this is baby for my baby

Spesial Han Seungwoo's day 마지막 부분 / Part 3.2 (ending) Ryeonseung / Cho Seungyoun X Han Seungwoo

Seungwoo lima tahun adalah kegemesan yang hakiki

ㅡ Hope you guys like it! Maaf kalau kurang manis, aku pusing wkwkwk ㅡ

Hari ini hari ulangtahun Seungwoo. Tapi Seungyoun tetap saja sibuk. Menghabiskan waktu berkutat didepan laptop. Untung outfitnya sudah disiapkan sejak Minggu lalu. Ia benar-benar menyesal menghabiskan waktu bersama kerjaanya , bukannya menghias ballroom, menghias kue atau meniup balon dibawah sana seperti yang sanak saudaranya lakukan.

Ulangtahun Seungwoo memang selalu disiapkan secara terang-terangan begitu, karena pada dasarnya Seungwoo tidak mengerti apa itu surprise dan kenapa harus dikejutkan dengan pesta yang tiba-tiba. Diusianya yang ke 22 Seungwoo pernah menolak merayakan ulangtahun karena kue dan eskrimnya tidak sesuai dengan yang ia inginkan. Maka dari itu kedua kakaknya memilih untuk menyiapkan ulangtahun sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Seungyoun menatap Seungwoo dengan ekor matanya lalu tersenyum manis. Seungwoonya sibuk meniup balon bersama Minhee, cucu pertama Tuan Han dan Junho sepupunya. Ada Dongpyo juga yang membantu. Sedangkan si Garfield gemuk terlihat santai diatas paha mulus Seungwoo yang mengenakan celana pendek selutut.

“Seunoo tiup banyak” serunya bahagia. Tangannya bertepuk tangan heboh bersama saudara-saudaranya. Pemandangan ini indah sekali.

ㅡ “Tuan ini silakan kopinya” Bibi Lim menaruh secangkir kopi panas diatas meja. Seungyoun tersenyum lalu berterimakasih. Matanya menatap Seungwoo lagi dengan ujung matanya. Kini mereka sedang memasang dekorasi. Seungwoonya terlihat berjinjit diatas kursi sambil memasang hiasan ulangtahun, “seunoo-ya hati-hati..” katanya mengingatkan.

Seungwoo hanya bergumam lalu mengangguk kecil. Pemandangan ini benar-benar menyenangkan. Seungyoun tidak pernah sangka bahwa Seungwoo akan sebahagia ini jika saudara-saudaranya sudah datang.

Seungyoun melangkahkan kaki menuju rak buku yang ada disampingnya, memilih data-data yang akan dipakai untuk membuat laporannya. Matanya menelisik isi map itu satu persatu.

Pranggg!!!

Cangkir kopi itu jatuh setelah tumpah mengenai beberapa berkas yang sedang Seungyoun kerjakan diatas meja.

Disana ada Seungwoo terdiam takut sambil berusaha menjauhkan Garfield gemuknya. Seungyoun memekik lalu berlari kearah meja. Menyelamatkan arsip-arsip yang tidak terkena tumpahan kopi, dan mengangkat laptopnya menjauh. Seungyoun menghela napas berat. Ia menatap sendu meja kerjanya yang basah oleh kopi yang tumpah.

“Paman! Paman! Janganㅡ”

“HAN SEUNGWOO!”

O-ow..

Disana tuan Han berkacak pinggang, wajahnya merah padam menahan amarah, dengan langkah tergesa menghampiri Seungwoo dan membuahinya dengan jeweran kuat ditelinganya. Membuat Seungwoo yang sedang takut semakin takut dan tak bisa membendung tangisnya.

“Ayahㅡ”

“KAU KETERLALUAN! DASAR ANAK BODOH! APA YANG KAU PERBUAT HAH? KAU MEMBUAT PEKERJAAN SEUNGYOUN LEBIH RUMIT!!”

Seungwoo menangis kencang. Tangannya berusaha menjauhkan tangan sang ayah dari telinganya, sesekali ia memekik dan meminta maaf atas kenakalannya.

“Ayah tolong ini bukan salah Seungwoo...” Seungyoun berusaha memeluk Seungwoo yang menangis kencang tapi sang ayah lebih dulu menyeretnya menjauh. Mendorongnya masuk kedalam kamar mandi terdekat dan menguncinya disana.

