Way Back Home
Rate : T+ (Vingyul gemes gemes)
Chapter terakhir kayaknya. Pegel
Even the hard times of separation are still the same oh oh oh
I found you on the road many times
I was going to empty my mind and I was going to go like this to you
You’re always hitting me at the end of my walk
stop stop
Cobalah temukan dirimu terlelap dalam waktu yang berhenti
Tidak peduli bagaimana kerasnya kau menghentikan aku, aku akan ada disana untukmu
ㅡ
Hari pertama setelah malam itu. Hangyul kepikiran. Parah. Dia masih ingat intonasi yuvin saat bilang rasa sayangnya beneran tulus. Gimana sesaknya nafas yuvin waktu dia utarain perasaan dia. Hangyul masih ingat gimana frustasinya yuvin karena Hangyul tak juga menemukan kepastian bagi perasaannya sendiri.
Hari pertama dilalui dengan berat. Dengan suara Yuvin yang mengiang disela-sela kesibukan. Membuat Hangyul beberapa kali gak fokus sampe di tegur Seungyoun pas rapat BEM.
“Lu kenapa sih Gyul keliatan kacau gitu?” Tanya Midam. Dia cuma geleng-geleng sambil cuci muka.
Menggelikan. Lee Hangyul menggelikan kayak ABG baru mimpi basah.
“Lu tuh jangan kebiasaan mendem semuanya sendiri , ngelakuin apapun sendiri , nelen manis pahitnya sendiri. Sekiranya gak kuat, bagi dikit sama orang-orang terdekat. Kalau kita punya solusi dan bisa bantu, kita bakalan bantu kok”
Masalahnya ini tentang hati. Hati yang gak bisa jawabannya dapet dari orang lain. Seperti yang Seungyoun bilang. Ini hati milik Hangyul, Hangyul rajanya. Dia yang berhak dan tahu mana yang terbaik buat dirinya. Orang-orang cuma kasih saran , bukan menekankan lu harus ikutin apa kata mereka.
“Gak apa kak, makasih udah khawatir tapi asli gue gak apa” .
ㅡ
Hari kedua dilalui semakin berat. Muka yuvin selalu terlintas. Ingatan Hangyul tentang malam itu semakin kuat. Seperti ada hutang yang belum terbayar. Seperti ada yang tertinggal tak tersampaikan malam itu.
Hangyul semakin sesak. Dia semakin tak mengerti. Apalagi setelah puluhan chat darinya tak kunjung dibalas yuvin , hanya dibaca.
Hangyul semakin dilema. Hangyul nyaman. Merasa aman juga. Tapi dia gak mau buru-buru bilang , iya dia suka. Iya bang gue juga cinta sama Lo, iya bang yuk jadian.
Gak . Gak semudah itu. Kayak ada sesuatu yang halangi Hangyul buat jujur ini perasaan apa tapi dia gak tahu apa. Apakah egonya tentang posisi? Atau egonya yang lain karena dia merasa gak pantas?
“Jadi nih ya , menurut gue untuk Teori Probabilitas , kita coba cari aja dulu deh di buku statistika dan probabilitas karya prof. Leksmono Suryo Putranto. Kata bang Yuvin sih bukunya bagus. Dibandingkan buku sejenis yang ada di pasaran, kata bang Yuvin buku ini lebih ringkas dan berorientasi praktis. Penurunan rumus secara matematis yang terlalu berkepanjangan sengaja dihindari gitu lho tanpa harus kehilangan landasan keilmuan. Buku ini selain dilengkapi dengan contoh soal yang nantinya disediain penyelesaian, juga ada soal-soal untuk latihan buat kita. Gue nanti sore deh kayaknya cari bukunya. Kalian juga jangan lupa bagian masing-masing” kata Hangyul pada ketiga rekan kerja kelompoknya.
“Tapi Gyul , maaf maaf nih sebelumnya gue nanya gini...” Park Minhyuk yang akrab dipanggil Rocky itu menyahut . Membuat Hangyul menaikkan alisnya.
