Meiri

Ryeonseung enak

If life is a movie Oh you're the best part

Ryeonseung / Cho Seungyoun x Han Seungwoo

Hari ini malam pesta perayaan pernikahan mereka. Iya , Cho Seungyoun dan Han Seungwoo.

Tak terasa sudah empat tahun. Rasanya baru kemarin Seungyoun mengikat Seungwoo dalam ikatan janji suci didepan Tuhan. Rasanya baru kemarin Seungyoun mencintai Seungwoo sepenuh hati. Rasanya baru kemarin Seungyoun mencium kening Seungwoo didepan khalayak banyak. Sekarang sudah empat tahun . Sudah empat tahun tinggal dalam satu atap bersamanya. Empat tahun yang bahkan tidak mudah.

Tiga tahun setelah pernikahan, Seungwoo pernah ingin menyerah.

Tapi Seungyoun menguatkannya. Bukannya itu gunanya suami bagi istri, pun sebaliknya?

Han Seungwoo bukanlah primadona kantor. Bukan juga ayam kampus. Ia hanya dirinya. Pria dewasa yang menggemaskan dimata suaminya. Sekali lagi Seungyoun tekankan. Han Seungwoo bukan sakit. Dia bukan hama.

Han Seungwoo hanyalah dirinya. Peti harta karun kesukaan Seungyoun empat tahun belakangan.

Malam ini Seungyoun mengundang kedua keluarganya. Menghabiskan malam dengan pesta barbeque dan tak lupa minuman anggur merah berkualitas tinggi untuk menjamu ayah dan mertuanya.

Seungwoo terlihat senang sekali karena banyak orang yang datang ke rumahnya. Terlebih lagi kak Sunhwa membawa Dongpyo , keponakan kesayangan Seungwoo.

Seungwoo dan Dongpyo bermain bersama. Berlarian kesana-kemari dan tertawa. Tangannya sibuk menggenggam balon gas dan memeluk Hancho. Dongpyo juga sama. Bagi Dongpyo, Seungwoo adalah paman sekaligus teman bermain paling menyenangkan. Mereka seperti teman sebaya, hanya saja Seungwoo sangat tinggi.

“Han Seungwoo..jangan lari-larian sayang” ujar Seungyoun mengingatkan. Tangannya masih sibuk memanggang daging bersama kakak iparnya. Han Sunhwa tersenyum melihat Seungwoo dan Dongpyo yang sekarang sibuk bermain ayunan.

“Terimakasih ya Seungyoun.. awalnya kukira kau sama saja”

“Dan memang aku sama saja kan, Noona?”

Sunhwa mengangguk kecil lalu tertawa,“senang rasanya memiliki ipar sepertimu”

“Begitupun aku, Noona. Senang rasanya memperistri Han Seungwoo”

Dan seringaian jahil itu berbuah satu cubitan gemas dipinggang Seungyoun yang jika disingkap, akan tercetak jelas tattoo pistol besar disana.

Ayah Seungyoun dan ayah Seungwoo sibuk bermain catur sambil berbincang. Ibu Seungyoun asyik bergosip bersama kedua kakak Seungwoo. Sedangkan Dongpyo dan Seungwoo duduk anteng sambil mengemut lollipop besar.

Seungwoo menyandarkan kepalanya sayang dibahu Seungyoun yang sedang memetik gitar. Matanya menatap lekat papan catur dengan serius. Seungyoun merasa gemas lalu menjawil hidung mancungnya.

“Seungwoo appo!” Pekiknya. Lalu Seungyoun kembali tertawa.

“Seungwoo-ya. Apakah kau tahu, Seungyounie ini pandai bernyanyi”. Mata hitam polosnya menatap ibu mertuanya lekat lalu menoleh secara tiba-tiba pada Seungyoun. Seungyoun mendesis kaget, takut leher Seungwoo sakit atau patah.

“Seungyounie ayo nyanyi! Sambil main ini” jemarinya mengetuk sedikit kencang pada gitar Seungyoun. Lalu kembali mengemut lollipop besar ditangannya.

“Mau minta lagu apa?”

Seungwoo berfikir . Sangat lama. Membuat Seungyoun terkekeh sambil meminta maaf. Tak seharusnya Seungyoun menyuruhnya berfikir.

Dan sesaat setelah Seungyoun mengecup pipi Seungwoo singkat, ia mulai memetik gitar.

'You don't know, babe When you hold me And kiss me slowly It's the sweetest thing And it don't change If I had it my way You would know that you are You're the coffee that I need in the morning You're my sunshine in the rain when it's pouring Won't you give yourself to me Give it all, oh'

Han Seungwoo itu harta karun. Kau tahu , segala sesuatu didalamnya berharga dan tak terduga. Dan Cho Seungyoun siap berkelana untuk menggali tiap tanah yang ada dipetanya.

I just wanna see I just wanna see how beautiful you are You know that I see it I know you're a star Where you go I follow No matter how far If life is a movie Oh you're the best part, oh oh oh You're the best part, oh oh oh Best part .

Jika menikahi Seungwoo seperti ini hanyalah mimpi, Seungyoun tentu tetap akan bangun. Karena setelah bangun, ia akan berusaha meraihnya. Tak akan membiarkannya hanya sebatas angan.

Sorak sorai dan tepuk tangan riuh terdengar dari keluarganya. Kedua kakak iparnya bahkan memuji suara dan permainan gitar Seungyoun.

Tapi tidak dengan Seungwoo. Anaknya masih asyik memandanginya dengan binar polos andalannya. Tangannya memeluk Hancho erat dan bibirnya masih setia mengulum lollipop.

Dia tidak mengerti. Lagu romantis ini bukan hal yang Seungwoo bisa terima dengan mudah. Seungyoun lupa, Seungwoo tak ayalnya anak lima tahun . Seungyoun lupa istrinya berbeda. Istrinya istimewa. Istrinya harta karun yang berharga.

“Kenapa Seungwoonie tidak bertepuk tangan?” Tanya kakak sulungnya.

Mata sehitam jelaga itu mengedip lucu. Menatap manik rubah kecoklatan milik Seungyoun didepannya. Kepalanya meneleng gemas lalu pandangannya perlahan berubah kosong.

Dia tidak mengerti.

Seungyoun tertawa lalu memeluk tubuh Seungwoo gemas. Diciuminya sayang puncak kepalanya lalu diusapnya pipi gembul itu.

“Maafkan aku. Pasti Seungwoonie tidak mengerti.. baiklah. Kita nyanyikan lagu lain.”

Seungwoo mengangguk lucu lalu tersenyum manis.

Seungyoun memposisikan dirinya memetik gitar, mencari nada yang tepat lalu mulai bernyanyi.

'balonku ada lima.. rupa-rupa warnanya. Merah kuning kelabu , merah muda dan biru. Meletus balon hijau . DOOR!!! hatiku sangat kacau. Seungwoonie sangat lucu, kupeluk erat-erat'

Lalu Seungyoun benar-benar memeluknya dengan erat. Seungwoo tertawa renyah gemas sekali. Tangannya kini sibuk bertepuk tangan, lalu balas memeluk suaminya.

Orang-orang yang menyaksikan keduanya tersenyum bangga. Hati mereka menghangat.

Mungkin benar. Pertemuan keduanya adalah bagian terhebat dalam sejarah hidup mereka .

Fin.

Apa Seungwoo melakukan kesalahan, Seungyounie?

Hari-hari Cho Seungyoun menjadi suami Han Seungwoo tidak terlalu sulit sebenarnya. Mengingat Seungwoo adalah type anak introvert yang tidak terlalu banyak tingkah, hanya agak sedikit pembangkang, bukanlah sesuatu yang membuatnya pusing tujuh keliling.

Han Seungwoo memang sakit. Tapi siapa peduli? Seungyoun menganggap Seungwoo adalah anugrah. Seungyoun itu suka anak-anak. Dan Seungwoo dimatanya masih anak-anak, setidaknya sampai beberapa bulan lalu. Sekarang, dimata Seungyoun, Seungwoo adalah harta karun.

Kau tau itu peti. Tapi tidak tahu apa isinya.

Kau tau itu Seungwoo, tapi tak akan pernah menduga apa yang akan ia lakukan.

...

Pagi ini Seungyoun menghabiskan seharian waktunya dirumah saja. Ia malas masuk kantor. Toh tidak ada kerjaan penting juga disana. Berkas bulanan sudah diserahkan, sudah di revisi , sudah banyak berkas juga yang ia tanda tangani. Jadi tak apa kan, kalau mengambil cuti?

Seungyoun hanya menjalani pagi ini dengan secangkir kopi, dua buah roti panggang , dan laptopnya yang menyala. Ia hanya melihat-lihat pendapatan bulan ini dikantornya. Tidak ada pergerakan yang berarti.

“Tuan Han ... Tolong jangan lari-lari..”

Suara Nyonya.Lim menginterupsinya. Mata rubahnya menatap Seungwoo yang berlarian kesana-kemari dengan tangannya yang sibuk memegang pulpen dan beberapa post it,dan ditangan yang lain, Hancho ia genggam erat.

“Seungwoo mandiiii ndak mau!!!!” Ujarnya. Ia sedikit berteriak lalu mempercepat langkahnya.

“Tapi anda harus mandi Tuan.. ini sudah hampir siang”

“Seungwoo mandi ndak mau... huhuhu” Seungwoo menaiki meja makan lalu berjongkok, memeluk lutut menggulung dirinya. Wajahnya ditelusupkan keperpotongan lengannya.

Seungyoun mendengus geli. Seungwoo ini pagi-pagi sudah menggemaskan.

“Tuan Han.. ayo mandi dulu nanti main lagi ya? Ayo jangan begini.. nanti bibi bisa dimarahi”

“Seungwoo mandi ndak mau Bibi! Dingin”

“Mandinya pakai air hangat. Ada bebek-bebekan juga. Ayo , Tuan Han boleh main sabun kok”

“Seungwoo ndak mauuuuuuuu...” Seungwoo mulai merengek. Ia menggeleng ribut sambil meracau.

Dan Seungyoun tidak bisa diam saja.

...

“Tuan jangan begini. Ayo mandi ? Air hangat kok.. tidak dingin”

“Dingin! Seungwoo tidak mandi,bibi”

Seungyoun tersenyum kecil lalu menepuk pundak Nyonya Lim pelan. Ia tersenyum sambil menginterupsinya untuk menyiapkan air hangat untuk Seungwoo mandi.