“DIAM DISANA DASAR ANAK TIDAK BERGUNA”

Baik Seungyoun, Junho , Minhee dan Dongpyo semuanya mendekat berusaha membujuk Tuan Han agar memberikan kuncinya untuk membebaskan Seungwoo. Tapi tuan Han tetap dirinya yang keras kepala. Hingga sesat setelah tuan Han meninggikan suaranya agar tak ada seorangpun yang mengeluarkan Seungwoo, ia pergi.

Seungwoo menangis kencang. Tubuhnya terduduk dilantai kamar mandi sambil memeluk lutut. Menggulung dirinya menjemput kehangatan. Seungwoo tidak sengaja. Ia hanya ingin menjauhkan Garfield dari laptop Seungyoun karena Seungwoo tahu itu akan mengganggu. Tapi Garfield tiba-tiba melompat dan menyenggol gelas kopi hingga membuatnya tumpah dan mengenai berkas berkas Seungyoun.

Seungwoo tidak sengaja. Ia bersumpah ia tak ingin membuat Seungyoun kesusahan . Tapi ia selalu menyusahkan.

Seungwoo meremas rambutnya kuat-kuat, ia sudah berjanji untuk tidak membenturkan kepalanya pada dinding lagi , tapi ia tak bisa. Suara ayahnya memasuki telinga. Membuat Seungwoo secara refleks memukuli kepalanya kuat-kuat sambil meracau tidak jelas. Seungwoo malu, ia malu untuk minta maaf pada Seungyoun karena hari ini dia nakal lagi.

Seungyoun buru-buru membuka pintu kamar mandi dengan kunci cadangan yang diberikan oleh Bibi Lim dan melompat kaget , refleks memeluk Seungwoo yang terlihat asyik memukuli dirinya sendiri. Seungyoun memeluknya dengan kuat, menjauhkan tangan Seungwoo dari kepalanya dan menciuminya lembut.

“Seunoo kenapa Seunoo begini lagi? Astaga sayang, kumohon berhenti!! Aku tidak menyalahkanmu”

“Nakal! Nakal! Nakal! Nakal! Anak bodoh! Anak dungu! Nakal tidak berguna! Nakal!”

Seungyoun menangis melihat kondisi Seungwoo seperti ini. Namun ia tak berhenti membisikan kata penenang dan kasih sayang. Hingga perlahan Seungwoo tenang. Bahunya naik turun dengan Isak tangis yang kian mereda. Seungyoun mengecup pipi Seungwoo lama, mengusap rambut Seungwoo yang basah karena keringat. “Seunoo tidak nakal... Seunoo anak manis, paling manis didunia ini. Seungyoun mencintai Seunoo, tolong jangan sakiti dirimu sendiri lagi”

Seungwoo memeluk Seungyounnya kuat-kuat, menenggelamkan wajahnya di dada Seungyoun lalu bergumam lirih. Hingga setelah tangisnya mereda , Seungyoun menggendong Seungwoo menuju kamar.

“Itu alasannya kenapa aku tidak mau jadi penerus kakek!” Han Minhee, anak pertama dari anak cikal keluarga Han itu menatap sengit Tuan Han dihadapannya. Tuan Han hanya menatapnya remeh lalu mendengus.

“Aku tidak mau jadi penerus orang yang tega menyakiti anaknya! Paman Seungwoo tidak salah?! Kucing itu tiba-tiba melompat! Paman Seungwoo hanya mencoba menjauhkannya dari meja tapi kakek malah mengurungnya dikamar mandi! Dasar tidak punya hati”

“Jaga ucapanmu sebelum kau kena batunya”

“Ayo hukum aku juga!! Padahal dulu, kata ibu.. kakek sangat menginginkan paman. Nenek ingin menggugurkan kandungannya pun kakek cegah. Kakek selalu memanggil dokter handal. Tapi setelah paman lahir... Aku tidak sangka kakek akan menjadi monster. Kata ibu, bukan salah paman jika nenek meninggalkan kakek!!!”

“CUKUP! KELUAR KAU”

Dengan napas terengah karena marah, Minhee melangkahkan kakinya keluar sambil menghentak kesal. Dasar tidak punya hati.