“Bang Yuvin itu siapa?”
“Iya Gyul, lu kok banyak sebut nama dia sih?”
“Gandengan baru ya? Cie akhirnya sobat gue move on juga nih ya”
“Syukurlah!!! Akhirnya lu ga akan galau galau lagi”
Lee Chan , Kim Sohye dan Rocky sekarang sahut-sahutan godain Hangyul. Yang sialnya dia juga gak ngerti kenapa selalu nyebut nama yuvin.
ㅡ
Jalan-jalan ke Gramedia sendirian gini ternyata gak enak. Sepet mata liat anak-anak SMA ternyata nyari buku buat latihan UN bareng pacarnya. Gandeng gandengan lah mesra mesraan lah disana padahal kan ga boleh ya?
AC Gramedia juga kebangetan dinginnya. Atau badan Hangyul aja yang gak fit ya abis kena hujan diluar. Padahal dikit doang tapi bisa bikin dia merinding kayak gini.
Kalau ada yuvin kan enak , tangan dia digandeng terus dimasukin ㅡEH !!! Gak gak gak ! Kenapa Hangyul mikirin kesana terus sih? Kurang puas apa ya dua hari ini selalu terbayang wajah dia?
Hari hujan. Beneran hujan yang ternyata makin gede.
Hangyul menghela nafas lelah. Kalau gini caranya harus cari taxi atau pesen ojek online.
Hangyul celingukan kesana kemari cari taxi yang kosong , sampai matanya menangkap dua sosok muda mudi, yang satu lari ke arah mobil dipayungi jaket cowok yang lindungi dia dari hujan. Cowok itu bukain pintu buat si ceweknya. Pastiin dia gak kebasahan gak kehujanan.
Hangyul juga pernah digituin. Sama Yuvin , eh sama Sihoon juga pernah! Gak sama Yuvin doang! Emangnya hidup Hangyul tentang yuvin terus apa?
Lama-lama disini ternyata bikin bete juga ya. Akhirnya tanpa ba-bi-bu lagi, Hangyul menaiki taksi yang kosong buat pulang ke kostan nya. Berharap hujan reda sih karena asli dingin banget.
ㅡ
Malamnya Hangyul habiskan ngudud didepan kostan sambil ngerjain tugas. Nunggu dua Abang setannya pulang. Kookheon lagi latihan band di kampus sedangkan Cho Seungyoun lagi sibuk ngebucin ke rumah pacar. Seungwoo sakit kena diare. Makanya Seungyoun dari pulang kuliah kesana gak balik-balik sampe sekarang. Menyisakan Hangyul yang sendirian sekarang di kostannya.
Gak sendirian banget sih. Soalnya telfonan sama ibu dikampung.
“Mas Gyul... Gimana udah dapat yang baru?”
“Yang baru apa toh Bu?”
“Gandenganmu mas... Sudah baru apa belum? Ibu kayaknya gak pernah denger lagi mas cerita tentang dek Sihoon ? Dohyon juga sering cerita sama ibuk kalau dek Sihoon di sosmednya suka upload foto sama cowok lain ya?”
Hangyul meminum kopi pahitnya lalu mengangguk. Padahal ibu disana gak bakalan liat.
“Iya Bu , Sihoon udah punya gandengan”
“Mas kapan nyusul?”
“Ora ngerti aku bu... Doain aja ya supaya cepat-cepat. Lagian kenapa sih Bu mau aku punya pacar lagi? Gak penting juga toh buat kuliahku?”
“Ibu mau mas ono sing urus mas... Biar makan ndak telat minum ndak asal minum”
“Itu pacar atau asisten pribadi Bu?” Lalu Hangyul tertawa kecil.
“Mas lagi galau Bu...”
“Kenapa mas? Sini cerita sama ibu...”
