Straw on my berry
Seunoo lima tahun adalah kegemasan yang hakiki
Happy reading Tante-tantenya Seunoo
ㅡ
February katanya bulan kasih sayang. Katanya. Banyak ornamen berwarna pink yang berhubungan dengan kasih sayang terpampang jelas sepanjang jalan. Banyak stuff-stuff lucu berwarna merah dan merah muda dipajang disepanjang jalan dan didepan pertokoan. Banyak yang berjualan bunga dan coklat disepanjang jalan. Seungwoo bingung. Kenapa banyak sekali yang menjual coklat. Ada juga yang membagikannya secara gratis.
Belum lagi di televisi, banyak siaran yang menyajikan tayangan berbau romantis. Seungwoo jadi tidak bisa menonton Tayo kesukaannya karena banyaknya siaran romantis yang dipertontonkan.
Hari ini Seungwoo pergi ke supermarket bersama Bibi Lim untuk belanja bulanan. Tangannya memeluk Hancho sambil menggenggam satu cup es krim berperisa coklat. Matanya menatap acak ke seluruh penjuru supermarket.
Warna merah dan merah mudanya membuat mata Seungwoo mengantuk, sejujurnya. Semuanya sama. Bosan. Seungwoo lebih suka biru. Seperti Tayo dan Thomas. Atau putih seperti Hancho.
“Itu apa?”
Seungwoo menunjuk satu stand kecil diujung toko. Bibi Lim menatap ke arah yang Seungwoo tunjuk.
“Stand khusus coklat. Tuan Han mau kesana?”
Seungwoo mengangguk malu-malu lalu mengikuti langkah bibi Lim yang berjalan perlahan menuju kesana. Didalam etalasenya tersedia banyak sekali varian coklat. Ada juga coklat dalam toples yang diberi hiasan bunga.
“Ini tester, gratis. Tuan mau makan?”
Seungwoo mengangguk saat bibi Lim menyuapkan satu coklat kecil berbentuk hati. Saat dikunyah rasa coklatnya meledak, bercampur dengan rasa strawberry didalamnya. Seungwoo tertawa sambil bertepuk tangan.
“Suka suka ! Seunoo suka”
Bibi Lim mengusap Surai Seungwoo gemas lalu tersenyum, “mau buat?”
“Bisa buat?”
“Bisa. Bibi bisa bantu tuan buat coklat seperti ini. Ayo ikut bibi, kita cari bahan-bahannya”
ㅡ
Seungwoo pulang dengan riang. Dia akan membuat coklat bersama bibi Lim. Kata bibi, coklatnya akan dihias seperti yang ada di supermarket tadi. Lalu Seungwoo akan dengan senang hati memberikannya pada Seungyoun. Katanya di hari kasih sayang, banyak pasangan yang berbagi hadiah. Seungwoo suka hadiah. Seungwoo suka kado. Entah isinya mahal atau murah , Seungwoo suka. Dia menyukai sensasi membuka kado karena tidak tahu isinya apa.
“Aduh sayang sekali strawberry nya habis...” Keluh bibi Lim saat membuka kulkas.
“Habis. Supermarket habis”
“Iya di supermarket juga tidak ada. Tidak apa-apa ya tidak pakai strawberry?”
Seungwoo menatap ragu pada bahan belanjaannya lalu menggigit jarinya khawatir.
“Enak?”
“Bibi Lim janji akan membuat yang enak. Jarinya jangan digigit begitu dong Tuan , nanti perih” lalu Seungwoo mengangguk antusias. Ia sudah tak sabar membuat coklat. Tak apa tak ada isian strawberrynya seperti di supermarket tadi. Yang penting rasanya enak dan Seungyounie akan menyukainya.
ㅡ
Perjuangan Seungwoo membuat coklat ternyata tidak mudah. Jarinya harus merasakan panasnya panci, harus belepotan dulu dan lagi harus bersabar menunggu coklatnya beku.
“Tuan mandi dulu yuk sambil tunggu coklatnya beku” Seungwoo tidak pernah suka mandi. Entah air hangat atau air dingin ia tetap tidak suka. Tapi kalau mandi bersama Seungyounie rasanya menyenangkan karena Seungwoo diperbolehkan main sabun dan gelembung. Tidak seperti bersama bibi.
