Teh manis.

Seungyoun kesal dengan jarak. Yang sering memisahkan dirinya dengan Seungwoo. Memang di era modern ini kita harus memanfaatkan teknologi yang ada. Tapi jika melulu tentang video call dan telfon atau bertukar kabar lewat chat, rindunya tidak terobati.

Seungyoun sangat mencintai Seungwoonya. Amat sangat. Katakanlah Seungyoun ini Bucin. Tapi siapa sih gitu lho yang gak sayang sama pasangannya? Yang ga berani ambil resiko demi pasangannya? Yang ga sayang ga cinta sama pasangannya? Yang rela menyebrangi lautan demi pasangannya?

Semua orang adalah Bucin . Tapi dengan caranya sendiri-sendiri.

Seungwoo baru saja selesai ujian akhir. Begitupun Seungyoun. Rasa rindu ini terlalu menyesakkan dada. Hingga Seungyoun kehilangan akal sehatnya.

Hingga malam ini, ia memutuskan menghampiri kekasihnya. Niat makan malam dengan si kesayangan. Tangannya menenteng tiga porsi bakso dan satu bungkus olahan seafood. Seungyoun yakin Seungwoonya suka.

Seungyoun rindu melihat Seungwoo senang. Melihat Seungwoo makan, melihatnya tertawa , tersenyum, mengunyah sambil menggoyangkan kakinya. Ia rindu menempelkan dahi dengan dahi yang seperti hobi. Ia rindu dengan candu manis bibir Seungwoo. Ia rindu kekasihnya. Rasanya mau mati. Rindu ini terlalu.

Maka saat Seungwoo tersenyum sambil membukakan pintu, ia merengkuh tubuh itu erat sekali. Dihirupnya dalam-dalam aroma Seungwoo yang menguar dari sana. Wangi peach dan minyak telon yang kuat dari perpotongan leher dan bahunya. Aroma mint dan Citrus dari shampoo yang ia pakai. Dan lembut fabrik pakaian yang Seungwoo kenakan.

Seungwoo balas memeluk kekasihnya tak kalah erat. Menyelami wangi Citrus dan tembakau dari tubuh kekasih jangkung bermata rubahnya.

Lalu bibir penuhnya dikecup ringan oleh si mata rubah. Keduanya tersenyum, dan saat tangan Seungwoo melingkar di pinggangnya, mereka melenggang masuk menuju rumah.

...

Seungyoun rindu mendudukkan tubuhnya diatas kasur bermotif lambang Barcelona milik Seungwoo. Rindu menatap interior kamar kekasihnya. Rindu menatap deretan foto yang sengaja Seungwoo pajang disana. Ada polaroid baru, banyak. Sekitar lima buah. Isinya adalah kenangan mereka ketika di Bandung saat itu. Ada gelenyar hangat yang merambat memasuki dada. Senyum terukir. Seungwoo memajang foto mereka diatas figura kecil, diletakkan diatas meja belajar , berdampingan dengan foto-foto keluarganya disamping laptopnya yang teronggok terabaikan.

Ada rasa rindu yang tak bisa diungkapkan karenanya. Seungyoun tersenyum. Tangannya meraih jaket Seungwoo yang tersampir diatas kursi, memeluknya dan menghirup aroma yang keluar dari sana.

Gila. Rindu ini membuatnya gila.

...

“Seungyoun ini tehnya. Maaf lama. Mama sambil telfonan”

Seungwoo menaruh secangkir teh diatas meja belajar. Seungyoun tersenyum sambil mengangguk, lalu dengan cekatan menangkap tubuh Seungwoo yang terjun kearahnya diatas kasur. Memeluknya dengan amat erat dan menciumi pipinya sayang. Seungwoo juga rindu.

“Baksonya enak~” katanya.

Seungyoun hanya tertawa kecil, “baksonya doang? Ketemu aku nya enggak?”

“Enak juga bisa peluk hehe. Seungyoun, mau cium~”

Dan Seungyoun merendahkan kepalanya memagut bibir Seungwoo pelan dan lembut. Menyalurkan afeksi yang membuat Seungwoo melenguh kecil sambil meremas baju depannya. Seungwoo membuka mulutnya, membiarkan Seungyounnya menjajah isi mulutnya. Seungwoo rindu segalanya tentang Seungyoun. Pun sebaliknya.