Maka saat Nyonya Lim beranjak pergi, Seungyoun merangkul pundak Seungwoo pelan.

“Kenapa Seungwoo gak mau mandi,hm?”

Seungwoo mendongak. Menatap manik hitam kecoklatan si Rubah Cho. Lalu menggeleng ribut, “dingin!”

“Hangat kok. Rasanya enak sekali. Mandi yuk sama Seungyoun?”

“Seungyounie mandinya sudah”

“Iya sih. Tapi gak apa-apa deh mandi dua kali, asal sama Seungwoonie. Ayo?”

Seungwoo menatap kosong mata Seungyoun. Seungyoun tersenyum, tetap membujuk. Lalu Seungwoo beringsut menggeser tubuhnya mendekat kearah Seungyoun, “Seungwoo mau mandi tapi dibelikan spidol warna”

Seungyoun tertawa gemas lalu mengangguk. Dan setelah Seungwoo mengalungkan tangannya dileher Seungyoun, Seungyoun membawanya ke kamar mandi untuk memandikan bayi besarnya.

..

Memandikan Seungwoo bukan perkara susah. Dia akan duduk diam sambil menyanyi lagu anak-anak. Tangannya meraih apapun didekatnya, bebek karet , sabun mandi, shampoo atau busa sabun yang mengambang di bathtub.

Dan setelah wangi juga berganti baju, anak itu hilang entah kemana. Seungyoun jadi penasaran. Kemana anak itu? Pasalnya, ia sudah memberikan spidol warna keinginannya.

“Bi, Seungwoo kemana? Apa bibi lihat?”

“Beliau dikamar , tadi bibi lihat sedang belajar menulis dari ponsel Anda”

Seungyoun tersenyum teduh. Menjadi suami Han Seungwoo memang tidak sulit.

Menjelang sore, Seungyoun mulai membaringkan tubuhnya di sofa sambil menonton acara di televisinya. Didepannya sekotak camilan menemani. Semuanya tenang , sebelum terdengar suara riuh dari langkah kaki yang terkesan tergesa.

“Tuan Han tolong jangan lari-lari...”

Seungyoun menegakkan tubuhnya lalu matanya menangkap sosok Seungwoo berlari kearahnya dengan wajah yang sumringah. Tak lupa sambil memeluk Hancho tentunya.

“Seungyounie... Seungyounie!!!”

Seungwoo mendarat diatas paha Seungyoun. Melompat excited dengan rona pipi merah dan binar polos dimatanya. Tubuhnya bergerak acak membuat Seungyoun merangkul pinggangnya takut jatuh.

“Hei..hei.. kenapa? Ada masalah,big baby?”

Rambut Seungwoo yang semula memantul karena pergerakannya akhirnya terjatuh. Poninya sukses menutupi sebagian matanya. Seungyoun mengusap pipi berisinya sambil dikecupnya kecil ujung hidung mancung itu.

“Seungwoo punya surprise untuk Seungyounie. but will you be mad at me?”

“Seungyounie tidak akan marah . Kenapa?”

Dan setelah kata kenapa, Seungwoo menarik tubuh Seungyoun menjauh dari sofa sana. Menariknya ke ruang kerjanya. Ada apa?

Seungwoo membuka pintu ruangan itu dengan bahagia. Lalu tertawa renyah dengan gemas sambil menatap Seungyoun. “Tadaaaaaaaa! Seungwoo menulis banyak untuk Seungyounie!!” Lalu melompat senang.

Oh my God.

Meja kerjanya penuh post it. Tertempel disini dan disana. Dengan tumpahan lem dilantai dan beberapa spidol warna berserakan.

Lalu Seungwoo menarik Seungyoun ke arah jendela. Menunjuk Mobilnya dengan semangat lalu tertawa lagi.

“Your car looks so gorgeous!!” Lalu melompat lagi.

Tidak ada celah sedikitpun untuknya melihat warna dari mobilnya, atau bahkan kacanya. Semuanya tertempel post it .

Mencabutnya akan sangat melelahkan. Lalu mata Seungyoun berhenti disalah satu post it yang tertempel dibelakang monitor komputernya.

“Seungwoonie 💕 Seungyounie”

Seungyoun tersenyum teduh. Lalu ditatapnya satu persatu post it warna-warni yang tertempel disana. Dengan ribuan kata yang tak sama antara satu dan satu lainnya.

“S-seungyounie...diam. S-seungyounie mad at me?” Seungwoo menunduk dalam. Hidung dan matanya memerah. Binar polos itu digantikan getaran takut. Takut Seungyounnya akan marah.

“J-jangan pukul Seungwoo... S-seungwoo a-akan membersihkannya” lalu Seungwoo buru-buru mencabut satu persatu post it disana.

“Jangan!”

Seungyoun memeluk Seungwoo. Menghentikan aktivitas suaminya mencabuti post it warna-warni dengan kata-kata manis itu disana.

“Seungyoun tidak marah. Seungyoun suka. Terimakasih ya”

Dan Seungwoo tertawa gemas.

Tak apa. Seungyoun akan membiarkan meja kerjanya begini dulu sampai Minggu depan. Apapun yang ia lakukan adalah caranya mengekspresikan cinta. Seungyoun tak keberatan. Kecuali mobilnya. Ia harus memakainya besok, jadi harus dicabuti malam ini juga.

“I love you too, Seungwoonie”

Suara tawa renyah milik Seungwoo itu adalah hal terindah yang pernah Seungyoun dengar.

Tak apa. Ini caranya mengekspresikan cinta. Ia tidak keberatan.

“Masih ada lagi, Seungyounie..”

Oh God. Jangan aneh-aneh, please.

Apa Seungwoo melakukan kesalahan, Seungyounie?

Hari-hari Cho Seungyoun menjadi suami Han Seungwoo tidak terlalu sulit sebenarnya. Mengingat Seungwoo adalah type anak introvert yang tidak terlalu banyak tingkah, hanya agak sedikit pembangkang, bukanlah sesuatu yang membuatnya pusing tujuh keliling.

Han Seungwoo memang sakit. Tapi siapa peduli? Seungyoun menganggap Seungwoo adalah anugrah. Seungyoun itu suka anak-anak. Dan Seungwoo dimatanya masih anak-anak, setidaknya sampai beberapa bulan lalu. Sekarang, dimata Seungyoun, Seungwoo adalah harta karun.

Kau tau itu peti. Tapi tidak tahu apa isinya.

Kau tau itu Seungwoo, tapi tak akan pernah menduga apa yang akan ia lakukan.

...

Pagi ini Seungyoun menghabiskan seharian waktunya dirumah saja. Ia malas masuk kantor. Toh tidak ada kerjaan penting juga disana. Berkas bulanan sudah diserahkan, sudah di revisi , sudah banyak berkas juga yang ia tanda tangani. Jadi tak apa kan, kalau mengambil cuti?

Seungyoun hanya menjalani pagi ini dengan secangkir kopi, dua buah roti panggang , dan laptopnya yang menyala. Ia hanya melihat-lihat pendapatan bulan ini dikantornya. Tidak ada pergerakan yang berarti.

“Tuan Han ... Tolong jangan lari-lari..”

Suara Nyonya.Lim menginterupsinya. Mata rubahnya menatap Seungwoo yang berlarian kesana-kemari dengan tangannya yang sibuk memegang pulpen dan beberapa post it,dan ditangan yang lain, Hancho ia genggam erat.

“Seungwoo mandiiii ndak mau!!!!” Ujarnya. Ia sedikit berteriak lalu mempercepat langkahnya.

“Tapi anda harus mandi Tuan.. ini sudah hampir siang”

“Seungwoo mandi ndak mau... huhuhu” Seungwoo menaiki meja makan lalu berjongkok, memeluk lutut menggulung dirinya. Wajahnya ditelusupkan keperpotongan lengannya.

Seungyoun mendengus geli. Seungwoo ini pagi-pagi sudah menggemaskan.

“Tuan Han.. ayo mandi dulu nanti main lagi ya? Ayo jangan begini.. nanti bibi bisa dimarahi”

“Seungwoo mandi ndak mau Bibi! Dingin”

“Mandinya pakai air hangat. Ada bebek-bebekan juga. Ayo , Tuan Han boleh main sabun kok”

“Seungwoo ndak mauuuuuuuu...” Seungwoo mulai merengek. Ia menggeleng ribut sambil meracau.

Dan Seungyoun tidak bisa diam saja.

...

“Tuan jangan begini. Ayo mandi ? Air hangat kok.. tidak dingin”

“Dingin! Seungwoo tidak mandi,bibi”

Seungyoun tersenyum kecil lalu menepuk pundak Nyonya Lim pelan. Ia tersenyum sambil menginterupsinya untuk menyiapkan air hangat untuk Seungwoo mandi.

Maka saat Nyonya Lim beranjak pergi, Seungyoun merangkul pundak Seungwoo pelan.

“Kenapa Seungwoo gak mau mandi,hm?”

Seungwoo mendongak. Menatap manik hitam kecoklatan si Rubah Cho. Lalu menggeleng ribut, “dingin!”

“Hangat kok. Rasanya enak sekali. Mandi yuk sama Seungyoun?”

“Seungyounie mandinya sudah”

“Iya sih. Tapi gak apa-apa deh mandi dua kali, asal sama Seungwoonie. Ayo?”

Seungwoo menatap kosong mata Seungyoun. Seungyoun tersenyum, tetap membujuk. Lalu Seungwoo beringsut menggeser tubuhnya mendekat kearah Seungyoun, “Seungwoo mau mandi tapi dibelikan spidol warna”

Seungyoun tertawa gemas lalu mengangguk. Dan setelah Seungwoo mengalungkan tangannya dileher Seungyoun, Seungyoun membawanya ke kamar mandi untuk memandikan bayi besarnya.

..

Memandikan Seungwoo bukan perkara susah. Dia akan duduk diam sambil menyanyi lagu anak-anak. Tangannya meraih apapun didekatnya, bebek karet , sabun mandi, shampoo atau busa sabun yang mengambang di bathtub.

Dan setelah wangi juga berganti baju, anak itu hilang entah kemana. Seungyoun jadi penasaran. Kemana anak itu? Pasalnya, ia sudah memberikan spidol warna keinginannya.

“Bi, Seungwoo kemana? Apa bibi lihat?”