Hangyul menyandarkan tubuhnya pada dinding sambil mengepulkan asap rokok. “Ibu pernah gak sih Bu merasa punya hutang sama orang, bukan tentang uang lho Bu. Tapi tentang sesuatu yang belum bisa ibu sampaikan sama orang itu....”
“Pernah. Karo bapakmu dulu. Ibu punya maaf yang belum terucap”
“Maaf buat?”
“Menggantungkan perasaanya lah mas.. bapakmu itu orangnya romantis , blak-blakan , gak suka mendam perasaan , beliau juga orangnya to the point. Kalau suka ya bilang suka , kalau tidak ya sudah. Ibu awalnya risih mas. Lama-lama ibu sama bapak dekat karena kami kan satu organisasi dulu tuh ya... Lama-lama ibu kayak punya rasa nyaman gitu lho mas sama bapak. Tapi ibu ndak langsung bilang iya ibu nyaman. Ibu malu”
“K-kenapa ibu malu?”
“Awal pertemuan kita kan ego ibu tinggi mas. Ibu menunjukkan secara langsung ngono lho lek ibu tuh ndak suka karo bapakmu. Tapi lama-lama ibu malah nyaman. Ibu takut bapakmu mikir kalau ibu terima bapak karena terpaksa apalagi bapak nembak ibu berapa kali... Dan jawabannya selalu sama. Tidak. Makanya pas ibu mulai nyaman Karo bapak , mulai suka mulai sayang , ibu ga berani jujur mas. Ibu malu”
Cerita ini... Hampir sama persis dengan apa yang ia alami. Apakah mungkin Hangyul juga malu? Selain malu, ia juga takut menyakiti Yuvin karena gak menutup kemungkinan juga kalau Yuvin akan menyangka Hangyul menerima cintanya cuma karena kasian terlebih lagi setelah malam itu.
“Terus... Apa yang harus mas lakukan Bu?”
“Opo sing bikin mas ragu atau malu mas? Runtuhin itu. Runtuhin ego mas. Dia sayangnya nyata toh? Tulus toh karo awakmu? Coba jangan terlalu keras sama diri sendiri, coba buka hati mas buat dia pelan-pelan.. ga ada salahnya toh mulai menerima ? Mas sayang dia kan?”
“G-gak tahu Bu...”
“Jawabannya cuma iya dan tidak lho mas”
“M-mas nyaman Bu. Tiga hari ini pikiran mas cuma ada di bayangan dia. Kayak ada hutang yang harus mas bayar”
“Jangan bilang mas sayang karena terpaksa. Jangan bilang mas mau terima dia karena ada hutang yang harus dibayar. Terima dia karena mas juga punya perasaan yang sama. Cinta itu murni mas , gabisa kita atur mau berlabuh dimana. Ibu harap mas bisa bijak ya...”
Dan setelah telfonan sama ibu, bukannya lega Hangyul malah makin kepikiran
ㅡ
Ini sudah tiga hari. Yuvin bilang dia cuma punya waktu tiga hari kan buat di Jakarta? Karena itu saat membuka mata , Hangyul tanpa pikir panjang pesan tiket pesawat. Dia mau ke Bali. Nyusulin yuvin. Mau bilang depan wajah Yuvin kalau dia tersiksa.
Selama ini Hangyul cuma bisa ingat dia. Gimana perlakuannya terhadap Hangyul. Gimana lembutnya tatapan dia ke Hangyul. Gimana caranya dia gandeng tangan Hangyul. Gimana hangatnya perhatian yang dia kasih ke Hangyul. Dan Hangyul mau egois. Dia mau memilikinya utuh. Semuanya yang yuvin lakuin harus jadi milik Hangyul seutuhnya. Gak peduli dia dibilang gila atau apa, Hangyul mau yuvin terus berada disisinya.