“Sebentar lagi tuan Cho pulang, lho..”
“Mandi Seunoo mandi!!” Lalu dengan secepat kilat berlari menuju kamarnya sambil berteriak agar bibi segera menyusul.
ㅡ
Pusing. Tiga hari tidur tak nyenyak. Banyak laporan menumpuk. Banyak masalah keuangan yang datang. Seungyoun harus bersyukur hari ini masalahnya selesai dan sudah terpecahkan. Ia hanya ingin istirahat dan mengambil cuti untuk esok hari. Tidur sepanjang hari sambil memeluk suami gemasnya.
“Aku pulang...”
Seungwoo berlari menuju pintu. Menyambut Seungyoun dengan teriakan bahagia. Lalu setelah melepas sepatu, Seungyoun memeluknya sambil mencium pipinya lembut.
“Mmmh.. wangi banget seunoonya aku”
“Mandi. Seunoo mandi”
Seungyoun membawa tubuh suaminya menuju sofa lalu mengambil duduk sambil melonggarkan dasi yang mencekiknya.
“Minum apa?”
“Tidak usah. Seungyounie mau mandi dulu ya? Seungwoo disini saja ya? Nanti menggambar bersama , ok?”
Seungwoo mengangguk malu-malu lalu membiarkan Seungyoun pergi meninggalkannya untuk mandi.
“Strawberry...” Seungwoo ingin pergi ke supermarket yang lain untuk membeli strawberry. Seungyoun harus merasakan sensasi coklat strawberry yang ia makan. Ia harus minta antar pada Seungyoun. Bagaimanapun caranya , Seungwoo harus mendapatkan strawberrynya.
ㅡ
Rasa pusing mendera kepala Seungyoun. Rasanya ia butuh sesuatu untuk melepas penat. Karena itu Seungyoun meminta bibi membawakan vitaminnya. Kini ia sedang duduk sambil meminum kopi di ruang kerjanya. Tadi dapat email untuk revisi laporan. Dengan mata yang sudah perih , dengan terpaksa ia membuka kembali laptopnya dan membaca laporan dari sekretarisnya.
“Seungyounie...”
Seungwoo dengan balutan piyama sutra berwarna ungu hadiah dari ayahnya masuk tanpa mengetuk pintu. Seungyoun hanya menjawab seadanya saja. “Kenapa sayang?” Katanya tanpa menoleh.
“Beli strawberry..”
“Hmm.. sudah malam sayang. Besok ya?”
“Hari ini. Strawberry enak. Ayo beli”
“Seungwoo sayang, sudah malam. Besok saja ya? Seungyounie sudah lelah”
Seungwoo menunduk sedih , jarinya kembali digigiti.
“Tidak bisa besok Seungyounie.. ayo strawberry...”
“Minta bibi belikan ke supermarket depan ya sayang? Bisa?” Seungyoun menghela nafas panjang sambil tersenyum manis.
“Habis Seungyounie..”
“Ya sudah. Besok pagi kita jalan-jalan ya? Kita beli strawberry”
Lalu matanya kembali fokus pada laptopnya. Ia ingin segera menyelesaikan pekerjaan yang menyita waktunya ini.
“T-tapi.. Seunoo beli strawberry sekarang. Harus sekarang”
Seungyoun menghela nafas panjang lalu memijat pelipisnya penat. Kenapa Seungwoo tak mau mengerti?
“S-seungyounie ayo strawberry...”
Mata Seungwoo sudah berkaca-kaca saat meminta Seungyoun untuk beranjak dari kursinya guna membeli strawberry.
“Seungwoo. Besok ya? Seungyounie masih harus bekerja sedikit lagi...”
“T-tapi..”
“HAN SEUNGWOO! KU BILANG BESOK YA BESOK! Sekarang masuk kamar lalu tidur. Aku masih harus bekerja! Tidakkah kau mengerti?”
Seungwoo tersentak kaget saat Seungyoun meninggikan suaranya pada Seungwoo. Empat tahun menikah, ini kali pertama Seungyoun membentaknya. Nada suaranya dingin dan keras. Menusuk. Merusak kepingan hati Seungwoo didalam sana. Tubuh Seungwoo bergetar mundur. Menjauh dari Seungyoun yang berkacak pinggang menatap nyalang pada Seungwoo.
