𝙎𝙚𝙪𝙣𝙜𝙮𝙤𝙪𝙣'𝙨 𝙛𝙚𝙫𝙚𝙧 Ryeonseung oneshoot Seunoo lima tahun Fluffy gemes kayak meiri Apa lagi ya warningnya?

“Selamat pagi”, sapanya. Seungyoun tersenyum saat membuka mata dipukul lima lebih tiga puluh menit, masih pagi dimana Seungwoo ternyata bangun lebih dulu lalu mencium keningnya lembut. Itu kebiasaan baru yang diajarkan Seungyoun akhir-akhir ini pada Seungwoo. Ya selain dielus dong kan sayang sekarang Seungwoo mengerti mencium juga arti kasih sayang.

“Pagi sayang. Kok udah bangun hm?” Seungyoun mengulurkan tangannya mengusap pipi gembul Seungwoo sambil tersenyum. Membalas mengecup dahi Seungwoo dengan lama lalu mengusap pipi putih itu pelan-pelan.

“Pipis seunoo..” ujarnya malu-malu. Seungyoun tertawa gemas lalu memeluk Seungwoo kuat-kuat, dikecupnya tiap inchi wajah Seungwoo hingga pria gemas dipelukannya itu tertawa kencang karena geli. “Sudah hahahaha sudah basah Seunoo basah younie sudah basah!” Katanya sambil tertawa. Seungyoun ikut tertawa lalu membubuhkan ciuman singkat diatas ranum Seungwoo sambil beranjak.

“Seungyounie mandi dulu ya. Seunoo kalau mau lanjut tidur , tidur saja ya?”

“S-seungyounie..bekerja?”

”..mmm aku bekerja dirumah. Hari ini aku libur”

Mendengar kata libur Seungwoo tertawa sambil bertepuk tangan, karena artinya mereka akan menghabiskan waktu bersama di ruang kerja Seungyoun, Seungyoun dengan pekerjaan yang dia bawa ke rumah, sedangkan Seungwoo dengan aktivitas mewarnainya.

Seungyoun tidak mengerti kenapa badannya lemas dan terasa gerah tapi lama-lama berubah dingin. Seungyoun juga tak mengerti kenapa lidahnya pahit tak bisa mengecap rasa apapun. Ia juga tak mengerti mengapa saat mandi, ia malah sibuk muntah muntah di menit pertama.

Seungwoo untungnya kembali tidur. Ia tak tahu apa yang terjadi pada Seungyoun. Biarlah. Nanti siang juga sembuh, ujarnya. Ini hanya masuk angin biasa.

Saat sarapan , Seungwoo tahu Seungyoun tak menikmati sarapannya. Seungwoo sedih. Ia menjauhkan piring dan sendoknya. Menutup mulut sambil memasang wajah sedih. Seungyoun mengernyitkan dahi lalu mengusap tangan Seungwoo lembut , “kenapa sayang?”

Seungwoo menggeleng ribut lalu merengut sedih. Hingga akhirnya Seungyoun memutuskan untuk memeluknya sebentar dan menyuapi Seungwoo. Dengan janji bahwa Seungyoun akan makan juga.

“Bibi...” Seungwoo berjalan sambil memeluk Hancho ditangannya, berjalan tergesa menuju laundry dibelakang rumahnya , menuju Bibi Lim yang sedang mencuci pakaian kotor. “bibi ...”

Bibi Lim menengok kearah Seungwoo saat suara Seungwoo semakin terdengar. “bibi disini Tuan muda ..”

Dengan secepat kilat Seungwoo berlari menuju bibi Lim lalu menangkup pipinya, “bi.. Seunooㅡ Seunoo nakal”

Bibi Lim memasang raut wajah bingung , lalu mengajak Seungwoo untuk duduk sekedar bercerita.

“Kenapa tuan bilang begitu hm? Anak bibi ini baik..”

“Tidak baik Seunoo tidak baik... Nakal”

“Iya kenapa? Coba jelaskan ada bibi” Pupil mata Seungwoo bergetar, mencari fokus entah kemana asal tidak bertatapan dengan bibi Lim. Bibir bawahnya ia gigiti, tangannya juga memilin bajunya tak nyaman,“s-seungyounie.. Ndak mam. Gara-gara seunoo! Seunoo nakal. Tidak baik”

“Tuan Cho tidak makan? Kenapa?”

“Nakal Seunoo nakal. Seungyounie tidak mau mam sama Seunoo” ujarnya. Nada suaranya memelan sedikit bergetar. “s-seunoo nakal hiks” lalu ia menangis. Kencang sekali. Rasanya sakit. Biasanya Seungyoun akan paling bersemangat jika sarapan bersama Seungwoo tapi hari ini Seungyoun bahkan tak menghabiskan makanannya. Seungwoo sedih. Ia berpikir bahwa ia melakukan kesalahan hingga Seungyoun marah padanya.

