana. Bahkan berbeda dengan papa. Michael bilang, Papi terlihat seperti anak kecil.”
Senyum yang semula ia ulas pelan-pelan menjadi pudar. Leo bukan sekali dua kali bercerita tentang hal-hal seperti ini. Bagaimana banyak teman-teman sekolahnya sejak dulu bertanya tentang kondisi Papinya. Dan hal itu selalu sukses membuat jantungnya tercubit sedikit.
“Leo bilang papi sakit seperti kata papa, IQ papi setara dengan anak usia lima tahun.”
Seungyoun menatap anak laki-lakinya yang masih sibuk pada pensil dan bukunya. Ia mendengarkan setiap kata yang keluar dari bilah bibir tersayangnya, “lalu?”
“Lalu Michael bilang bahkan kita lebih tua dari papi Seunoo. Leo tahun ini sudah enam tahun, Michael juga. Tapi papi masih lima tahun padahal badannya tinggi besar seperti papa, usianya juga.”
Seungyoun mengusap rambut hitam anak itu penuh perasaan, “Leo malu punya papi, hmm?”
“Pertanyaan macam apa itu?! Papa ini ada-ada saja!”
Leo mencubit lengan Papinya dengan kesal, membuat laki-laki berusia hampir empat puluh itu tertawa kencang. Leo menutup bukunya dan melompat duduk diatas pangkuan laki-laki dewasa yang selama ini ia sebut papa itu.
“Papa sudah belikan sweater yang Leo maksud, barangnya sudah sampai dan sudah papa simpan di tempat rahasia”
“Kuenya juga aman, pa! Papi tidak tahu hihihi.”
Seungyoun tertawa lalu mengusap punggung anak semata wayangnya itu dengan lembut, “Terimakasih ya Leo sudah menjadi anak baik untuk papa dan papi.”
Leo tersenyum lalu menggelayuti papanya dengan manja, “Papa...”
“Iya sayang?”
“Kenapa Tuhan kasih Papi Seunoo sakit begitu, ya? Leo tidak malu, papi itu lucu dan seru!!! Aku dan papi bermain sepanjang waktu, aku tidak pernah bosan. Tapi mengingat kalau kondisi papi begitu karena sakit, aku jadi sedih..”
“Leo sayang, terkadang Tuhan itu memberi ujian kepada hambanya yang tersayang. Terkadang Tuhan memberikan kita sakit karena Tuhan ingin kita berjuang dan senantiasa selalu bersyukur, sayang. Papi mungkin sakit, tidak seperti papa atau daddynya Michael itu, tapi papi adalah orang yang paling berjasa bagi kita semua. Kalau Leo dan papa sakit, papi yang mengurus kita. Kalau Leo dan Papa jatuh terus terluka, papi juga yang mengobati kita. Tuhan itu sayang sama papi, makanya Tuhan kasih Papi sakit.”
“Tapi kan kasian papi, pa..”
Seungyoun terkekeh lalu membubuhi kecupan kecupan ringan pada puncak kepala laki-laki berusia enam itu, “sayang, Tuhan itu tidak akan memberikan ujian yang tidak bisa dilalui oleh hambanya. Buktinya papi sehat sehat saja kan? Papi masih main sama Leo, papi masih lari-larian, masih senam sore, masih berenang, mengantar Leo sekolah dan menyiapkan bekal kita, kan? Sakitnya papi, gak mengubah keadaan kalau Papi berjasa buat kita, iya kan?”
Leo tertawa sambil mengangguk. Ia mengerti. Mungkin Seunoo tidak seperti Daddy Michael. Mungkin juga tidak sepert Papa Cho Seungyoun ini. Tapi Seunoo adalah dirinya sendiri. Seunoo lucu yang menggemaskan, yang selalu menemaninya main, yang selalu mengantarnya sekolah. Yang selalu membuat hari-harinya berwarna. Tanpa Papi, Leo yakin hari-harinya takkan semenyenangkan ini. Papa sibuk kerja, mereka hanya bisa bersantai bersama saat petang hingga malam. Tapi Seunoo. Papi seunoo selalu ada untuknya setiap saat. Dikala Leo senang, dikala Leo sedih dikala Leo gundah, papi Seunoo selalu ada untuknya.