“M-maaf Seunoo maaf...” Airmatanya menggenang di pelupuk mata. Membuat pandangan Seungwoo kabur. Seungwoo menunduk dalam sambil menahan rasa sakit.
“Ke kamar. Sekarang!”
Dan dengan cepat , Seungwoo berlari menuju kamarnya. Meninggalkan Seungyoun yang meremas rambutnya sendiri karena menyesal.
ㅡ
Seungwoo menutup pintunya kencang. Menguncinya buru-buru lalu duduk dipojokkan kamar sambil menangis kencang. Tangannya memeluk tubuhnya yang bergetar. Sakit. Rasanya sangat menyakitkan. Seungyoun tak pernah sekalipun membentaknya. Hanya ayah. Hanya ayah yang keras padanya. Biasanya Seungyoun yang akan memeluknya memberinya rasa aman. Tapi hari ini Seungwoo merasa dunianya hancur.
Seungwoo bodoh. Anak tidak berguna. Membuat Seungyoun marah dan jengkel akibat ulahnya. Seungwoo tidak berguna.
Anak idiot! Anak tidak berguna! Hanya bisa menyusahkan saja!
Kata-kata menyakitkan itu mengiang ditelinganya. Seungwoo menutup telinganya kuat-kuat, menggeleng mengusir rasa sakit yang ada. Airmatanya menganak sungai. Rambutnya ia jambak kencang-kencang.
Sakit. Rasanya sakit.
“M-maaf Seunoo m-maaf hiks hiks maaf” Seungwoo berbalik. Menghadap tembok dibelakangnya sambil gemetar. Tidak. Ia sudah berjanji tidak akan menyakiti dirinya lagi.
Tapi....
Hari ini Seungyoun membentaknya. Menunjukkan bahwa sebenarnya Seungwoo benar-benar tidak berguna.
Seungwoo memukuli kepalanya. Suara cacian itu kembali terdengar dan kian nyaring. Seungwoo tidak meminta terlahir seperti ini. Ia tidak ingin menyusahkan. Ia juga tak ingin menjadi beban.
Tapi ia selalu membebani orang-orang.
Kakaknya, ayahnya, ibunya, bahkan Seungyounnya.
Seungwoo tidak berguna.
Seungwoo membenturkan kepalanya kuat-kuat pada tembok kamarnya. Membuat dahinya memar karena dilakukan berulang-ulang. Tangisnya tak juga memelan. Suara jeritan tangisnya kian pilu.
Ia tak ingin dilahirkan sebegini menyusahkan.
Seungwoo kembali membenturkan kepalanya. Membuat rasa pusing menyerangnya. Basah. Dahi Seungwoo basah. Ia tak tahu apa itu. Pandangannya buram karena air mata. Pusing menyerangnya. Tubuh Seungwoo melemas. Masih dengan gemetar yang sama. Bibirnya berdarah karena ia gigiti.
“M-maaf Seunoo m-maaf..” lirihnya. Lalu entah kenapa hanya gelap yang ada.
ㅡ
“Bi, bisa buatkan ramen?”
Seungyoun menyusul bibi Lim di dapur. Setelah meminum vitaminnya, Seungyoun akhirnya menyelesaikan laporan dari sekretarisnya. Lalu karena perutnya perih minta diisi akhirnya Seungyoun memutuskan menyusul bibi Lim didapur.
“Tuan, di kulkas ada coklat untuk anda. Buatan tuan Han tadi siang”
“Oh ya? Ada acara apa?”
“Tuan Han bertanya tentang hari Valentine dan di supermarket tadi beliau mencicipi coklat yang isinya strawberry. Sepertinya beliau menyukainya” ujar bibi Lim sambil mendidihkan air.
Seungyoun membuka kulkas untuk meminum air dingin dari sana , lalu tangannya meraih toples coklatnya. Memakan dua butir sekaligus. Menciptakan sensasi manis pada Indra pengecapnya.