Mungkin belum , Hangyul belum sayang atau cinta sama Yuvin sebesar yuvin sayang ke dia. Tapi Hangyul mau egois. Dia mau yuvin cuma jadi milik dia. Cuma berkiblat sama dia. Mau minta maaf karena udah gantungin dia. Pura-pura gak peka sama apa yang dia lakukan. Pura-pura gak peka sama perasaan dia. Hangyul mau minta maaf.
Sejak keberangkatan Hangyul pagi-pagi , yuvin belum juga membalas pesannya. Belum dibaca juga sih biasanya cuma dibaca tanpa mau dibalas.
Hangyul udah titip absen sama anak-anak , kayaknya tiga hari ke depan gak akan masuk. Bodo amat sama Kookheon dan Seungyoun yang heran Hangyul mau kemana bawa-bawa ransel gitu.
Hangyul mau minta maaf karena udah egois dan nutup hati dia rapat-rapat tanpa mempersilakan yuvin masuk atau bahkan mengetuknya dulu. Habis dari bandara , Hangyul langsung tancap gas pesen Taksi ke kostan Seobin sama Yuvin. Keputusan Hangyul udah bulat. Mau runtuhin egonya dan coba jalani hari sama-sama bareng Yuvin.
“Lho? Memangnya bli tidak diberi tahu ya sama bli yuvin? Dia kan pulang kampung”
“T-tapi kata dia cuma tiga hari kok pulang kampungnya”
“Satu Minggu Bli... Mereka titip kunci buat seminggu. Bli bisa telfon saja bli Seobin untuk memastikannya...”
Gila. Jauh-jauh dengan kesadaran yang nihil Hangyul datang ke Bali cuma disambut anak yang punya kost-an lagi sapu halaman sambil bilang yuvin dan Seobin belum pulang.
Untung aja Hangyul di biarkan masuk dan menginap semalam di kostan Seobin. Untung aja pemilik kostannya baik. Untung aja ada bukti bahwa Hangyul itu temen Seobin sama Yuvin. Kalau bukan , Hangyul udah gak tahu deh nasibnya gimana.
Bego banget sih dia.
Setelah chat yuvin ternyata emang anaknya bukan pulang ke Bali setelah tiga hari. Tapi pulang ke rumahnya setelah tiga hari numpang sama Seobin. Kata Seobin ibu bapak yuvin lagi ke luar kots makanya yuvin sengaja nginep di rumah Seobin. Tapi Hangyul udah berpikir aneh-aneh aja. Makanya tanpa ba-bi-bu dia langsung pergi ke Bali.
Uang jajan yang harusnya buat beli apaan malah kapake sia-sia gini kan . Emang dasar goblok?!
HANGYULNYA YANG GOBLOK
ㅡ
Hangyul menatapi lamat-lamat kamar yuvin. Bernuansa hitam putih ditambahi lilin aromaterapi yang bikin di tenang banget. Kamarnya rapi. Gak banyak ornamen hias atau sesuatu yang bikin ribet. Typicall yuvin banget . Bau bantal sama selimut yuvin juga khas parfum dia. Kayak wangi white musk gitu tapi lebih maskulin. Gak tahu deh dari merk apaan. Hangyul berhenti disalah satu benda yang tertempel didinding. Itu to-do-list milik Yuvin yang isinya jadwal kegiatan. Dihias pake foto-foto hasil jepretan yuvin pake kamera andalannya.
Matanya berhenti disana. Ada satu lembar foto dirinya. Foto yang waktu itu yuvin bilang buat konsumsi pribadi. Hangyul tertawa geli. Ternyata sebegitu niatnya ya yuvin sayang sama dia? Hangyul jadi malu gak bisa balas.
Hangyul duduk diatas kasur. Membuka ransel dia yang isinya susu kotak dari yuvin pas mereka jajan seblak. Iya belum Hangyul minum. Soalnya di tempat seblak cukup minum teh dingin , terus di taman malam dia jajan kopi dingin. Makanya susunya dibawa balik. Dan baru bisa diminum sekarang.
