Pangeran yang dibuang

Peperangan ini sudah berlangsung kurang lebih sepuluh tahun lamanya. Negara api tak segan untuk melenyapkan apa yang ada didepannya. Tak peduli tangisan dan air mata permohonan ampun yang dilayangkan padanya. Menyekap banyaknya pengendali element lain menjadi tahanannya. Berarti, sudah sepuluh tahun lamanya Seungwoo keluar dari kerajaannya.

Malam itu, tepat satu minggu setelah peperangan dimulai, Seungwoo yang dianggap tak pantas , akhirnya dibuang. Diasingkan oleh ayahnya sendiri. Dipermalukan sebelum dibiarkan pergi.

Han Seungwoo dianggap tidak becus. Dianggap tidak pantas. Dianggap terlalu lemah dan cengeng. Karena itu ayahnya membakar punggungnya. Menciptakan jeritan penuh rasa sakit agar ia menjadi kuat.

Hanya satu yang bisa membuatnya kembali kesana.

Kau ku perbolehkan pulang menemui ibu dan kakakmu.. tapi bawa Avatar itu padaku. Pastikan ia masih hidup

Sepuluh tahun lamanya Seungwoo berkelana. Mencari informasi bersama Byungchan yang ternyata masih sangat setia. Seungwoo menghela nafasnya berat. Avatar itu belum juga ditemukan keberadaannya. Avatar sebelumnya telah mati ditangan kuasa ayahnya. Meluluh lantakkan seisi kuil sakral itu. Tak menyisakan satu nyawa pun menghembuskan nafasnya. Dan Seungwoo diharuskan mencari Avatar selanjutnya agar bisa kembali ke rumahnya .

“Kau bisa menyerah Seungwoo. Kau tidak boleh terus menerus tertekan oleh hal ini. nikmati harimu. Banyak lelaki dan wanita yang mengantri didepanmu kan? Mereka mengagumimu”

“Aku harus kembali ke rumah Byungchan. Aku tak masalah jika pewaris takhta akan diberikan pada Kak Sunhwa. Tapi jika ini cara satu-satunya agar ia memandangku sebagai anaknya dan aku bisa kembali pada ibuku, akan kulakukan. Aku akan membawanya hidup-hidup.”

“Kau bisa bertemu dengan kakak diam-diam di suatu tempat jika kau mau berhenti , Seungwoo”

“Jika kau mau berhenti , aku akan menghargaimu Byungchan. Kau tahu? Kau membicarakan hal ini setiap tahun”

Byungchan membuang muka lalu menunduk. “Aku hanya tak tega...”

Seungwoo tersenyum lalu memeluk Byungchan erat-erat, “terimakasih paman Byungchan... Tanpamu aku tak bisa bertahan hidup”

“Benar kata ayahmu. Kau lembek untuk ukuran Pangeran negara api..”

“Jika itu keluar dari mulutmu, aku anggap itu pujian. Ayo kita makan, mencari Avatar ternyata butuh tenaga juga”

“Yuvin , menurutmu kenapa tempat itu dianggap berhantu?”

Wooseok tengah berjalan bersama yuvin , anak kepala suku dengan niat berburu. Wooseok adalah pengendali air terakhir ditempatnya. Menjadi tabib juga tugasnya. Ia menjalaninya sepenuh hati. Menjadi pengendali air adalah kehormatan baginya. Ia senang bisa bersahabat dengan element yang menurutnya cantik, tenang dan lembut. Jika sedang marah , samudra bergerak dalam kuasanya. Tapi tentunya , kehebatannya tak sebanding dengan Avatar yang bisa mengendalikannya.

“Kudengar tempat itu berhantu,kak. Ada pahatan es yang dibentuk seperti leluhur kita zaman dulu , dan terlihat seperti nyata. Mungkin balok es itu sudah terombang-ambing ratusan tahun , tapi baru tiga tahun lalu kita menemukannya, kan? Itupun tak sengaja saat seseorang memancing ikan”

Yuvin menancapkan tombaknya diatas permukaan es. Memutar gergaji khusus untuk menembus lapisannya. Memancing ikan adalah hobi dan keahliannya. Tangkapannya selalu besar dan tak ada yang gagal. Wooseok kembali menatap tempat yang dianggap sakral. Setiap kali berkunjung kesana , Wooseok selalu merasa ada hal ganjil.

Bukan karena dianggap roh atau mayat leluhur. Tapi Wooseok selalu berfikir bahwa orang didalamnya ternyata masih hidup.

Terlihat dari siluet tubuhnya yang masih segar. Bukan tulang belulang atau bahkan kulit yang sudah hancur dimakan usia.

Maka dari itu , Wooseok mencuri tombak milik Yuvin dan berlari kearahnya , bermaksud menghancurkan balok es besar itu.

“KAK WOOSEOK JANGAN COBA-COBA!”

Crakkk!

Ujung tombak itu menancap. Menciptakan retakan diatas permukaannya. Pelan-pelan retakannya membesar dan merambat. Lalu tubuh Wooseok terpental jauh karena udara kuat yang tercipta dari pecahannya.

Menciptakan suara memekakan telinga dan lagi, cahaya indah berwarna putih memancar ke langit.

Tidak mungkin jika hanya mayat, bukan?

“Paman Byungchan , cahaya apa itu?”

“Ck! Berhenti memanggilku paman karena kita seumuran!!” Byungchan menatap langit yang ditunjuk oleh Seungwoo. Byungchan menahan nafasnya sepersekian detik lalu menatap serius pada Seungwoo.

Seungwoo mengangkat alis tanda tidak mengerti lalu berkedip beberapa kali dengan polosnya.

“Mangsamu akhirnya keluar, Han Seungwoo”