Karena cinta, banyak bentuknya

Ryeonseung/ seunoo lima tahun Trigger warning: hurt/comfort maybe? Mention surgery, it's not little space!AU, BXB, kissing scene,etc.

Karena cinta banyak bentuknya, seunoo mau jadi salah satunya. Meskipun harus mengorbankan apa yang menjadi miliknya. Karena seunoo tahu, meskipun hari ini hujan, esok akan cerah. Kakak seunoo bilang, untuk jadi pelangi, hujan sangat butuh matahari. Seunoo ingin jadi matahari. Sangat.

Selamat pagi/siang/sore/malam Tante-tantenya seunoo. Sudah lama ya sejak pertemuan terakhir dengan Seunoo. Tentunya kabar Tante baik-baik saja kan? Seunoo tentunya sehat, Tante. Buktinya sekarang seunoo mamnya banyak hehe.

Ok kembali lagi dengan rutinitas seunoo yang tidak jauh-jauh dari menggambar, mewarnai, dan bermain bersama hancho-hanchonya. Ya karena ada hancho besar dan hancho kecil. Mungkin, beberapa kali bermain bersama Garfield dan berkebun bersama paman supir juga sesekali. Dan Seungyounie, tentu saja sibuk bekerja.

Hari ini berbeda. Seungyoun memutuskan untuk bekerja dirumah, karena akan mengantar Seungwoo suami gemasnya untuk cabut gigi. Hehe. “Seunoo terlalu banyak makan permen sih kan giginya jadi sakit” ujar Seungyoun. Seungwoo hanya terdiam sambil bermain dengan bebek karetnya. Membiarkan Seungyoun menggaruk dan memijat kepalanya. Seungyoun menuang sedikit lagi shampoo lalu kembali menggaruknya. Membiarkan busa-busa sabun menggumpal semakin banyak diatas kepala suami gemasnya.

“Dengar tidak Seungyounie bicara,hm?”

Seungwoo hanya menjawabnya dengan “hm”, mengabaikan suaminya yang kembali berdakwah tentang seunoo harus mengurangi permen dan coklat, harus gosok gigi tiga kali sehari, harus minum air putih banyak dan masih banyak harus harus harus yang seunoo harus lakukan. Seungwoo memanyunkan bibirnya sebal sambil melempar mainan bebek itu kearah Seungyoun lalu merengek memprotes. Membuahkan cubitan di kedua pipinya yang lumayan kencang.

“Kok Seungyounienya dilempar hm? Kok begitu sih seunoo sekarang? Jelek ah jangan begitu”

“Bicik seunoo sakit gigi bicik!!!”

“Iya tapi kan tidak boleh melempar begitu sayang nanti sakit, ngerti kan? Seunoo ngerti kan? Kan sakit itu gak enak sayang”

Lalu Seungwoo mencebik sedih,“maaf seunoo maaf…” cicitnya. Seungyoun tersenyum sambil mengecup ujung hidung mancung suaminya lalu mulai membilas tubuh seungwoo dari berbagai busa yang menempel. “Habis ini Seunoo mam bubur ya, Seungyounie mandi lalu kita berangkat cabut gigi. Ok?”

“Oke captain” lalu Seungwoo tertawa kecil saat Seungyoun mulai melilitkan dua buah handuk pada tubuhnya. “Pake baju sendiri ya? Sudah disiapkan bibi diatas tempat tidur” lalu, kecupan sayang mendarat diatas keningnya. Tanpa basa-basi, seungwoo segera berlari keluar dari kamar mandi. Siap menyambut hari dengan mewarnai Ironman selagi makan nanti.

Tangan seungwoo cekatan mengoleskan warna merah dari crayonnya pada buku gambar. Keningnya berkerut serius. Sesekali melupakan bubur yang sedang ia santap. Lupa untuk membuka mulut saat bibi Lim menyodorkan sendok padanya. Lalu, Bibi akan merebut crayon itu sambil bilang, “ayo mewarnainya sambil makan”. Seunoo sebenarnya ingin sekali makan burger. Tapi giginya sakit. Seungyoun berjanji membelikannya burger hari ini, asal seunoo mau cabut gigi.

Kata Dongpyo, cabut gigi itu sakitnya hanya sebentar. Maka seunoo mau melakukannya. Apalagi dengan hadiah burger.