“Padahal baru sebulan dan lu segini niatnya sama gue. Lu bahkan tau gue gak suka susu manis... Gak suka pedes. Gak bisa kedinginan , gak bisa kehujanan lama-lama , lu bahkan tahu kalau kuping gue merah tandanya gue lagi malu... Gue jadi malu gak bisa balas perasaan lu. Bahkan detik ini gue dikamar lu, gue masih belum berani bilang ini cinta....”
Hangyul menunduk setelah menandaskan isi susu kotaknya. Menatap nanar jemari kakinya. Disudut hatinya ada rasa sakit yang entah kenapa.
“Maaf...gue kayaknya egois banget”
“Gue juga gak ngerti kenapa gue denial terus sampe dititik dimana denial gue ternyata bikin lu capek berurusan sama gue”
“Gue benci . Gue benci gue yang ga bisa jujur sama perasaan gue sendiri. Dari kecil gue udah membentuk diri gue buat lebih mementingkan orang lain daripada gue sendiri , sampe sampe masalah begini pun gue malah sakiti lu karena ego gue...”
“Gue bukan malu perihal posisi , bukan malu karena gue anak kampung. Tapi gue malu, gue rasa gue ga cukup layak buat lu. Lu yang dari pertama kali ketemu udah tunjukin rasa sayang lu dan lu berkorban banyak buat gue. Sedangkan respon gue gak ada baik-baiknya sedikit pun ke lu...”
Air mata Hangyul menetes. Andai yuvin disini mendengarkan keluh kesahnya. Ego Hangyul sudah runtuh. “Gue minta maaf bang....”
Hangyul membuang sampah susu kotaknya asal lalu menggenggam selimut yuvin kuat-kuat.
“Gue minta maaf karena gue ga pernah perlakukan lu selayaknya lu harus diperlakukan....”
Dan malam itu, hanya Hangyul dan dinginnya malam yang larut dalam sendu.
ㅡ
Hangyul gak inget jam berapa tepatnya saat suara pintu terbuka dengan tergesa-gesa dan Hangyul yang gak siap dengan pertahanannya harus waspada pada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi.
Hangyul pemegang sabuk hitam taekwondo , dia masih ingat lah caranya sparring apalagi asal gebuk maling.
Tepat saat pintu kamar terbuka , Hangyul baru saja akan melayangkan tinjunya kalau-kalau dia gak sadar kalau itu yuvin.
Song yuvin. Lewat tengah malam rela pulang ke kostan. Buat apa?
“B-bang yuvin?”
“Astaga demi Tuhan ternyata Lo beneran disini? Asli gue takut banget Gyul” Yuvin memeluk Hangyul erat. Membenamkan hidungnya ke perpotongan bahu Hangyul sambil terengah.
“B-bang...”
“BISA GAK SIH ANJING LO GA USAH SO NGIDE JAUH-JAUH KE BALI KAYAK GINI LEE HANGYOOOOOLLLLLL!!”
“YA MAAP. LAGIAN LU GAK JELAS KASIH INFONYA YA ANJING JADI MANA GUE TAHU!!”
“LU BISA TANYA DULU KE GUE HANGYUL GUE LAGI DIMANA”
“GAK BISA SETAN! CHAT GUE LU BACA DOANG EMANG BEDEBAH MESUM LO YA ANJING SYUKUR-SYUKUR GUE SUSULIN LO KESINI!!”
Dan Yuvin cuma diem sambil pegangin badan Hangyul, pegangin dagu dia terus mukanya dibolak-balik begitu.
“Apaan sih anjing!!!” Hangyul menepis tangan yuvin lalu berjalan tergesa kearah kasur. Mendudukkan diri sambil menunduk karena pusing melanda.
“Sorry. Lo pasti kebangun ya gara-gara suara gue buka kunci pintu depan?” Yuvin berjongkok depan Hangyul sambil ngelus puncak kepala dia.
“Gue bikinin minum deh ya?”
Yuvin berdiri hendak beranjak menuju dapur kalau aja ujung jaketnya gak diremes sama Hangyul.
