This is baby for my baby
Cho Seungyoun x Han Seungwoo Han Seungwoo lima tahun adalah kegemesan yang hakiki
ㅡ
Sejak malam itu, Seungwoo menolak bertemu ayahnya meskipun beliau selalu meminta. Tak jarang sengaja menginap di rumah keduanya , hanya karena ingin memastikan bahwa Seungwoo tidak macam-macam pada menantu kesayangannya itu.
Seungwoo menolak keluar kamar, menolak sarapan bersama dan menolak makan malam. Dia akan minum vitamin dan susu, lalu tidur setelah cuci muka dan kaki. Tidak ada agenda makan malam bersama , karena ayahnya ada disana.
Seungwoo takut. Takut tangan ayahnya melayang lagi kearahnya. Takut jemarinya menjambak lagi surainya dengan amat kencang. Takut dimarahi lagi dengan nada tertingginya.
Ini menjadi beban tersendiri bagi Seungyoun. Seungwoo seharusnya tidak melewatkan makan malamnya. Tapi apa boleh buat? Jika dipaksa , itu akan mengganggu kesehatannya.
Malam ini Seungyoun makan malam ditemani ayah mertuanya. Rencananya besok sudah akan kembali pulang. Seungyoun meneguk ludahnya berat. Keringat dingin sesekali mengucur dipelipisnya. Ia ingin jujur. Ingin sekali mengutarakan isi hatinya.
Tapi ia takut ayah mertuanya akan memarahi Seungwoonya lagi.
“Sesuatu mengganggumu?” Tanyanya. Seungyoun tersentak kecil lalu tersenyum canggung sambil menggeleng.
“Lalu kenapa kau diam saja?” “Hanya.. sedang ada sesuatu yang kupikirkan,ayah.”
Kepala keluarga Han itu menyeringai kecil lalu menyuapkan sesendok besar makan malam digenggamannya, “ini tentang anak idiot itu?”
“Ia tidak idiot, ayah. Ia suami saya”
“Ya terserah. Kenapa lagi dengan tikus kecil itu?”
“Aku memutuskan untuk memenuhi keinginannya memiliki bayi ayah. Apa anda keberatan?”.
“Tentu. Tentu saja keberatan. Bagaimana kalau bayi panti itu mati ditangan anak tikus itu? Bisa dipenjara aku!” Ujarnya. Seungyoun menghirup udara dalam-dalam, menertralkan emosi dalam dirinya lalu melanjutkan makannya.
“Kalau begitu,biarkan kami mengadopsinya tanpa persetujuan anda”
“Jangan macam-macam!”
“Seungwoo tidak idiot. Dia tidak bodoh. Dia bisa membedakan kanan dan kiri, sendok dan garpu , benar dan salah , dia cerdas. Dia istimewa. Dia bukan pembunuh. Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri, Seungwoo bersikap lembut dan hati-hati pada seorang anak. Saya berjanji atas nama saya sendiri, kami bisa melakukannya. Dengan atau tanpa izin ayah”
Tuan Han murka. Tangannya menggebrak meja dengan kuat lalu membanting gelas yang ada. Dia berdiri dan menunjukkan telunjuknya kearah Seungyoun, ditamparnya kencang menantu kesayangannya tadi, “jangan bermimpi. Telan saja mimpi sia-sia mu itu. Jangan gegabah. Yang akan mewarisi tahtaku nanti adalah kaunlalu dilanjutkan cucu pertamaku! Jangan bermimpi atau bertindak gegabah, sebelum aku menghancurkan tulang anak idiot yang kau sembut istimewa itu. Kau mengerti?”
Setelah bentakan itu, Tuan Han bergegas kembali ke kamar. Menyisakan Seungyoun yang tertegun dengan airmata menggenang.
Bibi Lim segera berlari mendekat dan menanyai keadaannya. Seungyoun tersenyum sambil menggeleng, “biarku bantu membereskan kekacauan ini ya Bi?”
“Tidak usah Tuan. Istirahatlah. Sudah malam..”
“T-tapi bi,”
“Tuan Seungwoo...mendengarnya. mendengar anda dibentak dan ditampar seperti ini tadi” bisiknya. Seungyoun menghela nafas lalu menatap nanar pintu kamarnya dilantai dua.