Maka saat ciuman itu berakhir, Seungyoun mengusap bibir Seungwoo yang basah dengan jempolnya lalu tersenyum. Keduanya saling memandang dan diakhiri dengan kecupan singkat di dahi. Seungyoun memilih meminum tehnya. Lalu mengernyit sebentar tapi tetap menenggaknya hingga setengah gelas.

“Mau nonton apa?” Tanyanya. Seungwoo semakin menyamankan posisinya didalam pelukan Seungyoun sambil mengotak-atik laptop yang kini dipangkuannya.

“Gimana kalau vlog Hangyul waktu di Medan?”

“Gak mau. Aku masih marah sama Hangyul. Masa gak inget kasih aku oleh-oleh” lalu Seungyoun tertawa lepas. Hingga akhirnya mereka menonton kartun saja.

....

“Haus. Bagi tehnya Youn”

“Gaboleh. Aku juga haus”

“Ih Seungyoun! Bagi dikit biasanya juga gak pelit?”

“Haus woo..” dan setelah itu dia meminum tehnya hingga habis. Seungwoo semakin sebal lalu mengerucutkan bibirnya. “Ambil baru aja ya?” Katanya yang membuat Seungwoo semakin kesal.

Hingga pada akhirnya ia menyerah dan kembali ke dapur untuk mengambil minum lagi.

....

“Adek! Adek...”

Mama Han berlari dari arah dapur mendekati Seungwoo yang kebetulan sedang menuju dapur juga sambil membawa gelas bekas Seungyoun tadi untuk diisi ulang.

“Adek??!! Han Seungwoo!”

“Iya mama? Adek disini kenapa mama teriak?”

Mama memegang bahu Seungwoo panik , lalu mengguncangkannya pelan, “gawat dek”

“Gawat kenapa Ma?”

“Mama salah tadi.. mama salah masukin”

“Masukin apa ma? Pelan-pelan dong bicaranya....”

“Teh Seungyoun mana? Teh Seungyoun mana dek?”

Seungwoo menyerahkan gelas tadi dengan ekspresi bingung luar biasa hingga mama kembali mengaduh.

“Kok dihabisin sih dek?”

“Dia haus , Mama...”

“Mama salah masukin gula, itu malah mama kasih garam. Habisnya mama tadi sambil telfonan jadi gak sadar”

Dan Seungwoo tidak bisa tidak ikut terkejut.

Seungyoun sebenarnya sudah ingin merokok. Tapi ia ingat ini bukan teritorialnya. Kamar Seungwoo bebas asap rokok. Anaknya memang gak suka. Makanya dia sibuk nyemilin pocky greentea punya Seungwoo.

Teh tadi bikin lidah dan bibir dia mati rasa. Asin banget. Makanya pas Seungwoo minta, dia gak kasih.

Sudah dijelaskan,kan diawal? Kalau Seungyoun itu Bucin. Dan ini salah satu buktinya.

.

Sesaat setelah suara pintu tertutup , Seungyoun menangkap sosok Seungwoo berjalan pelan kearahnya dengan muka menggemaskan, pipinya menggembung dengan bibir mengerucut lucu. Berjalan kearahnya sambil merentangkan tangannya.

Dan Seungyoun bisa apa selain memeluknya?

“Sayangnya Seungyoun kenapa?”

Seungwoo mengerang kecil sambil mengecup leher Seungyoun pelan. Mengusakkan hidungnya pada perpotongan leher dan bahunya.

“Kenapa hm? Berantem sama Mama?”

“Seungyoun kenapa gak bilang tehnya asin?”

Seungyoun terkesiap lalu sedetik kemudian ia tersenyum. Tangannya mengusap punggung kokoh kekasihnya lalu mencium pipinya sayang.

“Aku sayang kamu..” katanya.

Seungwoo merangkak, mendudukkan tubuhnya diatas pangkuan Seungyoun dan mengecup bibirnya lama. Melumat bibir atas bawahnya bergantian dan menarikan lidahnya dirongga mulut Seungyoun.

“Woo...”

Dahi bertemu dahi. Ini adalah hobi yang selalu mereka rindukan.

“Udah manis?”