“Papa..”
“Iya sayang?”
“Mungkin benar kata Michael kalau Leo dan Michael akan berusia enam, tujuh, delapan, bahkan belasan dan puluhan tahun, tapi papi tidak. Papi akan terus seperti itu, seperti anak lima tahun yang banyak bermain. Tapi Leo tidak keberatan! Leo tidak malu, untuk apa Leo malu punya papi yang hebat dan menyenangkan seperti Papi? Untuk apa Leo sedih karena Papi sakit? Harusnya mereka iri pada Leo, karena Leo setiap hari bermain banyak permainan seru bersama Papi. Leo membaca buku cerita dan sepedaan bersama Papi setiap hari. Tidak seperti orang-orang yang ditinggal Papinya kerja.”
Seungyoun tertawa.
“Mungkin Papi tidak mengerti saat Leo tanyai tentang pr Leo, papi juga bisa hitung perkalian dan pembagian, papi juga tidak mengerti ditanyai bahasa Inggris dari Miss Sohee, tapi kan Leo punya papa! Leo punya papa yang serba tahu, Leo punya papa yang serba bisa. Leo juga punya papa yang selalu bantu Leo! Keluarga kita keren pa!!”
Sudut hati Seungyoun menghangat. Ia mengeratkan peluknya pada anak laki-laki yang ada di pangkuannya ini, sesekali ia mengusap rambut nya dengan lembut penuh kasih sayang.
“Keluarga kita sempurna, Papa! Orang-orang harus iri pada kita!”
“Iya, harusnya mereka iri pada kita.”
SELAMAT ULANGTAHUN PAPI!!!!
Seungwoo yang terkejut dalam tidur nyenyaknya itu membelalak kaget saat Leo dan suaminya bernyanyi dengan riang dengan balon dan terompet di genggaman masing-masing, kue ulangtahun dengan lilin menyala ditengah kegelapan kamar mereka. Leo dan Seungyoun bernyanyi dengan riang gembira, Seungwoo bertepuk tangan mengikuti keduanya lalu tertawa-tawa karena senang.
“Happy birthday to you!! Ayo papi tiup lilinnya!!”
Seunoo memejamkan matanya untuk berdoa lalu meniup lilinnya hingga mati, Leo dan Seungyoun bersorak. Keduanya meniup terompet kecil itu hingga suaranya memenuhi seisi kamar. Seungyoun memeluk suaminya itu dengan kencang, mencium seluruh wajahnya hingga basah. Leo yang tidak terima karena tidak diajak itu akhirnya merengsek masuk pada pelukan hingga akhirnya ketiganya ambruk jatuh diatas kasur sambil berlomba menciumi Seungwoo dengan penuh cinta.
“Basah seunoo basah ahahahaha”
“Happy birthday papi! Semoga papi sehat selalu, panjang umurnya, dan jangan sakit ya papi biar kita main terus!!!”
“Selamat ulangtahun suamiku sayang, semoga kamu selalu sehat, panjang umur dan bahagia ya...”
Seunoo memeluk keduanya lalu mencium kening kedua laki-laki yang ia sayangi itu, “seunoo terima kasih terima kasih hihihi Leo, terima kasih, Seungyounie terima kasih.”
“Terima kasih ya nak sudah hadir diantara kami, kamu bikin hari-hari papa dan papi jadi lebih berwarna dan bahagia dari sebelumnya. Semoga kita bertiga sehat selalu ya..”
“Leo sayang papi!!! Leo sayang papa!! Leo sayang semuanya”
“Papi seunoo juga sayang sayang sayaaaaang sekali sama Leo hihihi.”
Fin.