“Beliau dikamar , tadi bibi lihat sedang belajar menulis dari ponsel Anda”

Seungyoun tersenyum teduh. Menjadi suami Han Seungwoo memang tidak sulit.

Menjelang sore, Seungyoun mulai membaringkan tubuhnya di sofa sambil menonton acara di televisinya. Didepannya sekotak camilan menemani. Semuanya tenang , sebelum terdengar suara riuh dari langkah kaki yang terkesan tergesa.

“Tuan Han tolong jangan lari-lari...”

Seungyoun menegakkan tubuhnya lalu matanya menangkap sosok Seungwoo berlari kearahnya dengan wajah yang sumringah. Tak lupa sambil memeluk Hancho tentunya.

“Seungyounie... Seungyounie!!!”

Seungwoo mendarat diatas paha Seungyoun. Melompat excited dengan rona pipi merah dan binar polos dimatanya. Tubuhnya bergerak acak membuat Seungyoun merangkul pinggangnya takut jatuh.

“Hei..hei.. kenapa? Ada masalah,big baby?”

Rambut Seungwoo yang semula memantul karena pergerakannya akhirnya terjatuh. Poninya sukses menutupi sebagian matanya. Seungyoun mengusap pipi berisinya sambil dikecupnya kecil ujung hidung mancung itu.

“Seungwoo punya surprise untuk Seungyounie. but will you be mad at me?”

“Seungyounie tidak akan marah . Kenapa?”

Dan setelah kata kenapa, Seungwoo menarik tubuh Seungyoun menjauh dari sofa sana. Menariknya ke ruang kerjanya. Ada apa?

Seungwoo membuka pintu ruangan itu dengan bahagia. Lalu tertawa renyah dengan gemas sambil menatap Seungyoun. “Tadaaaaaaaa! Seungwoo menulis banyak untuk Seungyounie!!” Lalu melompat senang.

Oh my God.

Meja kerjanya penuh post it. Tertempel disini dan disana. Dengan tumpahan lem dilantai dan beberapa spidol warna berserakan.

Lalu Seungwoo menarik Seungyoun ke arah jendela. Menunjuk Mobilnya dengan semangat lalu tertawa lagi.

“Your car looks so gorgeous!!” Lalu melompat lagi.

Tidak ada celah sedikitpun untuknya melihat warna dari mobilnya, atau bahkan kacanya. Semuanya tertempel post it .

Mencabutnya akan sangat melelahkan. Lalu mata Seungyoun berhenti disalah satu post it yang tertempel dibelakang monitor komputernya.

“Seungwoonie 💕 Seungyounie”

Seungyoun tersenyum teduh. Lalu ditatapnya satu persatu post it warna-warni yang tertempel disana. Dengan ribuan kata yang tak sama antara satu dan satu lainnya.

“S-seungyounie...diam. S-seungyounie mad at me?” Seungwoo menunduk dalam. Hidung dan matanya memerah. Binar polos itu digantikan getaran takut. Takut Seungyounnya akan marah.

“J-jangan pukul Seungwoo... S-seungwoo a-akan membersihkannya” lalu Seungwoo buru-buru mencabut satu persatu post it disana.

“Jangan!”

Seungyoun memeluk Seungwoo. Menghentikan aktivitas suaminya mencabuti post it warna-warni dengan kata-kata manis itu disana.

“Seungyoun tidak marah. Seungyoun suka. Terimakasih ya”

Dan Seungwoo tertawa gemas.

Tak apa. Seungyoun akan membiarkan meja kerjanya begini dulu sampai Minggu depan. Apapun yang ia lakukan adalah caranya mengekspresikan cinta. Seungyoun tak keberatan. Kecuali mobilnya. Ia harus memakainya besok, jadi harus dicabuti malam ini juga.

“I love you too, Seungwoonie”

Suara tawa renyah milik Seungwoo itu adalah hal terindah yang pernah Seungyoun dengar.

Tak apa. Ini caranya mengekspresikan cinta. Ia tidak keberatan.

“Masih ada lagi, Seungyounie..”

Oh God. Jangan aneh-aneh, please.

Home ㅡRyeonseung 련승 / Cho Seungyoun x Han Seungwoo

Tiga tahun lalu. Cho Seungyoun berhasil melepas masa lajang. Memang bukan dilandasi cinta. Bahkan ia harus rela meninggalkan kekasihnya. Untungnya kekasihnya berani mendua sebelum ia memutuskan hubungan keduanya. Jadi saat itu, ia tak usah merasa menyesal. Tiga tahun lalu , Cho Seungyoun berdiri di altar. Mengucap janji suci bersama mempelai prianya. Pria tampan yang lebih tinggi darinya. Dengan kulit seputih salju, rambut sehitam arang dan bibir semerah delima. Tiga tahun lalu Cho Seungyoun mengecup bibirnya dihadapan orang-orang. Tiga tahun lalu, perjalanan keduanya dimulai.

Namanya Han Seungwoo. Anak bungsu direktur utama perusahaan tempatnya bekerja. Menikahinya hanya karena jabatan yang lebih tinggi dengan gaji dua digit yang mengangkat perekonomian keluarganya.

Awalnya Seungyoun menolak. Tapi ia harus memperjuangkannya. Ayahnya sakit dan butuh uangnya untuk pengobatan. Karena itu ia menyanggupinya.

Tapi tak pernah sekalipun terbesit dipikirannya bahwa ia akan menikahi Seungwoo. Sesosok malaikat polos yang senang bermain ayunan dan bicara dengan boneka Snoopy dikamarnya.

Han Seungwoo sakit. Umurnya memang sama dengan Seungyoun, tapi sikap dan perilakunya tak lebih dari anak lima tahun. Han Seungwoo sakit, sayangnya dianggap aib. Awalnya Seungyoun ingin menolak. Tapi saat ia melihat rona merah dan mata hitam polosnya, Seungyoun jadi tak tega.

Seungwoo memang disayangi oleh kedua kakaknya, tapi tidak dengan ayahnya. Seungwoo benar-benar aib keluarga dimatanya. Ia dianggap hama. Tapi setelah menikah dengan Seungyoun,setidaknya ayahnya tidak terlalu kejam lagi pada Seungwoo.

Dua tahun pertama menikah, Seungyoun tidak keberatan. Ia menganggap semuanya biasa saja. Bahkan ia menganggap bahwa Seungwoo itu adiknya.

Tapi hari ini. Rasanya lain. Kemarin Seungwoo menolak bertemu dengannya. Menolak bicara padanya. Tak ingin sarapan dan makan malam bersamanya. Ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan . Tapi hari ini perusahaannya tidak bisa ditinggal. Karena itu, alih-alih meminta maaf dan memperbaiki masalah, ia malah pergi seharian. Dan pulang larut malam.

...

Seungwoo masih diam ditempat yang sama seperti semalam. Memeluk boneka besar pemberian suaminya. Menatap jendela dengan sendu. Suara ketukan pintu terus saja terdengar. Itu asisten rumah tangganya yang terdengar khawatir karena Seungwoo menolak makan.

Seungwoo tahu ia sakit. Seungwoo tahu ada yang berbeda dari dirinya. Tidak ada anak usia lima tahun yang setinggi dirinya. Tidak ada anak usia lima tahun yang menikah. Ia sering merasa dikucilkan. Bertahun-tahun mengandalkan kedua kakaknya untuk bersandar , tapi tiga tahun lalu ia dinikahi pemuda tampan. Seungwoo menyukainya. Ia jatuh cinta. Tapi sepetinya Seungyounnya tidak.

'Kenapa Cho Seungyoun mau menikah dengannya?'

'Cho Seungyoun menikahi anak idiot? Apa kau bercanda?'

'kau tahu, itu semuanya hanya untuk uang'

Kata-kata itu lagi. Seungwoo menutup telinganya. Ia tak mau mendengarnya,karena Seungwoo mengerti apa yang dikatakan oleh mereka. Air mata itu mengalir lagi. Bahunya naik turun, hidungnya memerah. Ia memejamkan matanya erat, memanggil kedua kakaknya dengan lirih. Kenapa ? Kenapa ia harus berbeda dari semuanya? Kenapa hanya dia yang menangis ? Kenapa hanya dia yang mencinta?

“Aku pulang..” Seungyoun menaruh dirinya diatas sofa. Menyandarkan tubuh lelahnya sambil membuka sepatunya . Matanya melirik kearah sekitar. Ia pulang cepat, tapi tetap tidak ada Seungwoonya disana.

“Tuan....”

Seungyoun menoleh kearah Ny.Lim dihadapannya. Ny.Lim terlihat tidak baik-baik saja. Kepalanya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling menggenggam.

“Kenapa,Bi?”

“T-tuan Seungwoo..tidak memakan makanannya hari ini. Sarapan , makan siang dan makan malamnya tidak tersentuh sama sekali”

Dan Cho Seungyoun tahu ada yang tidak beres.

Seungwoo masih diposisi yang sama. Duduk diatas kasur empuknya sambil memeluk lutut. Ia merindukan kakaknya. Ia ingin pulang. Iaㅡ tak sanggup lagi hidup bersama Seungyoun.

Tubuh Seungwoo menegang kala terdengar suara pintu dibuka. Itu Seungyounnya. Seungwoo menggeser duduknya membelakangi pintu. Menenggelamkan wajahnya pada lututnya. Menulikan pendengarannya kala suara sepatu Seungyoun mendekat kearahnya.

“Hai. Kenapa bersedih?” Seungyoun duduk tepat disampingnya. Seungwoo semakin menenggelamkan wajahnya.

“Seungwoo menangis,hm?” Tangan Seungyoun terulur mengusap punggung suaminya dengan pelan .

“Kenapa Seungwoo tidak menjawab Seungyoun? Apa Seungyoun sudah berbuat nakal? Maafkan Seungyoun, ne? Tapi, Seungwoo tidak boleh tidak makan. Nanti perutnya sakit...” Seungyoun mengelus puncak kepala Seungwoo lembut. Dan hal itu membuat suara tangis Seungwoo terdengar mengeras. Seungyoun panik , dengan gelagapan ia membawa Seungwoo pada pelukan hangatnya. Dan Seungwoo dengan senang hati memeluk Seungyoun seerat yang ia bisa.