ㅡ
Tubuh Seungwoo gemeteran hebat. Berjongkok disudut ruangan sambil menghantamkan kepalanya kedinding. Awalnya pelan, lama kelamaan semakin mengencang. Telinganya ia tutup rapat, airmatanya berhamburan keluar. Meracaukan nama suaminya yang belum juga kembali.
Semua ini salahnya.
Seungwoo salah. Benar kata ayah, jika Seungwoo nakal, Seungyoun juga akan mendapat hukumannya.
Seungwoo menjerit sambil menangis, menghantamkan kepalanya lagi. Dan Seungyoun yang terkejut, buru-buru berlari menjauhkan Seungwoo dari dinding , memeluk tubuhnya kuat, diciumnya dahi yang sengaja dibenturkan ke tembok itu sayang, diusap pelan dan ditiupi.
“Nakal! Nakal! Nakal! Nakal! Nakal!” Racaunya. Seungyoun menggeleng ribut lalu segera menggendong tubuh bayi besarnya, didudukkannya diatas kasur lalu dipeluknya erat.
“Seunoo dengarkan aku dengar. Hey! Ayo bernafas dengan benar. Hey dengarkan aku. Mari kita menghitung mundur ya? Tenang, ikuti aku..”
Seungwoo terengah-engah kacau. Tubuhnya menggigil hebat, tangannya sibuk meremas Piyama bagian depan suaminya.
“Mari kita hitung mundur ya?10...9...8...7..”
“E-enam....hㅡhha..lima. empat..t-tiga... D-dua..satu” dan setelah kata satu itu terucap, Seungwoo lebih tenang. Nafasnya tersengal-sengal seperti habis dikejar anjing. Lalu menatap kosong ke dinding jauh didepan sana.
“Kenapa Seunoo membenturkan kepala Seunoo lagi? Kan Seungyounie sudah bilang itu jelek, tidak boleh dilakukan”
Seungyoun merasa jantungnya pindah ke lutut tadi, Seungwoo dengan keadaan kacau begini rasanya luar biasa menakutkan. Takut Seungwoo kenapa-napa.
“S-s-seungyounie.. maaf hiks” Seungyoun memeluknya kencang. Mencium hidung dan bibirnya sayang lalu menggeleng, “bukan salah Seunoo”
“Seunoo nakal. Nakal sekali nakal”
“Tidak sayang”
“Janji! Seunoo janji tidak nakal. Tidak minta bayi lagi, janji. Maaf Seunoo maafㅡhiks maaf. Tidak minta lagi. Maaf hiks hiks. Janji tidak nakal. Seunoo janji”
Dan malam itu, Seungyoun menolak untuk tidur. Membiarkan tubuhnya terus memeluk Seungwoo dipangkuannya, terlelap setelah dua jam lamanya menangis.
Seungyoun selalu gagal memberikan kebahagiaan pada Seungwoo. Kenapa? Apa memang dirinya payah?
...
“Tumben menelfon malam-malam?” Jinhyuk diseberang sana dengan suara paraunya mengangkat telfon dari Seungyoun tepat pukul dua pagi.
“Selain bayi, apalagi yang bisa dijadikan teman Hyuk?” Tanyanya.
Jinhyuk mendecak canggung. “K-kau kenapa membahas ini lagi sih? Tidak cukup apa kemarin Seungwoo ditampar begitu?”
“Hari ini aku juga merasakannya. Rasanya...” Jeda. Seungyoun mengusap Surai hitam legam suaminya. Ditatapnya lembut wajah damai itu, “rasanya pedih sekali. Sakit. Rahangku seperti patah. Dan Seungwoo menerimanya setiap hari sebelum kami menikah. Akuㅡ aku hanya ingin dia bahagia...”
Jinhyuk menghela nafas gusar. Tangannya mengacak rambut dan wajahnya sambil berpikir.
“Apa Seungwoo ada alergi hewan?”
“A-aku rasa tidak..”
“Pelihara kucing atau anjing saja. Kudengar ,itu juga bisa menjadi media terapi untuk anak-anak istimewa seperti Seungwoo..”
“Benarkah?”
“Oh dan satu lagi . Empat hari lagi, ulangtahun Seungwoomu. Siap-siap”
Malam itu , Seungyoun sibuk menata rencana.