You are the oneI am lit for.
Come with your rodthat twistsand is a serpent.
—from Poem Hunter
....
Seungwoo masih dengan tangisannya. Perlahan tangisannya mereda. Bahunya naik turun karena kelelahan. Wajahnya benar-benar basah , bahu prianya juga. Seungwoo tak enak hati jadinya. Ia mengangkat kepalanya perlahan , diusapnya hidung dan matanya yang basah dan merah. Rambutnya lepek menutupi separuh dirinya, Dongwook mengusap air mata di wajah indah pemudanya.
Membenarkan letak poni didahinya , mengelus pipinya dan mengecup jemari lentiknya dengan sayang, “aku tak akan memaksamu untuk bercerita. Tapi jika dengan menangis kau akan merasa lega, menangislah”
“S-sudah cukup Tuan . Terimakasih untuk memberikan pelukan”
“Mau cerita?”
....
Malam itu, satu jam berlalu hanya dengan tangisan dan cerita pilu tentang kehidupan Seungwoo. Keduanya berbaring berpelukan dibawah sinar rembulan , Seungwoo dengan segala pahitnya kenyataan , bertemu dengan pria matang yang bersedia mendengarkan keluh kesahnya.
“Aㅡaku merasa buruk. Maafkan aku tuan, tolong jangan salahkan Seungyoun atas ini. Ini semua salahku. Jangan marah padanya, Tuan”
Dongwook tersenyum lalu mencium bibir Seungwoo lembut. Lembut sekali , rasa ciumannya jadi manis. Seungwoo menggenggam tangan Dongwook, lidahnya senantiasa mengikuti alur permainan Dongwook diatasnya, tak lama ciuman itu terlepas. Dongwook menatap wajah Seungwoo dibawahnya dengan teduh, diusapnya dahi Seungwoo lalu dikecupnya sekali lagi ranum merah itu,“kau tahu? Kau adalah kakak terhebat yang aku kenal. Adikmu pasti bahagia memilikimu. Aku tahu caramu memang salah, tapi hatimu. Hatimu bersih, anak muda. Kau adalah pribadi yang kuat dan tangguh yang aku kenal. Berjanjilah untuk selalu bahagia apapun masalah yang menimpamu. Kau tahu, kau sempurna. Kau anugerah. Jangan pernah menyerah atas kenyataan, percayalah suatu saat nanti, kau akan bahagia. Kau mau kan percaya pada perkataan ku?”
Seungwoo menatap Dongwook dengan tatapan memuja. Tuhan benar-benar tidak bercanda saat menciptakannya. Semuanya sempurna. Rahang tegas , bulu mata lentik, hidung mancung , paras rupawan , tubuh yang atletis dan hati yang hangat.
Seungwoo tidak menyesal melepaskan harga dirinya pada orang diatasnya.
“Tuan, aku ingin membalas kebaikanmu..”
Dongwook menaruh telunjuknya didepan bibir Seungwoo,“sudah cukup untuk malam ini. Istirahatlah. Aku takkan menuntut Seungyoun apapun itu alasannya. Aku tak ingin menyakitimu”
Seungwoo mengusap rahang tegas Dongwook,“bimbing aku Tuan.. aku mohon. Bimbing aku”
“Seungwoo.. akan brengsek rasanya jika aku menidurimu malam ini setelah aku mendengar ceritamu”
“Dan aku jauh lebih brengsek karena memakan uangmu tanpa melakukan pekerjaanku. Kumohon Tuan, kenalkan aku pada surga dunia itu.. bimbing aku”
Seungwoo menatap netra Dongwook yang setenang lautan itu. Dongwook tersenyum tampan, dikecupnya dahi Seungwoo, “kau yakin?”
“Aku yakin. Lakukan, lakukan itu padaku, Tuan. Aku milikmu”
Dan kecupan lembut kembali menyapanya.