Seungwoo sudah tidur. Beralaskan dada Seungyoun ia menjemput mimpi. Tapi tidak dengan Seungyoun. Ia menatap dinding didepan sana dengan tatapan kosongnya. Disana, terdapat satu figura besar dengan foto pernikahan mereka.

Seungyoun..merasa dunianya runtuh.

Disela isak tangis Seungwoo, ia meminta berpisah. Seungyoun tak mengerti. Kenapa Seungwoo ingin berpisah, hingga saat ia bilang bahwa dirinya tak pantas untuk Seungyoun, Seungyoun terdiam bisu.

Benar.

Kata-kata itu pasti jadi makanan sehari-hari bagi Seungwoo. Tapi kenapa ia bisa tahu? Siapa yang sudah berani menyakitinya?

“Tempo hari Tuan Seungwoo bersama saya pergi ke kantor anda untuk membawakan makan siang, tapi tuan Seungwoo minta pulang dan mengurung diri dikamar. Saya tidak tahu kenapa. Tapi mungkin, banyak yang bergunjing tentangnya. Tuan Seungwoo mengerti perkataan orang dewasa yang menyebutnya sakit. Karena sedari kecil, ia dianggap hama dan lalat pengganggu oleh ayahnya sendiri”

Seungyoun tidak tahu. Seungyoun tidak mengerti rasanya jadi Seungwoo. Tapi sudut hatinya nyeri. Ia tidak suka suaminya dihina orang lain. Dia tidak sakit, dia bukan hama.

Tapi Seungyoun juga sama saja dengan mereka. Menikahinya hanya karena uang dan jabatan.

Malam itu, Seungyoun tidak tidur.

Pagi harinya, Seungwoo bangun dan bergegas mandi. Bahunya merosot jatuh, ia tak punya semangat apapun. Ia ingin pulang, ingin kembali pada kedua kakaknya. Dunia luar memang jahat, sama seperti yang ada di dongeng yang sering kak Sunhwa bacakan.

“Seungyounie, Seungwoo mau pulang” . Seungyoun tak berani menoleh. Ia acak-acakan. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Ia juga tak ingin ditinggalkan, tapi ia sering menyakiti.

“Seungyounie... Seungwoo boleh bawa Hancho kan?” Boneka Snoopy itu. Kenapa dia yang Seungwoo bawa? Kenapa bukan dirinya?

“Seungyounie jangan lupa makan. Obatnya juga. Jangan hujan-hujanan, nanti bersin-bersin. Seungyounie jangan terlalu banyak minum kopi, itu pahit. Kalau matanya merah, laptopnya ditutup lalu tidur...”

Tidak mau. Seungyoun tidak mau kehilangan siapapun.

“Kenapa Seungwoo mau pulang?”

Seungwoo menunduk, “Seungwoo sudah terlalu lama menginap dirumah Seungyounie..”

“Tapi ini bukan rumah S-seungyounie... Ini rumah Seungwoo, rumah ini ayah Seungwoo yang beli. Ini bukan rumah S-seungyounie..”

Seungwoo tidak tahu kenapa ia menangis. Seungwoo tidak mengerti kenapa ia sibuk mengusap air matanya. Ransel kuning kesayangannya sudah tersampir dipunggung. Kopernya sudah siap diluar sana. Tapi kenapa dia menangis? Bukankah dia ingin pulang?

“S-seungyounie... Seungwoo hiks ㅡSeungwoo minta maaf karena telah merepotkan Seungyounie selama ini. Seungwoo kan sakit, pasti Seungyounie tidak suka ya sama Seungwoo?”.

Siapa? Siapa yang jahat disini? Seungyoun menikahi Seungwoo hanya karena uang. Tapi Seungwoo ingin meninggalkannya tanpa membiarkan Seungyoun berusaha mencegahnya terlebih dulu.

“S-seungyounie seharusnya...t-tidak menikah dengan anak idiot sepertiㅡ hiks Seungwoo...” Tangisnya pecah. Tubuhnya gemetar. Seungyoun seharusnya menikah dengan seseorang yang layak baginya. Yang tidak sakit sepertinya. Seungwoo mengerti, selama ini ia telah membebani Seungyoun. Ia memaksakan cinta sepihaknya dan pasti Seungyounnya tidak nyaman.

“S-seungyounie.. maafkan Seungwoo. Seungwoo nakal, suka makan eskrim malam-malam, suka hujan-hujanan, suka mencuri permen diruang tamu hiks Seungwoo tidak mendengarkan kata Seungyoun untuk makan sayuran hiks hiks rasanya pahit, tidak enak... Maafkan Seungwoo hiks hiks”.

Maaf.

Harusnya Seungyoun yang mengatakannya. Harusnya Seungyoun yang memohon maaf darinya.

Seungyoun berdiri, menarik Seungwoo pada pelukan eratnya.

“S-seungyounie....”

Bahu Seungwoo basah. Tangisan Seungyoun terdengar nyaring.

Senakal itukah Seungwoo?

Seungwoo ikut menangis sambil terus meminta maaf.

Tangannya sekarang sibuk memukuli kepalanya sendiri, meracau menyalahkan dirinya sendiri.

Tidak. Bukan begini.

Seungyoun gelagapan, tangannya menahan tangan Seungwoo yang semakin kencang memukuli kepalanya sendiri sambil menangis tersedu-sedu.

Bukan. Bukan seperti ini harusnya.

“Seungwoo, tenang. Seungwoo , dengarkan Seungyoun. Tarik nafas...buang. Tarik nafas....buang.. tenang ya? Nanti dada Seungwoo sakit” katanya.

Dan perlahan Seungwoo mulai tenang. Masih dengan tangisannya yang kini melemah.

Seungyoun menangkup pipinya, lalu diciumnya lembut belah delima merah itu sayang. Seungwoo tertegun. Dari jarak yang hampir nihil ini, Seungyoun terlihat tampan. Bibirnya dicium, dilumat dengan lembut. Seungwoo merasa senang. Seperti ada kupu-kupu didalam perutnya .

“Seungwoo... Seungyoun minta maaf ya? Seungyoun memang menikahi Seungwoo karena uang. Ayah Seungyoun sakit keras, karena itu Seungyoun mengiyakan keinginan ayah Seungwoo untuk menikah dan mendapatkan uang. Maafkan Seungyoun ya..”.

“Bukan salah Seungyounie.. Seungwoo memang sakit, bisanya hanya merepotkan saja. Jangan menangis S-seungyounie.. Seungwoo tidak suka...”

“Tapi sekarang Seungyoun sadar, Seungyoun juga cinta sama Seungwoo. Seperti Seungwoo lakukan pada Seungyoun setiap hari... Seungyoun tidak mau Seungwoo pergi. Seungyoun tidak mau Seungwoo menangis. Seungyoun sayang.. sayang sekali sama Seungwoo sampai rasanya mau mati”

“JANGAN MATI!!” Seungwoo memeluk erat Seungyoun dihadapannya. Menggeleng ribut dengan panik. Dan Seungyoun balas memeluknya.

“Jangan pergi... Seungyoun tidak ingin ditinggalkan. Seungyoun suka Seungwoo. Sayang, cinta , rindu. Seungyoun suka Seungwoo yang main ayunan , makan es krim dan permen. Seungyoun suka saat Seungwoo mengompres Seungyoun saat demam. Suka Seungwoo yang menyanyi saat mandi. Suka Seungwoo yang makan banyak tapi tidak makan sayur. Seungwoo, Seungyoun mencintai Seungwoo. Tolong jangan pergi.”

“S-seungyounie...”

“Jangan merasa bersalah, jangan menyalahkan diri sendiri. Seungwoo suami Seungyoun, bahagia Seungwoo adalah tanggung jawab Seungyoun. Tolong jangan pergi. Seungyoun bisa mati...”

Seungwoo dan Seungyoun hanya dua manusia yang tak berdosa. Yang mengatasnamakan cinta diatas segalanya. Seungyoun sadar ia mencintai suaminya. Menyayangi suaminya. Menyukai segala tentang suaminya. Ia tak ingin kehilangannya. Sejauh apapun ia melangkah, segelap apapun ia melihat, Seungyoun tetap mencintainya. Seungwoo tidak sakit. Ia sempurna dimatanya. Seungwoo adalah malaikat terindah yang pernah ia temui.

Seungyoun pernah tersesat. Tapi ia mencari jalan kembali pulang. Dan sekarang ia sadar. Tempatnya pulang adalah Seungwoo. Seungwoo adalah rumah. Sejauh apapun ia pergi, ia tetap akan kembali.

Driving in places I haven't seen you in ages but I hope you come back to me My mind's running out with you faraway I still think of you a hundred times a day Menyetir di berbagi tempat aku lama tak melihatmu Tapi kuharap kau kembali padaku Pikiranku berlari jauh bersamamu Aku masih memikirkanmu ratusan kali sehari I still think of you too if only you knew I just need to work out some way of getting me to you 'Cause I will never find a love like ours out here in a million years, a million years Aku juga masih memikirkanmu andai saja kau tahu Aku perlu mengusahakan beberapa cara untuk mendekat padamu Karena aku takkan pernah menemukan cinta seperti milik kita di luar sini dalam sejuta tahun, dalam sejuta tahun My location unknown tryna find my way back home to you again Gotta get back to you gotta gotta get back to you My location unknown tryna find my way back home to you again Gotta get back to you gotta gotta get back to you

Fin.

Teh manis.

Seungyoun kesal dengan jarak. Yang sering memisahkan dirinya dengan Seungwoo. Memang di era modern ini kita harus memanfaatkan teknologi yang ada. Tapi jika melulu tentang video call dan telfon atau bertukar kabar lewat chat, rindunya tidak terobati.

Seungyoun sangat mencintai Seungwoonya. Amat sangat. Katakanlah Seungyoun ini Bucin. Tapi siapa sih gitu lho yang gak sayang sama pasangannya? Yang ga berani ambil resiko demi pasangannya? Yang ga sayang ga cinta sama pasangannya? Yang rela menyebrangi lautan demi pasangannya?

Semua orang adalah Bucin . Tapi dengan caranya sendiri-sendiri.

Seungwoo baru saja selesai ujian akhir. Begitupun Seungyoun. Rasa rindu ini terlalu menyesakkan dada. Hingga Seungyoun kehilangan akal sehatnya.

Hingga malam ini, ia memutuskan menghampiri kekasihnya. Niat makan malam dengan si kesayangan. Tangannya menenteng tiga porsi bakso dan satu bungkus olahan seafood. Seungyoun yakin Seungwoonya suka.

