Tanah penuh cinta
Sudah mendekati skidipapap sawadikap
ㅡ
Di satu tempat di bumi ini, terdapat satu tempat yang sangat indah meskipun tidak ada penghuni yang hidup disana. Hanya tumbuhan dan hewan-hewan langka yang meramaikan suasana asri tempat ini. Bunga-bunga cantik bermekaran , menghantarkan wangi khas bercampur dedaunan. Nyanyian syahdu dari ranting kering dan rumput yang diterpa angin. Kilauan mentari yang berbaur diatas air danau menambah indah tempat ini. Ditempat ini Seungyoun mematangkan pengendalian elementnya. Belajar memahami tenang dan damainya air bersama Wooseok , keras dan tegasnya bumi dari Hangyul dan cepat tanggap juga lincah gerak saat berperang bersama Yuvin.
Empat hari mereka disini dan belum ada tanda-tanda negara api menyadari. Mungkin mereka mencari ke segala tempat yang lebih berpotensi. Terimakasih atas saran Hangyul untuk bersembunyi disini sambil berlatih. Seungyoun merasa terbantu.
Seungyoun tengah berlatih mengendalikan air didepan danau indah nan cantik ini sedangkan Wooseok dan Yuvin sedang mencari makan.
Fokus dan konsentrasi nya terpecah karena sedari tadi kerikil kecil menimpuk kepalanya. Seungyoun kira saat Hangyul menawarkan diri untuk membantunya ia adalah seseorang yang sudah profesional. Ternyata hanya sampai ditahap dua atau tiga. Saat berlatih bersama , tak aneh jika selalu ada kerikil kerikil kecil yang tak terkendalikan olehnya. Seungyoun berdecak lalu mengarahkan sepercik air dengan jemarinya , membasahi separuh wajah dan baju depan Hangyul, “berhenti menimpukku dengan kerikilmu itu Lee Hangyul...”
“Maaf kak aku tak sengaja.. kenapa kau harus membuatku basah sih kak? Aku kan tidak sengaja”
“Kerikil itu memang kecil tapi kalau terlalu lama, terasa juga sakitnya...”
Hangyul mencebik lalu memundurkan tubuhnya dan kembali berlatih.
Hangyul mengambil kuda-kuda, menggerakkan tangannya dengan pelan , menciptakan batu berukuran sedang melayang perlahan mengikuti gerakannya,
“Dan berhenti mengagumi Yuvin, Wooseok cemburu”
Brukk
Batu yang kira-kira berukuran anak berusia sepuluh tahun itu terjatuh tanpa aba-aba membuat Seungyoun melompat kaget dan lagi-lagi mengomel padanya.
“A-aku juga tidak sengaja kak...”
“Tidak sengaja yang mana? Kau bisa saja melukai orang , Hangyul!”
“Dua-duanya... Tidak sengaja”
Seungyoun menghela nafas lalu memijat pelipisnya pasrah.
“Aku harus meditasi. Kau berlatihlah lagi...”
Hangyul mengangguk , membiarkan Seungyoun pergi menjauh darinya. Mendudukkan tubuhnya diatas batu didekat pohon diseberang sana, mulai memejamkan mata dan larut dalam meditasinya.
ㅡ
Bagaimana caranya aku mengendalikan air?
Jangan lukai orang lain , Seungyoun. Kau Avatar. Ikhlaskan segalanya , jangan memendam emosi terlalu lama. Biarkan semuanya mengalir seperti air. Ikuti kemana dia membawamu. Lepaskan semuanya, percayakan padanya. Genggam samudera kuat-kuat, dan buktikan bahwa kekuatan air itu tidak pernah main-main
ㅡ
Seungwoo berjalan mengendap-endap sambil membawa lentera. Mendekati Hangyul dan Seungyoun yang masih sibuk sendiri dengan kegiatannya. Wooseok dan Yuvin sepertinya masih lama.
Seungwoo mengambil langkah semakin dekat. Eksistensinya tak juga diketahui oleh Hangyul rupanya.
Hangyul menghembuskan nafas lalu memandang Avatar yang sejak dua jam lalu bermeditasi itu.
“Kak Youn.. kau tahu? Aku tak pernah seberharap ini pada seseorang. Hanya padamu, pada Avatar...”
“Aku juga”
Refleks. Hangyul memasang kuda-kuda setelah sepersekian detik membalik tubuhnya. Hangyul menyipitkan matanya , “K-kau pangeran Han kan?”
“Senang ada yang mengenalku...”
“Mau apa kau kemari?”
“Menjemput seseorang”
Seungwoo tersenyum manis sambil menatap lurus pada Seungyou. Jemarinya sudah bersiap-siap melancarkan serangan api. Dan Hangyul sudah dengan posisi defensifnya.
“Kau bisa bergeser sedikit? Aku harus membawanya ke rumah”
“Tidak semudah itu”. Batu-batu berukuran sedang mulai beterbangan mengelilingi Seungwoo. Seungwoo dengan cekatan berlari kesana kemari menghindari serangan. Jemarinya menari , menciptakan api yang kian membesar dan dilemparkannya menuju Hangyul. Dengan cepat Hangyul membentuk tembok menghalaunya. Lalu Seungwoo kembali menghujani Hangyul dengan serangan hingga menyebabkan yang lebih muda hanya bisa melindungi dirinya. Hangyul merentangkan tangannya , menciptakan dinding didepan Seungyoun lalu melemparkan batu-batu lagi ke arah Seungwoo. Seungwoo melompat keatas pohon lalu menyemburkan api yang cukup besar untuk membuat Hangyul dengan terpaksa menutup seluruh tubuhnya dengan dinding batu itu. Dan itu menjadi kesempatan bagus untuk Seungwoo , segera meraih tubuh Seungyoun dan pergi dengan secepat kilat. Menyisakan Hangyul yang merana meratapi kegagalannya melindungi avatarnya.
Aku akan segera pulang,ibu