“Lo disini aja. Gue ga butuh minum”
“Tapi Lo pusing Gyul?”
“Gue gak butuh! Ngerti gak sih? Gue gak butuh minum!!”
“Ya terus apa? Lu jelas pusing kayak gitu gara-gara gue Gyul...”
Hangyul menepuk sisian kasur sambil cemberut, “gue ngantuk!”
Yuvin kedip kedip doang untuk beberapa saat.
“Mau tidur bareng gak sih anjing? Kalau gak mau keluar aja sana jangan disini”
“Ini kamar gue Gyul? Kok lu yang usir sih”
“Bodo amat!” Lalu Hangyul melempar diri ke sudut ranjang , memposisikan diri untuk tidur sambil memunggungi yuvin.
ㅡ
Malam itu , pukul dua lebih lima belas, Yuvin membaringkan dirinya dibelakang Hangyul. Dengan kurang ajar melingkarkan tangannya pada pinggang Hangyul.
Memeluknya erat seakan tak ada hari esok untuk kesempatan seperti ini.
“Gue minta maaf Gyul karena udah bikin lu kesini tanpa pikir panjang...”
Hangyul cuma diem sambil pura-pura tidur. Dia cuma gak siap sama keadaan kayak gini.
“Boleh gak sih Gyul gue GR kali ini , lu nyusul ke Bali sini tuh ternyata buat gue?”
“Ya anjing emang buat lu! Lu kira gue mau jadi tolol buat Seobin? Bisa dibunuh kak Midam gue?!!”
Yuvin tertawa lalu mencium tengkuk Hangyul lembut, “makasih udah bales perasaan gue”
“Jangan GR! gue kesini bukan mau bilang gue juga sayang sama Lo. Belum. Belum sampe sana...”
“Lah terus?”
Hangyul membalik tubuhnya hingga berhadapan sama Yuvin. Hidung mereka bertabrakan. Netra mereka saling menyelami gelap masing-masing di retina.
“Gue mau egois! Gue mau Lo cuma berpusat di gue, kayak biasanya”
“Ya emang itu kan yang lagi gue lakuin hm?” Yuvin mengusap pipi Hangyul lembut lalu tersenyum, “iya Lo boleh deh egois gue nurut aja deh...”
“Janji ya lu gak akan nyesel gue giniin? Seenggaknya sampe gue yakin kalau ini tuh rasa sayang beneran. gak cuma perasaan sesaat karena gue kelamaan jomblonya”
Yuvin mencuri satu kecupan diatas dahi Hangyul, “gue bikin lu gabisa lari sedikitpun dari gue. Gue bakalan bikin lu juga sayang sama gue, lu cinta juga sama gue , lu Bucin sampe tolol lebih dari ini... Liat aja lo ntar”
Hangyul tertawa gemas , “janji?”
“Yang dipegang dari laki-laki itu janjinya Lee Hangyul...”
“Yaudah gue ngantuk. Mau tidur” ujarnya sambil menutup mata. Lalu menubrukkan wajahnya pada dada bidang milik Yuvin yang disambut peluk hangat dari lelaki tinggi didepannya.
“Lo gemes banget sih anjing! Gue makin sayang sama Lo”
“Harus!!”
“Pake baju biru kayak gini buat gue kan?”
“Iye!!!”
“Jauh-jauh ke Bali juga buat bilang Lo sayang sama gue kan?”
“Lo ngomong sekali lagi kita putus nih?” Hangyul menodongkan telunjuknya ke arah hidung yuvin sambil memasang muka marah.
Yuvin ketawa lalu menggigit kecil telunjuk itu. Memeluknya semakin erat dan diusap-usap lembut agar cepat tertidur.
“Gemes banget sih cara Lo nembak gue Gyul?”
“Ngaco gue tendang nih?”
“Iya iya sayang gue juga sayang kok sama Lo”
Dan Yuvin benar-benar ditendang.
Fin