Seungyoun rindu melihat Seungwoo senang. Melihat Seungwoo makan, melihatnya tertawa , tersenyum, mengunyah sambil menggoyangkan kakinya. Ia rindu menempelkan dahi dengan dahi yang seperti hobi. Ia rindu dengan candu manis bibir Seungwoo. Ia rindu kekasihnya. Rasanya mau mati. Rindu ini terlalu.

Maka saat Seungwoo tersenyum sambil membukakan pintu, ia merengkuh tubuh itu erat sekali. Dihirupnya dalam-dalam aroma Seungwoo yang menguar dari sana. Wangi peach dan minyak telon yang kuat dari perpotongan leher dan bahunya. Aroma mint dan Citrus dari shampoo yang ia pakai. Dan lembut fabrik pakaian yang Seungwoo kenakan.

Seungwoo balas memeluk kekasihnya tak kalah erat. Menyelami wangi Citrus dan tembakau dari tubuh kekasih jangkung bermata rubahnya.

Lalu bibir penuhnya dikecup ringan oleh si mata rubah. Keduanya tersenyum, dan saat tangan Seungwoo melingkar di pinggangnya, mereka melenggang masuk menuju rumah.

...

Seungyoun rindu mendudukkan tubuhnya diatas kasur bermotif lambang Barcelona milik Seungwoo. Rindu menatap interior kamar kekasihnya. Rindu menatap deretan foto yang sengaja Seungwoo pajang disana. Ada polaroid baru, banyak. Sekitar lima buah. Isinya adalah kenangan mereka ketika di Bandung saat itu. Ada gelenyar hangat yang merambat memasuki dada. Senyum terukir. Seungwoo memajang foto mereka diatas figura kecil, diletakkan diatas meja belajar , berdampingan dengan foto-foto keluarganya disamping laptopnya yang teronggok terabaikan.

Ada rasa rindu yang tak bisa diungkapkan karenanya. Seungyoun tersenyum. Tangannya meraih jaket Seungwoo yang tersampir diatas kursi, memeluknya dan menghirup aroma yang keluar dari sana.

Gila. Rindu ini membuatnya gila.

...

“Seungyoun ini tehnya. Maaf lama. Mama sambil telfonan”

Seungwoo menaruh secangkir teh diatas meja belajar. Seungyoun tersenyum sambil mengangguk, lalu dengan cekatan menangkap tubuh Seungwoo yang terjun kearahnya diatas kasur. Memeluknya dengan amat erat dan menciumi pipinya sayang. Seungwoo juga rindu.

“Baksonya enak~” katanya.

Seungyoun hanya tertawa kecil, “baksonya doang? Ketemu aku nya enggak?”

“Enak juga bisa peluk hehe. Seungyoun, mau cium~”

Dan Seungyoun merendahkan kepalanya memagut bibir Seungwoo pelan dan lembut. Menyalurkan afeksi yang membuat Seungwoo melenguh kecil sambil meremas baju depannya. Seungwoo membuka mulutnya, membiarkan Seungyounnya menjajah isi mulutnya. Seungwoo rindu segalanya tentang Seungyoun. Pun sebaliknya.

Maka saat ciuman itu berakhir, Seungyoun mengusap bibir Seungwoo yang basah dengan jempolnya lalu tersenyum. Keduanya saling memandang dan diakhiri dengan kecupan singkat di dahi. Seungyoun memilih meminum tehnya. Lalu mengernyit sebentar tapi tetap menenggaknya hingga setengah gelas.

“Mau nonton apa?” Tanyanya. Seungwoo semakin menyamankan posisinya didalam pelukan Seungyoun sambil mengotak-atik laptop yang kini dipangkuannya.

“Gimana kalau vlog Hangyul waktu di Medan?”

“Gak mau. Aku masih marah sama Hangyul. Masa gak inget kasih aku oleh-oleh” lalu Seungyoun tertawa lepas. Hingga akhirnya mereka menonton kartun saja.

....

“Haus. Bagi tehnya Youn”

“Gaboleh. Aku juga haus”

“Ih Seungyoun! Bagi dikit biasanya juga gak pelit?”

“Haus woo..” dan setelah itu dia meminum tehnya hingga habis. Seungwoo semakin sebal lalu mengerucutkan bibirnya. “Ambil baru aja ya?” Katanya yang membuat Seungwoo semakin kesal.

Hingga pada akhirnya ia menyerah dan kembali ke dapur untuk mengambil minum lagi.

....

“Adek! Adek...”

Mama Han berlari dari arah dapur mendekati Seungwoo yang kebetulan sedang menuju dapur juga sambil membawa gelas bekas Seungyoun tadi untuk diisi ulang.

“Adek??!! Han Seungwoo!”

“Iya mama? Adek disini kenapa mama teriak?”

Mama memegang bahu Seungwoo panik , lalu mengguncangkannya pelan, “gawat dek”

“Gawat kenapa Ma?”

“Mama salah tadi.. mama salah masukin”

“Masukin apa ma? Pelan-pelan dong bicaranya....”

“Teh Seungyoun mana? Teh Seungyoun mana dek?”

Seungwoo menyerahkan gelas tadi dengan ekspresi bingung luar biasa hingga mama kembali mengaduh.

“Kok dihabisin sih dek?”

“Dia haus , Mama...”

“Mama salah masukin gula, itu malah mama kasih garam. Habisnya mama tadi sambil telfonan jadi gak sadar”

Dan Seungwoo tidak bisa tidak ikut terkejut.

Seungyoun sebenarnya sudah ingin merokok. Tapi ia ingat ini bukan teritorialnya. Kamar Seungwoo bebas asap rokok. Anaknya memang gak suka. Makanya dia sibuk nyemilin pocky greentea punya Seungwoo.

Teh tadi bikin lidah dan bibir dia mati rasa. Asin banget. Makanya pas Seungwoo minta, dia gak kasih.

Sudah dijelaskan,kan diawal? Kalau Seungyoun itu Bucin. Dan ini salah satu buktinya.

.

Sesaat setelah suara pintu tertutup , Seungyoun menangkap sosok Seungwoo berjalan pelan kearahnya dengan muka menggemaskan, pipinya menggembung dengan bibir mengerucut lucu. Berjalan kearahnya sambil merentangkan tangannya.

Dan Seungyoun bisa apa selain memeluknya?

“Sayangnya Seungyoun kenapa?”

Seungwoo mengerang kecil sambil mengecup leher Seungyoun pelan. Mengusakkan hidungnya pada perpotongan leher dan bahunya.

“Kenapa hm? Berantem sama Mama?”

“Seungyoun kenapa gak bilang tehnya asin?”

Seungyoun terkesiap lalu sedetik kemudian ia tersenyum. Tangannya mengusap punggung kokoh kekasihnya lalu mencium pipinya sayang.

“Aku sayang kamu..” katanya.

Seungwoo merangkak, mendudukkan tubuhnya diatas pangkuan Seungyoun dan mengecup bibirnya lama. Melumat bibir atas bawahnya bergantian dan menarikan lidahnya dirongga mulut Seungyoun.

“Woo...”

Dahi bertemu dahi. Ini adalah hobi yang selalu mereka rindukan.

“Udah manis?”

Way back home

Seungwoo sama Seungyoun beneran tidur berdua sampe pagi. Seungyoun yang tidurnya acak-acakan tiba-tiba tidurnya tenang banget cuma guling kanan guling kiri. Seungwoo yang juga biasanya suka kunyah-kunyah tiba-tiba tenang. Dibawah alam sadar mereka juga tetep jaim ya kayaknya.

Saat pagi mulai cerah, Seungyoun duluan bangun karena dari luar kedengeran berisik banget. Ada suara mesin blender lah, wajan lah dan suara Kookheon Hangyul ketawa. Akhirnya dia bangun. Merenggangkan otot dan kaki, tangannya dibawa buat ngucek mata yang gatel. Ditatapnya Seungwoo yang tidurnya nyenyak banget. Wajahnya tenang , nafasnya naik turun teratur. Dipandanginya satu persatu yang ada disana, dimulai dari poninya , bulu mata , alis, hidung mancung, pipi , dagu dan terakhir adalah bibirnya. Dagu dulu baru bibir emang yang dia tatap.

Akhirnya dengan lancang, Seungyoun ngusap pipi kanan Seungwoo dengan lembut. Dahinya dikecup lama , hidungnya juga , dagunya , kedua pipi, kedua kelopak mata dan berakhir di bibir merahnya Seungwoo.

Anaknya cuma mengerang kecil sambil remes selimut. Lucu banget. Badan doang gede manjanya luar biasa. Seungyoun membaringkan tubuhnya ditumpu siku, diusapnya rambut Seungwoo lembut. Seungyoun gak tahu harus berapa kali dia merasa beruntung dan bersyukur karena udah dapetin Seungwoo sebagai pendamping dia.

Seungwoo bahkan pernah rela nemenin dia sampe jam 2 pagi buat urus laporan di kostannya. Waktu itu ceritanya pulang malam Minggu kejebak hujan, akhirnya Seungwoo harus nginap di kostan Seungyoun, tapi dulu, tidurnya pisah. Karena Seungyoun milih tidur sama Kookheon aja , soalnya kasian. Kasur dia single size , kalau berdua nanti Seungwoo gabisa tidur.

Beda sama hari ini. Akhirnya dia bisa tidur sama pacar. Tidur beneran lho ya. Bukan wikwik.

Lagi asyik ngusap rambut Seungwoo, anaknya bangun. Matanya kedip kedip menyesuaikan cahaya yang masuk lalu tersenyum manis sekali. Seungyoun ikutan senyum juga.

“Pagi Seungwoonya aku”

Dan Seungwoo memeluk tubuh Seungyoun erat. Menubrukkan hidungnya pada dada Seungyoun. Mengusakkan wajahnya disana yang bikin Seungyoun ketawa karena gemes.

Dikecupnya puncak kepala itu sayang lalu dibisikkan kata-kata cinta. Wah, wajah Seungwoo memerah sempurna.

“Mandi yuk. Nanti jalan lagi” “Sebentar... Ngumpulin nyawa dulu” katanya.

Kurang gemes apa sih pacar Seungyoun?

......