“Mmmh enak. Tapi tidak ada strawberry didalamnya”
“Iya kehabisan tuan... Bibi kira masih ada di kulkas” tangan bibi Lim menaruh satu cup ramen pedas diatas meja. Seungyoun tersenyum teduh, Seungwoonya memang luar biasa. Ia adalah pasangan yang sempurna dibalik kelemahannya.
Ia sedikit menyesal tadi sudah memarahinya. Pantas saja Seungwoo keukeuh mengajaknya membeli strawberry. Rupanya untuk coklat ini.
“Aku akan makan dikamar ya bi? Bibi istirahat saja”
Lalu setelah meraih gelas susu coklat Seungwoo dan cup ramen miliknya , Seungyoun berjalan menuju kamar.
Ia harus meminta maaf.
ㅡ
Seungyoun mengernyit mendapati kamarnya dikunci. Seungyoun menaruh ramen dan susunya diatas meja. Tangannya membuka laci meja dan mengambil kunci cadangan. Setelah pintu terbuka , Seungyoun tak mendapati Seungwoo diranjangnya.
“Sayang? Seungwoo? Seunoo dimana?”
Matanya menyusuri tiap sudut kamar. Seungwoo tidak ada.
“Han Seungwoo?” Kaki Seungyoun bergerak. Ada perasaan tidak enak mulai merasuk kedalam jiwanya. Jantungnya berpacu dengan cepat. Ia mulai panik.
“Seungwoo?”
Darahnya berdesir panas. Ada rasa cemas yang mendera.
“HAN SEUNGWOO!!” Jantungnya melompat dari dada menuju kaki. Disana. Dipojok ruangan, Seungwoonya tergeletak mengenaskan. Dengan dahi berdarah. Seungyoun berteriak kencang sambil memeluk badan Seungwoo yang melemas. Membuat bibi Lim dan Paman supir datang dengan cepat.
Seungwoonya tidak kunjung membuka mata meskipun Seungyoun berulang kali memeluk dan menepuk pipi nya. Ini salahnya. Seungwoo membenturkan kepalanya lagi. Ini salahnya. Tadi ia membentaknya dengan tak berperasaan. Ini salahnya.
Air mata Seungyoun tak terbendung lagi. Mengalir deras membasahi dirinya.
“Bangun sayang... Maafkan aku”
Lalu malam itu, Seungyoun membawa suaminya menuju rumah sakit dengan rasa bersalah yang besar.
ㅡ
Seungyoun terduduk lemas dikursi tunggu bersama bibi Lim dan Paman supir. Tangisnya kian mengeras karena rasa bersalah yang menggerogotinya. Ini semua salahnya. Harusnya Seungyoun tak meninggikan suaranya pada Seungwoo.
“Tuan.. tuan Han pasti baik-baik saja. Jangan khawatir”
Bibi Lim mengusap punggung Seungyoun yang terisak. “Semua ini salahku, Bi...”
Bibi Lim mengusap punggung itu lagi guna menguatkan. Bibi Lim juga khawatir. Tapi ia berharap Seungwoo kuat disana.
ㅡ
Dokter bilang tidak ada luka serius. Hanya dahi Seungwoo yang harus dijahit. Dokter bilang tidak ada pendarahan yang fatal di otak. Dokter bilang semuanya akan baik-baik saja. Dokter bilang Seungwoo akan mendapatkan perawatan medis selama beberapa hari ke depan.
Dan Seungyoun setia menggenggam tangannya kuat-kuat. Menciumi punggung tangan Seungwoo lembut sambil meminta maaf.
Semalaman Seungyoun terjaga. Memastikan Seungwoo benar-benar baik-baik saja. Tangannya mengusap pipi Seungwoo pelan-pelan. Sakit. Rasanya sakit sekali. Seungyoun tak seharusnya begini. Harusnya Seungyoun memberinya kasih sayang dan perlindungan yang nyaman. Bukan malah membentak dan menyakiti hatinya.
Hingga fajar menyingsing, Seungyoun masih menemani Seungwoo.
“Maafkan aku....” Seungyoun mengecup bibir Seungwoo lembut lalu mengusap kepala Seungwoo sayang.
Seungwoo mengerang. Menggelengkan kepalanya mengusir rasa sakit dan pusing dikepalanya. Matanya membuka pelan-pelan, menangkap sosok Seungyoun yang tersenyum lega karena Seungwoo membuka matanya.