Seungwoo sedang duduk bersila diatas karpet, tangannya menggenggam hairdryer, mencoba mengeringkan berkas-berkas yang ketumpahan kopi. Beberapa kata yang tidak jelas, ia coba memperjelasnya serapi mungkin dengan pulpeln Junho. Hingga di lembaran terakhir, ia tersenyum manis.

“Lalu bagaimana keadaan Seungwoo sekarang Seungyoun?” Han Sunhwa yang baru saja pulang setelah membeli camilan terkejut mendapati kabar bahwa dihari Ulangtahun adiknya, ia malah dimarahi oleh ayahnya sendiri.

“Dikamar, sedang istirahat.. aku takut Seungwoo tidak mau keluar untuk merayakan ulangtahunnya..”

“Tidak apa, kita bujuk dia sebisanya..”

Seungyoun menoleh ke asal suara derap langkah yang tergesa , Seungwoo berlari kearahnya sambil tersenyum malu-malu.

“Hai sayang? Sudah bangun?”

Seungwoo menyodorkan kertas arsip itu pada Seungyoun lalu menundukkan dalam, “s-seunoo perbaiki.. apa bisa?”

Hati Seungyoun menghangat, disaat yang sama terasa sedikit tercubit. Han Seungwoonya selalu penuh kejutan . Hatinya yang bersih dan tulus selalu membuat Seungyoun terharu. Dengan mata yang berkaca-kaca, Seungyoun mengangguk “terimakasih Seunoo... Ini tidak jadi rusak” Seungyoun mengusap pipi Seungwoo lembut dan mengecup ujung hidungnya sayang, lalu Seungwoo beringsut memeluk tubuh Seungyoun lama sambil meminta maaf.

“Itu bukan salahmu. Ah! Seunoo , nanti malam tetap mau potong kue kan?”

Seungwoo mengangguk antusias sebagai jawaban.

Malam ini, tepat pukul 7 , Seungwoo terngah bertepuk tangan sambil bernyanyi. Kakak kakaknya , Bibi Lim , Sejun , Wooseok , Jinhyuk dan saudara-saudaranya disana. Ikut merayakan hari bahagia Seunoo si hati bersih. Semuanya bersorak bahagia dan menikmati pesta kecil-kecilan itu. Seungwoo senang sekali mendapat kado. Seungwoo dengan senang hati membuka kado satu persatu dan memekik gembira.

Terlebih lagi saat ia tahu isinya adalah alat menggambar. Seungwoo sangat menyukainya.

“Seungwoo-ya... Jinwoo mau main nih, kangen katanya” Wooseok tersenyum sambil mendudukkan dirinya disamping Seungwoo. Seungwoo menatap jinwoo sambil berkedip lucu. Lalu mengusap kepala si bayi berusia 8 bulan itu sambil menggeleng, “Seunoo sudah tidak akan pinjam bayi. Tidak pinjam”

“Eh? Kenapa? Jinwoo suka lho main sama Seungwoo?”

“Tidak pinjam. Tidak boleh. Nanti nangis. Seunoo tidak bisa. Elus saja. Sayang”

Wooseok sedikit kecewa mendengar jawaban itu. Ya , Seungwoo selalu menuruti perintah ayahnya. “Seunoo, selamat ulangtahun ya”

“Terimakasih..” katanya malu-malu.

Kado paling indah bagi Seungwoo adalah pemberian Seungyoun. Dimana Seungyoun memberikan banyak mainan baru baginya. Boneka baru, crayon, cat air , kanvas , buku gambar , dan tentunya handphone baru. Seungwoo pernah memintanya pada Seungyoun, ia bilang ingin melakukan video call bersama Subin, salah satu teman Sejun. Alasan sederhana yang membuat Seungyoun tertawa.

Tapi tak ada hadiah yang lebih indah selain cinta kasih dari suaminya. Hubungan keduanya benar-benar membaik. Seungwoo sudah tidak canggung lagi , begitupun Seungyoun. Seungwoo selalu merasa aman didalam dekapannya .

“Ayah tak ingin memberi kado untuknya?” Seungyoun mendudukkan dirinya disamping tuan Han yang acuh tak acuh disana. Tuan Han hanya mendehem kecil lalu menyerahkan sebungkus kado , meletakkannya sembarangan diatas meja.

“Seunoo-ya..kado dari ayah” serunya. Lalu Seungwoo yang selalu senang dengan kado, akhirnya berlari menuju Seungyoun, membuka bungkus kado itu tergesa lalu memekik senang.