Jam 8,mereka semua udah seger. Midam Wooseok asyik foto-foto pake kamera Seungyoun, Hangyul yang jadi photographernya. Kookheon lagi asyik main sama kucing adeknya Midam. Jinhyuk sama Seungwoo lagi sibuk liat-liat foto di laptop yang Midam sediakan. Katanya fotonya pindahin ke flashdisk aja biar gampang dibagi-bagi di grup nanti.

Seungyoun baru rapi. Mandi dia lama , ngalahin lamanya mandi Kookheon sama Wooseok.

Dan dengan gatau dirinya , dia duduk samping Seungwoo terus rangkul pinggang dia gitu. Seungwoonya nyengir doang. Haduh dasar pasangan seumur jagung.

....

Abis sarapan, jam 9 nya mereka lanjut jalan-jalan. Keliling pusat kota buat beli oleh-oleh buat yang nunggu dirumah. Seungwoo sama Wooseok semangat banget cari oleh-oleh. Bahagia banget liat makanan dijejerin gitu, rasanya pengen dibeli semua aja.

Seungwoo inget Mama minta oleh-oleh, Byungchan sama Yohan Minkyu juga. Jadinya dia beli banyak. Lagian dibayarin Seungyoun kok hehe. Seungyoun ambil banyak job kemarin-kemarin, uang jajan dia jadi banyak. Terus dipake traktir pacar deh di Bandung. Tapi uang Seungwoo juga ga sia-sia kok, kan saling. Kalau makan juga tukeran yang bayar. Gak melulu Seungyoun yang bayar.

“Seungyoun.. udah”

Seungwoo jalan kearah Seungyoun sambil jinjing belanjaan dia. Terus Seungyounnya senyum aja.

“Woo liat deh gantungan kuncinya lucu. Mau gak?”

“Gak mau. Punya banyak”

“Yaudah beli gelang deh ya? Aku satu kamu satu?”

Dan Seungwoo ngangguk antusias. Akhirnya punya something couplean ya guys kalau kata Hangyul.

...

Jam 10, mereka lanjut ke Farm House Lembang Bandung. Tempatnya bagus banget. Banyak tempat-tempat swafoto yang didesign kekinian. Udaranya sejuk juga. Disana-sini bisa lihat tanaman hias yang bagus-bagus. Mata Seungwoo udah berbinar aja. Dia seneng banget lihat pemandangan kayak gini. Pengunjungnya lumayan rame. Banyak keluarga yang dateng.

Di farm House Lembang juga bisa lihat hewan ternak kan ya, Seungwoo Wooseok ngotot banget mau lihat, Seungyoun udah senyum-senyum aja , bilangnya iya boleh sana lihat, tapi gak mau nganter. Seungwoo kan maunya sama Seungyoun gitu ya.

“Seungyoun ayooo!! Itu Wooseok udah pergi”

“Iya sana susul Wooseok Jinhyuknya”

“Mau sama Seungyoun ih ayo!” Katanya sambil tarik-tarikan tangan sama Seungyoun.

Seungyounnya senyum doang. Ya kenapa sih.

“Bang Youn,buruan!” Hangyul dari seberang sana udah lambai-lambai tangan. Seungyoun banyak drama. Akhirnya dengan kekuatan penuh, Seungwoo gendong Seungyoun terus lari deh dia samperin semuanya.

Seungyoun ketar-ketir aja. Gak tahu apa ya Seungwoo tuh, Seungyoun gak berani sama hewan ternak. Pernah mau diseruduk kambing dia tuh makanya takut.

“Dih anjir malu-maluin lu digendong Seungwoo” sungut Wooseok sambil noyor dikit kepala dia. Seungwoo nurunin Seungyoun terus ditarik gitu anaknya. Aduh Seungyoun takut, woo.

“Liat kambing yuk” seru Kookheon.

Mampus.

...

Seungwoo sama anak-anak lain dengerin penjelasan mas-mas disana tentang hewan ternak yang lagi mereka kasih makan ini, Seungwoo Wooseok udah elus-elus bulunya aja. Seungyoun merinding sendiri dibelakang sambil jagain pacarnya. Jagain darimana ya kalau posisinya dibelakang ?

“Seungyoun sini kasih makan ayo!” Ajaknya. Seungyoun senyum aja. Gelagatnya aneh.

“Lu takut kambing, Youn?” Bingo! Midam bener bener ya mulutnya.

“Kagak lah!!!” Sewotnya. Terus ngide gitu jalan ke depan buat ngelus buku lambungnya, pas kambingnya noleh dia malah jerit-jerit. Akhirnya anak-anak ketawa deh.

“Terciduk kau bangsul, takut kambing lu ya” kata Kookheon sambil ketawa puas banget.

...

Habis jalan-jalan, mereka beli susu murni yang dijual disana sambil liat-liat hasil foto. Seungwoo minum susu murni sampe empat gelas. Kookheon Hangyul abis tiga , Wooseok Midam abis dua, Seungyoun Jinhyuk doang yang satu juga belum abis.

“Woo lu pulang-pulang nge-gym lagi gih sama Yohan” seru Jinhyuk. Anaknya goyang-goyangin kaki sambil nyedot susunya kayak nikmat banget, “kenapa?”

“Disini banyak makan lu ntar melar lagi...”

Seungwoo kedip kedip polos aja terus noleh ke arah Seungyoun. Seungyoun naikin alisnya bingung terus balik natap Seungwoo, “menurut Seungyoun aku mendingan gini atau harus nge-gym lagi?” Tanyanya.

Seungyoun ketawa kecil terus cubit cubitin pipi Seungwoo, “gini juga boleh. Pipinya lebih berisi aku suka. Gemes. Minta dikunyah”

Seungwoo ketawa terus balik nyedot susu lagi. Asli gemes banget, makanya Seungyoun remes jari tangan Seungwoo terus dia gigitin gara-gara gemes.

....

Jalan-jalan di Farm House Lembang ternyata ngabisin waktu banyak yang gak kerasa. Jam 3 mereka langsung pulang ke Jakarta. Kali ini Jinhyuk nyetir duluan sampe mereka berhenti makan dan Wooseok duduk didepan buat nemenin.

Seungwoo Seungyoun dibelakang sibuk nyanyi-nyanyi sambil cerita-cerita. Perjalanan kali ini mereka habiskan bersama.

Bareng temen-temen, pergi ke tempat wisata keluarga pun rasanya jadi beda. Abis Main, makan , abis makan ,main. Seru banget sih keliling kota sama temen-temen. Rasanya kayak hari ini cuma kita yang punya.

Punya temen yang asyik kayak mereka, bikin Seungyoun bersyukur juga. Disela-sela kesibukannya yang sekarang mendadak viral dan banjir undangan acara, liburan seru kayak gini nih bisa bikin jenuhnya hilang.

Seungwoo genggam tangan Seungyoun yang lagi nganggur, otomatis anaknya noleh.

Seungwoo senyum manis terus cium tangan Seungyoun yang lagi dia genggam.

“Makasih ya” katanya.

Seungyoun ngangguk sambil bilang makasih juga. Habis itu mereka pelukan , Seungwoo tiduran dipaha Seungyoun, rambutnya diusap-usap gitu sama Seungyoun.

“Nabung yuk” kata Wooseok memecah keheningan.

“Buat apa?”

“Akhir tahun nanti biar bisa ke Bali!”

“Bali??? Mau!!!”

“Gimana setuju?”

“Boleh deh ke Bali”

“Atur-atur aja lah ya. Kita nabung mulai sekarang”

Seungwoo sama Wooseok udah excited duluan. Mereka ngoceh gimana pastinya nanti mereka seru-seruan. Haduh udah gak sabar pengen cepet-cepet ke Bali. Pasti feel-nya juga beda karena sama temen dan pacar.

“Another trip, guys?”

Besok pulang, petualang.

It's 2am rn. Tapi Seungwoo masih grasak-grusuk gak jelas diatas kasur. Matanya udah cape tapi gamau mejam. Matanya udah cape tapi gak mau bobo terus. Matanya udah gak mau liatin hp lagi tapi gatau harus apa selain main hp. Wooseok disamping udah tidur. Anaknya pulas banget. Mukanya ditutupin sheetmask. Seungwoo bosen banget liatin Wooseok skincarean. Seungwoo jadi nyesel minta diajarin. Ribet bener asli. Buang-buang waktu bobo.

Ini jam 2 pagi dan Seungwoo masih gak bisa bobo. Sebenarnya tadi udah tidur. Jam 1 lewat , dia malah pengen pipis. Abis pipis malah gabisa tidur lagi. Dan berakhir menggabut sendirian. Akhirnya dia mutusin buat upload foto. Dan gak lama Jinhyuk ngechat dia di WA.

Seungwoo awalnya ogah-ogahan. Karena benefitnya gak terlalu enak di dia.

Dan setelah bilang dia bisa kelon, akhirnya Seungwoo mau. Seungwoo keluar sambil bawa selimut tebel dia. Jalan ngendap-endap biar gak bangunin yang lain. Dan didepan pintu kamar yang ia tuju, Jinhyuk udah nyengir gaje aja. Anaknya pake kaos kutang doang sama kolor, bawa sarung sama guling.

Si cungkring ini diliat-liat kayak mamang mamang bakso tahu depan rumah dia jadinya.

“Sampe pagi doang ya..” desisnya.

“Iya. Sampe jam 7an lah. Jam segitu kan masih pada ngebluk tuh orang-orang”

“Yaudah buruan”

Dan jinhyuk ngecup jakun Seungwoo dulu sebelum ngibrit masuk kamar Seungwoo. Seungwoo cuma bisa lempar selimut dan itupun gak kena.

Kok mau mau aja ya Seungwoo diajak tukeran kamar sama Jinhyuk? Dia kan malu jadinya harus sekamar sama bebeb.

Yaudah akhirnya karena malu, dia mutusin tidur di kasur lantai aja ㅡmalu asli.

Dan gak sangka baru aja mau rebahan, Seungyoun bangun sambil garuk-garuk perut.

“Hyuk , haus. Bawain minum gue dong di tas”

Mata Seungyoun masih merem. Rambutnya acak-acakan kayak sarang burung. Abis garukin perut , dia pindah garukin paha. Lokal banget masnya.

Seungwoo akhirnya buka resleting tas Seungyoun dan sodorin Aqua botol yang ada disana ke doi. Dan doi langsung minum itu sampe abis. Dan gak lama dia kejengkang dong. Kaget gitu. Kok bisa-bisanya ada mahluk hidup kiyowo dan cantik yang warna putih kulitnya berpendar dibawah cahaya bulan lagi duduk dikamar dia.