“Suapan terakhir, Tuan. Ayo buka mulutnya”

Seunoo menggaruk hidungnya sambil mengunyah bubur yang masuk. Lalu kembali pada aktivitas mewarnai Ironmannya. Seunoo tertawa sambil bertepuk tangan saat Ironmannya sudah jadi. Maka, ia memutuskan untuk berlari membawa hasil karyanya untuk ditunjukkan pada suaminya, yang mungkin masih memakai baju dikamar sana.

Suara ribut langkah kaki terdengar, menyebabkan Seungyoun yang masih memakai ikat pinggang sedikit berteriak mengingatkan seunoo agar tidak berlari-lari begitu.

“Younie Younie Younie!” Teriaknya semangat. Seungwoo membuka pintu kamarnya sedikit kasar. Rupanya, senyum diatas bibirnya belum jua luntur.

“Younie liat seunoo ini liat liat”

Dan

Buugh!

Seungwoo tergelincir karpet, mengakibatkan dirinya jatuh dengan pantat yang terjun duluan. Seungyoun berlari kecil menghampiri seungwoo yang sudah berkaca-kaca. Pasti rasanya sakit.

“Astaga sayang, kan sudah Seungyounie bilang jangan lari. Sakit ya hm? Mana lihat yang sakit mana?” Katanya sambil mengusap punggung seungwoo yang tampaknya masih terkejut.

“Aaaaaaaa... Seungyounie~ sakit seunoo sakit” rengeknya. Seungwoo membalik tubuhnya, menungging tepat kearah Seungyoun,“sakit seunoo sakit aaaaaaaa! Sakit”

Seungyoun sempat mengerjap beberapa kali. Disodori pantat begitu membuat kerja otak Seungyoun tiba-tiba melambat. Lalu ia segera menepis pikirannya dan mulai merengkuh tubuh seungwoo. Seungyoun duduk bersila diatas karpet dengan Seungwoo diatas pangkuan. Tangannya mengusap punggung dan menepuk pantat yang tadi seungwoo keluhkan sakit.

Suaminya terisak sedikit. Efek kaget dan sakit yang menyampur. Seungyoun mencium pipinya,“tidak apa-apa kan Seunoo kuat. Nanti jangan lari-lari lagi ya? Kan sakit kalau jatuh,ok?”

Seungwoo mengangguk gemas lalu memeluk Seungyoun kuat-kuat. Mencium ceruk leher suaminya sedikit, sambil menggerung. “Kita cabut gigi sekarang? Biar makin cepat makan burger?”

Dan seungwoo tidak butuh berfikir lagi untuk mengangguk mengiyakan ajakan Seungyoun. Ya. Semuanya demi burger.

Dan hadiah mainan We Bare Bearsnya.

Menjadi Han Seungwoo itu sebenarnya tidak mudah. Apalagi sejak kecil. Hari-harinya diwarnai gelap dan kelam amarah ayah kandungnya. Tidak pernah mendapatkan hati dan kasih sayang ayahnya. Hanya kakak. Kakak dan bibi yang sayang padanya. Maka, seunoo tidak pernah menjadi anak nakal. Karena baginya, dia lahirpun sudah cukup nakal.

Seunoo bukan type anak istimewa yang berontak saat diajak pergi ke dokter, bahkan seunoo suka pergi ke dokter. Seunoo bilang dokter itu baik, dia akan menyembuhkan semua lukamu. Seunoo juga bukan anak yang takut jarum suntik atau susah minum obat. Seunoo juga bukan yang susah diajak terapi meskipun kadang banyak drama malas mandi. Bagi Bibi Lim, seunoo adalah permata. Tapi sebelum menjadi permata yang mahal, ia harus melewati segala macam rintangan. Agar kelak dirinya terasah, tidak hanya menjadi bongkahan arang yang selalu mendapatkan hinaan.

Seungyoun mengusap pipi Seungwoo disamping kursi kemudinya. Seungwoo menatap lurus ke depan dengan hancho kecil dipelukan. Sesekali mencubit tangan Seungyoun diatas persneling mobil. “Seunoo tidak takut kan?”