Isinya piyama sutra berwarna ungu. Seungwoo tertawa bahagia bersama Dongpyo dan Junho. Lalu Seungwoo melompat-lompat didepan Seungyoun, “Younie Younie?! Pakai ini pakai?!!”

“Eh? Masa sedang pesta pakai baju tidur?”

“Pakai! Seunoo pakai ini pakai! Seunoo pakai! Pakai ini pakai”

Seungwoo semakin meracau lalu mau tak mau Seungyoun mengiyakannya.

Tepat saat tengah malam, Tuan Han berjalan pelan menuju kamar Seungwoo dan Seungyoun. Diintipnya kamar bernuansa hitam putih itu lamat-lamat, tidak ada tanda-tanda Seungyoun disana. Tuan Han mendekat, mendudukkan dirinya diatas kasur. Menatap Seungwoo yang tertidur lelap dengan balutan piyama ungu pemberiannya tenang. Tuan Han memang keras dan kejam pada Seungwoo. Tapi jauh disudut hatinya , baginya Seungwoo tetap anaknya. Ia mengakuinya. Tapi rasa benci dan amarahnya lebih mendominasi dirinya , merubah sosoknya menjadi monster mengerikan bahkan didepan anak dan cucunya sendiri.

“Kau...mirip sekali dengan ibumu. Aku benci itu” ucapnya pelan. Tangannya beralih mengusap puncak kepalanya, membelai Surai hitam itu pelan sambil mendengus.

“Kenapa juga kau harus terlahir idiot begini? Kau benar-benar menyusahkan, seperti ibumu. Kau tahu Seungwoo? Berapa kali dia mencoba membunuhmu? Berapa kali aku harus memanggil dokter handal untuk menyelamatkanmu? Tapi apa yang kudapat? Kau lahir idiot, dan dia pergi dari kita”

Seungwoo mendengkur halus , menyamankan tidurnya, mendekatkan dirinya sendiri pada belaian diatas rambutnya.

“Selamat ulangtahun anak bungsu Ayah...”. Tuan Han merendahkan tubuhnya , mengecup kening Seungwoo singkat lalu beranjak.

“Terimakasih ayah...”

Seungyoun tersenyum didepan pintu. Tubuhnya bersandar pada dinding, menyaksikan semua yang ayah mertuanya lakukan.

“Aku tahu , kau masih menyayanginya. Aku tahu kau punya alasan tersendiri kenapa memilihku untuk menikah dengannya. Terimakasih sudah menjadi ayahnya , anak anda... Adalah duniaku sekarang. Bahagianya adalah bahagiaku. Tolong jangan sakiti dia lagi. Aku berjanji akan menjaganya dengan baik”

Tuan Han tidak ingin mengelak lagi. Biar saja tertangkap basah seperti ini.

“Akuㅡ percayakan semuanya padamu” Tuan Han menepuk pundak Seungyoun singkat lalu pergi dari sana.

Seungyoun tersenyum menatap Seungwoo yang masih tertidur pulas. Kulit putih pucatnya berpendar cantik dibawah sinar rembulan. Seungwoonya indah dengan caranya tersendiri.

“Terimakasih telah datang ke kehidupanku. Maafkan aku terlambat menyadarinya. Mari kita hidup bahagia mulai sekarang. Hanya ada aku dan kau, berbagi kasih dan cinta bersama. Aku tidak menyesalinya sama sekali. Han Seungwoo, selamat ulangtahun”

Seungyoun membubuhkan kecupan lembut diatas ranum merah delima milik Seungwoo. Menyesapnya lembut dan pelan .

Dunia selalu tidak adil pada mereka yang tidak pernah bersyukur. Seungyoun pernah mengutuk setiap harinya karena ia harus menikahi Seungwoo yang istimewa hanya demi menyelamatkan nyawa ayahnya yang sakit-sakitan. Tapi Tuhan selalu memberikan pelangi setelah hujan .

Seungwoo adalah hal terindah yang pernah ia miliki. Rasa manis semanis madu, petualangan seru yang menggemaskan , hujan badai yang datang berkunjung, semua mereka lewati bersama.

Mungkin benar , Seungwoonya tidak sempurna. Karena Seungyoun akan selalu ada untuk melengkapinya.

Han Seungwoo, selamat ulang tahun. Kami semua menyayangimu

Fin.