“Lho Woo kok disini?”

“Disuruh jinhyuk kesini sampe pagi. Dia mau kelonan sama Wooseok katanya” dan setelah bilang gitu bibirnya manyun. Akhirnya Seungyoun nuntun Seungwoo buat tidur samping dia. Berbagi satu selimut bersama terus tangan dia jadi bantal buat Seungwoo sedangkan satu tangan lagi dipake buat tepuk-tepuk punggungnya. Seungwoo berasa lagi tidur sama Byungchan. Karena kebiasaan tidur Byungchan begini nih kalau nginep dirumah dia atau sebaliknya. Byungchan biasa lakuin ini ke adeknya, kalau misalnya adeknya lagi gak ada , Seungwoo suka diajak nginep terus diginiin juga deh.

Dari jarak sedekat ini, Seungyoun ribuan kali lipat lebih ganteng, yeorobun. Asli. Seungwoo sampe gak kedip liatnya.

“Suka sama apa yang kamu liat?”

Suaranya.. demi ruh manusia. Bikin Seungwoo gemeteran.

Seungwoo tiba-tiba mejamin mata pas Seungyoun geser wajah dia buat ngedeket. Dahi ketemu dahi, biasa. Itu hobi.

“Makasih udah mau nemenin aku liburan di kampung halaman. Rasanya jadi beda kalau jalan sama kamu” katanya .

Seungwoo senyum sambil ngangguk, dan pelan-pelan, mata Seungwoo sengaja ia buka. Mereka menyelami netra masing-masing. Mata sehitam jelaga Seungwoo bertemu mata rubah kecoklatan milik Seungyoun.

Desiran hangat dinamakan cinta itu membuncah. Hingga akhirnya keduanya mempertemukan hidung keduanya sambil ketawa.

“Sayang Seungyoun...” Ucapnya sambil meluk badan Seungyoun. Mukanya ditenggelamkan ke dadanya dia. Menghirup dalam-dalam aroma citrus yang masih tertinggal disana.

Seungyoun ngecup puncak kepala Seungwoo lama . Seungwoo makin eratin pelukannya.

“Selamat malam kesayangan Seungyoun.. mimpi indah ya”

Bandung i'm in Love

Sepulangnya mereka dari Bukit Bintang dan mampir dulu buat isi perut di nasi goreng pinggir jalan, akhirnya mereka sampe di rumah Midam yang ternyata gede banget kayak villa. Kenapa Midam gapernah bilang kalau dia tajir ya? Kan jadinya Seungyoun tuh seneng punya temen kaya raya gini.

Isi rumah Midam cuma ada Mama dan adeknya dia aja. Papanya dinas di luar kota , bulan depan baru balik. Mama Midam cantik banget. Nurun banget ke Midam. Tapi agak-agak pemalu gitu Mamanya. Ya typicall Midam pas awal kenal.

Masakan Mama Midam juga enak banget. Mama Midam bikinin mereka udang balado sama kepiting saus tiram. Katanya ini makanan kesukaan Midam sama Wooseok. Kok Mama Midam kenal Wooseok? Kenal lah sayang, kan calon kakak ipar ya? Eheq.

Setelah makan malam, typicall Seungyoun dan Seungwoo sekali sih, gak kenyang-kenyang. Makanya mereka pergi jalan-jalan malam lagi. Kata adeknya Midam sih di perempatan sebrang ada yang jual mie kocok sama bakso yang enak banget. Yaudah Seungyoun sama Seungwoo pergi aja kesana. Taunya diintilin Jinhyuk sama Wooseok dong.

Seungwoo sama Seungyoun udah kebiasaan banget sih kalau jalan berdua gini pasti gandengan tangan. Namanya juga pasangan baru ya kan?

Jalannya aja santai gitu. Pokoknya mereka mau nikmatin waktu bersama lah ya. Seungwoo beruntung banget bisa pacaran sama Seungyoun si paket komplit. Begitupun Seungyoun yang bersyukur banget punya pacar kayak Seungwoo yang sempurna luar dalam.

...

“Seneng gak jalan sama aku?”

Seungwoo yang lagi makan pangsit ngangguk-ngangguk seneng sambil tersenyum gitu. Aduh adem banget.

“Besok mau kemana lagi sebelum pulang?”

“Mau ke tempat yang bener bener bersih gitu udaranya. Aku gak mau ke TSB ya. Kemarin aku sama Wooseok bikin Poll di Twitter banyak yang pilih TSB...” Sungutnya.

“Kenapa gak mau kesana?”

“Gak mau. Gak seru. Harusnya ke tempat-tempat yang bisa lihat alam gitu... Percuma liburan tapi ke tempat begitu. Di Jakarta juga ada tempat-tempat mainan gitu”

“Tapi kan feel-nya beda Woo soalnya sama pacar” balas Jinhyuk.

Seungwoo tetep geleng-geleng , “gak mau Hyuk. Gak seru. Mau ke tempat yang terbuka gitu...”

“Ada beberapa rekomendasi dari followers Twitter aku , ada yang saranin ke Farm House Lembang , Tangkuban Parahu , Tebing Keraton , ada yang saranin ke Dago Dream Park juga. Tapi karena jam 3 kita udah harus balik ke Jakarta, kayaknya kita cuma bisa jalan ke satu atau seenggaknya dua tempat aja.. ngindarin macet kan besok udah weekend. Sebelum macet, kita harus udah pulang” sambung Wooseok sambil makan.

Denger kata pulang Seungwoo lemes banget. Gak asik banget sih udah harus pulang. Padahal kan seru. Eh tapi udah kangen mama , gimana dong ya?

Seungyoun sibuk liatin pacarnya yang kena dilema. Lagi asyik makan , wajahnya tiba-tiba kayak orang bingung. Bingung kali dia ya antara pulang atau enggak. Ya gimana ya, Seungwoo itu anak mall , dikasih liburan outdoor gini tuh dia seneng banget. Makanya pas diajak ke TSB anaknya gamau. Gak seru katanya. Seungyoun sih ngikut aja. Yang penting sama pacarnya lah mau kemanapun juga.

“Seungwoo”

Seungwoo noleh terus bibirnya ditabrak bibir Seungyoun dong. Terus anaknya ketawa. Seungwoo merengek aja kayak anak kecil sambil pukulin badan Seungyoun. Ngide banget sih.

“apaan sih Seungyoun!! Kan ditempat umum”

“Ya habisnya gemes gitu bibirnya manyun-manyun.. mikirin apa sih sampe jadi gemes gitu”

“Ngaco! Itu mah kamunya aja yang modus sama aku. Ngaku kamu ngaku!!” Seungwoo nunjuk-nunjuk Seungyoun pake garpu bikin anaknya ketawa lagi. Terus Seungwoonya dipeluk gitu, dicium dahinya. Pokoknya modus lah. Wooseok sama Jinhyuk juga bodo amat. Makan aja terus.

“Seungyoun ih malu...” Cicitnya. Seungwoo ndusel didada Seungyoun abis bilang gitu. Katanya malu kok malah nempel sih.

“Woo asli lu gemesin banget sih astagaaaaaa. Sini gue kunyah” dan pipi Seungwoo abis digigitin Seungyoun.

...

“Dam please lah Dam.. sekamar ya sama Seungwoo?”

“Gak boleh. Pokoknya Seungwoo sama Wooseok , Kookheon Hangyul , Lu sama Jinhyuk. Udah bulat. Titik!”

“Dam... Gue juga mau sekamar sama Wooseok Dam . Tukeran ya sama Seungwoo?” jinhyuk udah mohon-mohon aja sama Midam. Tapi Nyai lebih galak. Akhirnya mereka ngalah. Ya udah lah daripada gak tidur dikamar sama sekali gak sih? Makanya mereka pasrah aja.

Malam di Bukit Bintang, Lembang.

Perjalanan team Babandungan menyusuri kota Bandung baru saja dimulai. Lagu Rindu Tak Bersuara milik Alffy Rev mengalun indah didalam mobil, Wooseok nih DJnya. Daritadi lagunya sentimental semua.

Seungyoun bener bener ajak Seungwoo jajan seblak langganan dia deket alun-alun. Waktu SMA suka kesini sama Sejin sih , tapi anaknya gak bilang. Soalnya Seungwoo sensitif banget nyangkut mantan. Jadi diem-diem aja deh ya guys.

Makan seblak disana mereka sepakat bikin challenge , beli level tiga , yang kepedesan dan gak kuat makan, harus bayar semua.

Seungwoo ketar-ketir , maunya level satu dulu, makanya beli dua. Level satu setengah porsi, level tiga setengah porsi. Soalnya dia mau nyicip yang biasa aja.

Ternyata seblak Bandung enak banget , persis kayak kata kakaknya. Seungwoo emang kepedesan di awal. Tapi lama kelamaan dia mulai menikmati semuanya. Enak banget. Wooseok juga suka. Dia pecinta ceker , cekernya dibanyakin , dimakan daritadi ga berhenti-berhenti.

Semuanya udah kepedesan . Udah pada ngelap keringet, ujungnya Hangyul nyerah dan harus rela bayar semuanya. Mana kurang ajarnya , Kookheon beli satu porsi lagi.

Seungyoun juga mesen empat teh botol lagi. Empat teh botol buat sendirian. Emang pada kurang ajar ya diliat-liat.

Hangyul gapapa guys , dia sabar kok.

Seungyoun nenggak teh botol, botol ketiganya buru-buru , panas bener bibir dia. Dia biasanya makan yang level satu doang. Ini level tiga. Apa gak mencret besoknya?

Ditatapnya pacarnya yang lagi anteng makan seblak yang level satu tadi dia pesen, typicall Seungwoo kalau makan diatas kursi gini, kakinya suka goyang-goyang. Gak tahu kenapa deh. Tapi lucu sih. Tangan dia megangin ceker ayam sambil digigitin gitu. Anaknya kepedesan tapi santai aja gitu makannya.

Seungyoun inisiatif ambil tisu terus ngelapin keringet Seungwoo. Anaknya senyum sambil lanjut makan. Tanggung tinggal dikit lagi, soalnya.

“Enak hm?”

Seungwoo ngangguk dan menyeruput kuah seblak dihadapannya. Habis sudah.