Seungwoo menggeleng. Seungyoun tersenyum lalu merengkuh tubuh suaminya. Mendaratkan kecupan sayang diatas dahi, “seunoo hebat banget. Suami Seungyounie pinter banget.”

Seungyoun mengusap punggung seungwoo dengan sebelah tangan. Tangan kirinya memegangi jeruk yang sedang seungwoo makan. Matanya berpendar ke kanan dan ke kiri sambil menunggu antrean cabut gigi. Seungyoun bilang, seungwoo harus makan buah dulu, nanti baru diizinkan makan burger. Seungyoun berhenti sebentar. Meraba batang tubuh seungwoo lalu mengusapnya pelan-pelan. Seungyoun mencium kening suaminya,“pinter banget suaminya Seungyounie” ujarnya berkali-kali. Seungwoo hanya tertawa geli sambil terus melanjutkan kegiatannya makan jeruk. Sebelum akhirnya, namanya dipanggil.

Tidak ada drama apapun. Hanya seungwoo dengan giginya yang dicabut, lalu diberi kapas dengan alkohol dan diberi nasihat jangan terlalu banyak makan yang manis-manis, lalu pulang. Tidak ada drama. Seungwoo memeluk hancho lebih erat kala merasakan sensasi dingin menyapa gusinya. Lalu sedikit tertawa entah karena apa.

“Ayo burger!” Seungyoun tersenyum manis lalu mengangguk, “bisa makan burgernya? Kan baru dicabut” “Bisa! Seunoo bisa seunoo pintar” “Yasudah nanti burgernya dipotong kecil saja ya biar mudah” dan Seungwoo mengangguk semangat.

Lima tahun lalu, seungwoo pernah dirawat di rumah sakit. Di opname selama seminggu akibat perlakuan kasar ayahnya yang mabuk sepulang jamuan makan malam bersama client. Perlakuan kasar itu menaruh trauma besar seungwoo pada vas bunga yang perlahan hilang sendiri. Hari itu vas bunga mendarat di kepalanya, dan hatinya hancur. Kakak dan bibi Lim membawanya ke rumah sakit. Menangis sepanjang jalan karena takut kehilangannya. Tapi Seungwoo adalah anak yang kuat. Seungwoo adalah anak yang baik.

Seungwoo pernah menonton film,film itu bilang jika suatu saat nanti kamu menghilang, kamu harus diingat sebagai orang baik. Maka Seungwoo akan selamanya berusaha menjadi anak yang baik.

“Nah, ini burger ayam untuk seunoo. Minumnya air putih saja ya sayang kan sedang sakit”. Seungwoo tertawa gemas. Mata hitamnya berbinar-binar melihat tangan Seungyoun dengan hati-hati memotong burger ayamnya menjadi beberapa keping agar mudah untuk seungwoo cerna. Seungwoo mengelus puncak kepala Seungyoun lembut penuh kasih sayang lalu mengecup pipinya,” terimakasih Seungyounie” ujarnya.

“Makannya pelan-pelan ya”

Mata seungwoo tertuju pada rombongan keluarga yang duduk disebelah mejanya. Ada kue ulangtahun yang sepertinya sangat enak dibawa oleh anak muda berambut pirang. Seungwoo menggigit garpunya, matanya berhenti diatas kue yang sedang ditancapi lilin.

“Hey, ayo di makan. Kita harus cepat pulang, kan harus belanja bulanan ya?” Kata suaminya sambil menarik dagu seungwoo agar kembali fokus pada piringnya.

Seungwoo kembali melahap potongan burger itu lalu menatap bingung. Akhirnya ia menarik ujung kaos Seungyoun sambil menunjuk ke arah kue yang sedari tadi ia perhatikan.

“Kenapa lima?”

Seungyoun menoleh pada sesuatu yang menarik perhatian suaminya. Ia mendapati keluarga besar itu bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu ulangtahun untuk sang kepala keluarga. Kenapa lima ya lilinnya? Apakah artinya usianya 50 tahun?

“Mungkin usia ayahnya sudah 50 tahun sayangku” ujarnya menerka. “0 hilang?” “Entahlah. Ayo di makan lagi ya”

Seungwoo mengunyah burger pelan-pelan, matanya masih mencuri pandang pada kue yang sekarang sedang dipotong untuk diberikan pada anggota keluarga. Seungwoo sungguh sangat ingin mencicipi kuenya.