Bibi Lim memeluknya erat, memberinya rasa hangat dibalik rangkulan penuh sayang, “tuan Han tidak nakal.. mungkin tuan Cho sedang sakit. Tuan Han kan juga kalau sakit susah makan ya?”

“S-sakit? S-seungyounie s-sakit?” Seungwoo menegakkan duduknya sambil mengusap air matanya lalu menatap bibi Lim penuh rasa penasaran.

“Bisa saja tuan Cho sedang sakit. Bibi buatkan teh jahe ya? Tuan Han temani tuan Cho dulu ya? Bisa?”

Seungwoo mengangguk gemas , membiarkan helaian rambutnya bergerak lembut. Bibi Lim mengusap rambut Seungwoo lalu beranjak menuju dapur setelah Seungwoo berjalan meninggalkannya.

ㅡ.

Seungwoo membuka pintu ruang kerja Seungyoun. Disana suaminya terlihat serius mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. Seungwoo berjalan ragu-ragu sambil memilin bajunya. Raut wajahnya menunjukkan kesedihan. Ia tak mau Seungyoun sakit.

“Hai sayang..” Seungyoun menyapa meskipun atensinya masih pada laptopnya. Seungwoo berdiri cukup lama diseberang kursi Seungyoun, Seungyoun tidak menyadarinya. Ia terlalu fokus pada pekerjaannya.

“S-seungyounie..”

Mata Seungyoun terbelalak kala mendapati Seungwoo menempelkan wajahnya pada wajah Seungyoun. Pipi bertemu pipi, dahi pun demikian. Seungwoo kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Seungyoun.

Degup jantung Seungyoun tak karuan. Memompa darah tujuh kali lipat hingga detakannya terasa diluar tukang rusuk.

“S-seunoo.. a-apa yang kau lakukan sayangku?”

Seungwoo menatap Seungyoun lalu menggeleng, “sakit! S-seungyounie panas. Harus segera diobati. Seunoo bisa Seunoo”

Lalu tanpa aba-aba apapun Seungyoun diseret menuju kamar oleh suami gemasnya.

“S-seunoo.. Seungyounie tidak apa-apa. Tidak usah tidur ya?”

Seungyoun dibaringkan dikasur bersama Hancho besar disampingnya. Seungwoo menaikkan selimut hingga dagu Seungyoun. Lalu Seungwoo kembali menempelkan wajahnya pada wajah Seungyoun. “Panas Seungyounie panas”

Lalu tangannya dengan cekatan membuka satu bungkus bye-bye fever yang tersedia di laci mejanya, ditempelkan pada dahi Seungwoo dengan kencang, ditepuk-tepuk hingga anaknya mengaduh tapi Seungwoo malah tertawa gemas.

Seungwoo merendahkan tubuhnya sedikit membungkuk diatas dahi Seungyoun. Lalu mengecup ujung hidungnya pelan-pelan sambil tersenyum. “Maaf Seunoo maaf”

“Kenapa minta maaf?”

“S-seunoo tidak tahu s-seungyounie sakit”

Seungyoun tersenyum lalu mengangguk, “tidak apa. Seungwoo anak baik. Anak pintar. Seungyoun sayang sekali. Terimakasih ya?”

“Ung! T-timakasih”

Seungyoun tersenyum lalu meminum teh jahe buatan Bibi Lim yang disodorkan oleh Seungwoo. Seungyoun terlalu memforsir dirinya untuk pekerjaan hingga saat tubuhnya kurang fit saja ia memilih untuk mengacuhkannya. Tapi Seungyoun bersyukur memiliki Seungwoo dihidupnya.

Caranya menyayangi dan mencintai dirinya berbeda dari mantan-mantan kekasihnya terdahulu. Seungwoo adalah petualangan, setiap langkah yang ia ambil akan membuahkan cerita yang berbeda setiap harinya.

“Caramu mengukur suhu tubuhku lucu sekali sayang hihihi”

Seungwoo merona. Ia tak mengerti bagaimana caranya. Bibi bilang coba pegang pakai tangan. Tapi Seungwoo merasa tidak ada yang aneh, hingga akhirnya ia memilih menempelkan wajahnya pada wajah Seungyoun. Hal itu membuatnya malu sekarang. Wajah Seungyoun dari jarak sangat dekat begitu terlihat sangat tampan.

“Seunoo jangan khawatir ya? Besok juga Seungyounie pasti sembuh. Soalnya yang menjaga Seungyoun pintar , baik dan cantik seperti ini”ujarnya sambil mengusap rambut Seungwoo sayang. Seungwoo mengangguk antusias lalu membaringkan dirinya disamping Seungyoun, memeluknya erat hingga akhirnya tertidur bersama dengan suami tersayangnya.

Seungwoo adalah petualangan. Dan Seungyoun suka bertualang.

[Fin]

Ampas sekali