“Selamat pagi, sayang” Seungyoun mengecup punggung tangan Seungwoo lagi. Seungwoo menatap sekitar. Ini bukan kamarnya. Tidak ada Hancho disini.
“Dimana...” Seungwoo mengernyitkan dahi. Suaranya serak dan berat. Terdengar lirih dan berbisik.
“Di rumah sakit. Seungyounie panggilkan dokter ya?”
Seungwoo menggeleng sambil mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Seungyoun.
Seungyoun mengalah. Ia menghela nafasnya lalu mengangguk. Mengusap surai hitam itu pelan. Mengecupi wajah Seungwoo sambil menangis meminta maaf.
“Sakit ya? Hm?”
Seungwoo menatap lurus pada mata Seungyoun yang teduh. Seungwoo mengangguk lemas , matanya berkaca-kaca menahan tangisnya. Tangannya menggenggam kuat tangan Seungyoun yang hangat.
“Maaf Seunoo maaf... Seunoo nakal Seungyounie maaf hiks hiks” tangisnya terdengar parau. Rasanya sakit. Sakit sekali. Seungyoun mencium bibir Seungwoo lagi. Menggeleng lemah sambil mengusap pipi Seungwoo. “Maafkan aku ya? Seungyounie nakal ya marah-marah sama Seunoo.. Seunoo pasti takut?”
Seungwoo mengangguk pelan sambil terisak. “Maaf Seunoo maaf...”
Seungyoun memeluk suaminya erat. Membiarkan air matanya turun tanpa aba-aba. Ini kali pertama dan terakhir dirinya menyakiti Seungwoonya. Ia berjanji akan lebih berhati-hati lagi.
“S-seungyounie mam coklat?”
Seungyoun melepas pelukannya lalu mengangguk. “enak sekali rasanya. Seungyounie suka”
“Tidak ada strawberry... Habis. Maaf Seunoo maaf”
Seungyoun menggeleng lalu kembali mengecupi wajah Seungwoo hingga basah. Membuat Seungwoo tertawa karena geli. Lalu ia memekik saat Seungyoun dengan jahil menggigit hidung mancungnya.
“Terimakasih ya sudah membuatkan coklat. Seungyounie suka. Nanti kalau Seunoo sudah boleh pulang kita beli strawberry ya sambil jalan-jalan?”
Seungwoo mencebik, “sekarang...”
“Kepala seunoo masih pusing kan? Nanti kalau sudah tidak pusing kita pulang, ok?”
Seungwoo mengangguk lalu memeluk Seungyoun. Membiarkan suaminya berbicara sendiri , entah apa itu tapi sepertinya meminta maaf.
Seungwoo sudah berjanji untuk tidak membenturkan kepalanya lagi. Tapi ia tetap melakukannya. Seungwoo menyesal. Hal itu membuat Seungyounienya takut hingga menangis.
Seungwoo berjanji takkan melakukannya lagi. Rasanya juga menyakitkan.
Seharusnya dihari Valentine , mereka merayakannya di wahana wisata. Karena Seungyoun sudah sengaja ingin mengambil cuti. Pergi bermain menghabiskan waktu bersama suaminya.
Tapi ternyata mereka malah harus menghabiskannya di rumah sakit. Tapi tak apa. Asalkan bersama Seungyounie. Semuanya pasti terasa lebih mudah dan menyenangkan.
Seungyoun sudah pernah menyakiti suaminya sekali. Mendapati tubuh sang pasangan berlumur darah tak sadarkan diri adalah hukuman terberatnya. Seungyoun berjanji takkan melakukannya lagi. Seungyoun menyesal. Rasa coklat yang semalam ia makan menyadarkannya. Betapa indah hidupnya , betapa riang gembira suaminya , betapa sayang dia pada pasangannya. Seungwoo adalah obat. Seungwoo adalah sumber kekuatan. Seungwoo adalah peti harta karun yang sangat berharga.
And he is straw on his berry
Fin
ㅡMeiri🍑
Eh lupa warn!nya
Angst. hurt/comfort. Self harm hehe 👉👈
((Endingnya ngaco))