“Kenapa lima” Seungwoo menunjuk keatas kue yang masih ditancapi lilin angka lima. Seketika keluarga besar itu menoleh pada Seungwoo yang dengan entengnya bertanya pada mereka.

Seungyoun mendesis meminta maaf, lalu kembali menanyakan yang menjadi pertanyaan Seungwoo.

“Ini adalah hari dimana aku mendapat donor sumsum tulang belakang dari seorang pemuda Busan, lima tahun yang lalu tepat di hari ini, aku hidup kembali berkatnya”

“Ah begitu. Senang mendengar anda bisa kembali sehat. Semoga sehat selalu ya Tuan” ujar Seungyoun.

“Berkat pemuda itu aku bisa hidup kembali, aku harus berterimakasih pada Han Seungwoo”

Telinga Seungyoun dan Seungwoo menegak. Itu kan nama seunoo! Ujarnya dalam hati. Keduanya saling bertatap muka.

“Han Seungwoo? Dari Busan?”

“Ya. Aku mendapat donor dari seorang pemuda bernama Han Seungwoo dari Busan”

“Itu seunoo! Seunoo seunoo!!!” Ujarnya bahagia sambil mengangkat garpunya tinggi-tinggi dan tertawa.

Sontak, keluarga besar itu terkejut atas pengakuan seungwoo. Begitupun sang kepala keluarga yang tak kalah terkejut sambil berkaca-kaca.

“Suami saya ini, memiliki bekas luka operasi dipunggungnya, untuk donor sumsum tulang belakang lima tahun lalu”

Seungwoo tersenyum amat cerah seolah membanggakan dirinya yang sudah menolong orang lain. Maka, sang kepala keluarga berdiri dan memeluk Seungwoo sambil menangis haru. Begitupun keluarganya yang lain, mereka semua mendekat pada Seungwoo dan Seungyoun sambil berterimakasih.

Seungwoo tertawa gemas karena tak hentinya mendapat pelukan dari orang-orang, lalu matanya menangkap kue ulangtahun semakin dekat dengan jemarinya, lalu dengan jahil ia mencolek cream coklatnya dan memasukannya kedalam mulut, “manis!!”.

“Astaga, ayo nak dimakan kuenya. Sebentar ya ibu potongkan untuk mu”

“Tolong jangan terlalu banyak nyonya, ia baru saja cabut gigi”

Seungwoo menggerung tak suka, tapi kembali tertawa saat sepiring kue sudah digenggamannya.

“Seungyounie lihat! Lihat lihat!! Kue ulangtahun!!! Enak enak enak” ujarnya sambil memamerkan kuenya pada Seungyoun. Seungyoun merengkuh bahu Seungwoo lalu mengecup bibirnya singkat,“malaikatku... terimakasih ya”

Cinta itu banyak jenisnya. Bisa berupa seorang pemuda asal Busan yang ikhlas mendonorkan sesuatu miliknya untuk orang lain.

“Kakak, ayah itu kenapa?” “Sakit sayang. Katanya butuh donor sumsum tulang belakang yang cocok” “Apa itu?” Kala itu, Sunhwa menjelaskannya secara singkat dengan bahasa yang seharusnya mudah untuk seungwoo cerna. Lalu Seungwoo tersenyum,“seunoo punya! Kasih ayah itu kasih” Maka hari itu, lima tahun lalu, dengan persetujuan alot yang harus dilalui, seungwoo berhasil menebarkan cinta untuk orang lain. Seungwoo bangga bisa menolong orang lain. “seunoo baik?” Tanyanya lemah saat membuka mata. Sunhwa saat itu menangis terharu, tak henti mengecupi wajah seungwoo dan menggenggam tangannya, berbisik pada Seungwoo bahwa ia adalah manusia paling baik yang pernah Sunhwa tahu. Maka Seungwoo bangga.

Seungwoo memang menjalani hidup apa adanya. Ia tak pernah berpura-pura atau menutupi jati dirinya. Dan semua orang bangga akan hal itu. Karena Seungwoo istimewa dengan caranya sendiri.

Selamat ulangtahun captain Seungwoo! We wish you all the best✨💕

©Meiri Tan 🍑