Seungwoo membalikkan badannya menghadap Seungyoun , menyodorkan bibirnya mendekat pada Seungyoun.

“Hayo hayo zinah” Jinhyuk disebrang sana heboh liat Seungwoo udah manyun-manyun ke arah Seungyoun.

Seungyoun ketawa aja , terus karena dia ngerti, Seungyoun ambil tisu baru buat bersihin bibir Seungwoo.

Gila. Muka Seungwoo pongah banget , ngejek Jinhyuk yang udah salah sangka.

“Makasih,hehe”

...

Abis makan seblak , mereka milih ke alun-alun buat liat-liat suasana disana. Udah lama juga Seungyoun gak kesini. Apa aja sih yang berubah?

Tangan kanannya menggenggam Seungwoo sepanjang perjalanan , sedangkan tangan kirinya terselip rokok hasil minta ke Kookheon. Dia gak nyetok rokok , dimarahin Mama kemarin soalnya Hangyul bocorin rahasia dia ngabisin tiga bungkus sehari. Alhasil mamanya ngomel deh.

Mereka semua duduk melingkar diatas rumput alun-alun yang hijau banget. Banyak anak-anak kecil main bola , main layangan , main gelembung sabun , sekedar jajan-jajan doang juga ada.

Seungwoo sibuk foto-foto suasana sana pake kamera Seungyoun, anaknya seneng banget.

Menuju siang karena bosen , mereka akhirnya milih ikutan main bola sama anak-anak kecil yang ada disana. Seungwoo sama Seungyoun beda team . Seungyounnya udah ga sportif lagi mainnya. Kadang bolanya dipegang lah , dibawa lari , kadang dimasukin ke baju lah , kadang ditendang asal juga. Anak-anak disana semuanya ketawa aja. Seru aja gitu bercanda bareng.

Seungwoo lari cepet banget udah niat mau cetak goal sekarang. Gawang Seungyoun, Jinhyuk yang jaga, dia udah makin deket sama gawang , tapi badan dia tiba-tiba melayang gitu aja. Ya siapa lagi? Cho Seungyoun dengan seenak jidat gendong dia , jauhin dia dari bolanya ,

“Seok bawa bolanya Seok!!!!!!”

Terus Wooseok ambil bolanya lari ke gawang Seungwoo yang dijaga bocil.

“Seungyoun turunin!!!!”

Bukannya diturunin , badan dia malah diajak muter-muter. Pusing , mana takut jatuh.

Bucin susah sih ya.

...

Menuju siang , mereka semua pergi ke Rabittown , terus makan lagi , ya gitu aja terus. Makan main makan main.

Habis dari cafe di sekitaran Rabittown , mereka langsung meluncur menuju salah satu tempat wisata kesukaan Midam. The Lodge Maribaya. Seungwoo seneng banget liat pemandangannya. Asyik banget , bisa camping , bisa outbond , bisa piknik juga. kapan-kapan Seungwoo mau deh piknik kesini sama Mama sama Kakaknya juga.

Seungwoo tiduran diatas Hammock , liatin Seungyoun yang lagi foto-foto temen-temen yang lain.

Seungyoun ganteng banget ya diliat dari sini. Auranya itu lho. Seungwoo seneng deh bisa pacaran sama Seungyoun. Udah pinter , ganteng, tinggi, sayang keluarga , kocak lagi. Seungwoo baru sadar dia sebucin ini sama Seungyoun. Karena tiap pergerakan yang dia ambil , sekecil apapun , Seungwoo kunci didalam memorinya.

Seungyoun senyum saat mata mereka saling bertemu. Seungwoonya nyengir doang sambil ngasih love sign . Seungyoun ketawa ganteng banget, terus Seungwoonya difoto gitu.

Agak lama Seungwoo rebahan , Seungyoun jalan ke arah dia. Diusapnya pelan-pelan rambut Seungwoo yang lembut itu. Ini anak ga panas apa ya rebahan siang-siang gini.

“Haus ga?”

“Enggak. Seungyoun haus?”

“Dikit..”

Dan dengan cekatan Seungwoo duduk , membuka ransel Wooseok yang dititipkan padanya , menusukkan sedotan keatas susu ultra berperisa taro yang disodorkan kearah Seungyoun.

“Makasih ganteng, baik banget deh” dan ini nih yang Seungwoo suka. Ciuman didahi dan pujian yang keluar dari Seungyoun. Kalau udah dipuji sambil dikecup keningnya gini tuh , Seungwoo rasa bahagia banget gitu lho kak.

Seungwoo punya praise kink apa ya?

....

Agak sorean , mereka buru-buru pindah destinasi karena ngejar sunset di Bukit Moko atau Bukit Bintang di daerah Lembang. Seungwoo anteng aja digendong Seungyoun , tangannya melingkar didepan tubuh Seungyoun, kepalanya di biarin nyender.

Seungwoo gak cape sih. Tapi manja. Dia males banget daritadi naik turun terus. Kebetulan pacarnya Bucin akut, jadi ya gitu deh.

...

Seungwoo menatap jalanan Bandung menuju sore. Langitnya indah banget. Gak mendung dan gak terlalu terang juga.

Seungyoun bilang, vibe dan view di Bukit Bintang bagus banget, kayak bisa liat satu Bandung dari atas sana. Seungwoonya girang banget. Soalnya pasti romantis banget datang ke tempat kayak gitu sama pacar.

Seungwoo asyik goleran dengan paha Seungyoun sebagai bantalnya sambil main HP. Tangannya cekatan ngupload foto-foto tadi di Instagram dan Twitternya. Seungyoun senyum-senyum doang soalnya keliatan Seungwoo juga buka-buka akun punya dia.

Bisa gak sih pasangan ini sehari aja gak bikin Jinhyuk mual karena level kebucinan mereka yang berbeda?

Ya jelas lah. Jinhyuk udah ga sebucin mereka yang jadi pasangan baru , soalnya Jinhyuk sama Wooseok udah lama banget jalin hubungan. Jadi Bucin alay-alaynya udah lewat. Beda sama mereka.

“Gue baru inget belum bayar kostan ke Seungwoo” . Perkataan jinhyuk bikin semua orang bingung. Seungwoo kan buka kostan , lagian Jinhyuk juga ga ngekost.

“Ngapain?”

“Lah kan dunia milik Seungwoo Seungyoun doang anjir yang lain cuma ngekost”

Dan seketika semuanya Ketawa. Gak sih gak semua. Seungwoo sewot soalnya , jadi dia lempar hpnya kencang-kencang ke arah perut Jinhyuk.

....

Bener kata Seungyoun. Vibe dan view bukit bintang atau Bukit Moko ini indah banget. Rasa-rasanya kayak lagi shooting film Twillight. Emang gak beda jauh dari The Lodge Maribaya yang sama-sama tempat wisata alam yang bisa picnic, outbond dan segala macam. Disini juga orang-orang berbondong-bondong foto-foto dibawah langit senja Bandung yang indah banget.

Seungwoo gak sadar remes tangan Seungyoun yang lagi-lagi genggam tangan dia sepanjang perjalanan. Seungyoun lantas menoleh lalu tersenyum, mengusakkan ujung hidungnya dihelaian rambut Seungwoo , “seneng?”

Seungwoo mengangguk antusias. Anaknya gemes banget kalau lagi anteng gini. Kini keduanya lagi duduk duduk aja. Foto-fotonya udah tadi. Pasangan Jinhyuk Wooseok gatau dimana dan lagi ngapain. Kookheon Midam Hangyul masih sibuk foto-foto. Cuma mereka doang yang santai santai.

Seungyoun rangkul bahu Seungwoo yang nyenderin kepala dibahunya.

Suasana kayak gini , ga pernah mereka alami sebelumnya. Cuma ada mereka dan senja.

“Seungyoun, makasih ya.”

“Terimakasih kembali. Gimana seneng?”

Seungwoo ngangguk cepet banget. Terus mulutnya gak berhenti ngoceh gimana perasaannya dia hari ini jalan-jalan di Bandung. Dia juga cerita gimana Mama Kookheon sama Mama Seungyoun baik banget sama dia. Ngasih dia banyak makanan , diajak keliling komplek, dikenalin ke tetangga-tetangga gitu. Seungwoo belum pernah ngerasain gimana rasanya dibangga-banggakan ke satu komplek. Mama Seungwoo itu sibuk. Sejak jadi single parents , yang Mamanya lakuin cuma kerja karena Mama harus biayain sekolah Seungwoo, jadi waktu buat kumpul sama tetangga agak kurang. Mama suka pulang malam soalnya.

Dan ketika langit mulai gelap, bintang-bintang mulai bersinar. Seungwoo menatap langit malam Bandung . Indah banget. Dia bisa lihat night view Bandung yang luar biasa berkelip kayak berlian mahal dibawah sana. Seungwoo beruntung punya Seungyoun yang selalu punya kejutan buat dia.

“Seungyoun makasih” Seungwoo menolehkan wajahnya pada sosok Cho Seungyoun disampingnya. Tapi ia harus menarik mundur lagi dirinya karena ternyata jarak wajah Seungyoun deket banget sama dia.

Hidungnya hampir bertabrakan tadi kalau Seungwoo gak mundur.

“Kamu indah woo. Dibawah cahaya bulan gini, kamu makin indah. Aku beruntung punya kamu...” Jemarinya terulur mengusap rahang dan pipi Seungwoo. Seungwoonya malu , nunduk kecil gitu.

“Let me be yours untill the end ya?”

Seungwoo ngangguk kecil. Dia juga seneng kok punya Seungyoun. Seungwoo udah lama gak merasa aman , dilindungi, disayangi dan dicintai oleh lelaki lain sebesar ini setelah kepergian papanya. Papa yang tega ninggalin keluarga demi orang baru.

Jemari Seungyoun menarik dagu Seungwoo mendekat, dikecupnya ringan bibir merah merekah itu. Seungwoo menatap Seungyoun yang memejamkan matanya. Bulu matanya panjang,bahkan dari jarak sedekat ini, Seungyounnya tetap sempurna. Dan Seungwoo ikut memejamkan matanya. Mengalungkan tangannya dileher prianya. Menyalurkan rasa sayang dengan kecupan lembut.

Seungwoo tak keberatan hidup selamanya asalkan sama Seungyoun.

Pun Seungyoun berani mengarungi lautan asalkan bisa dipertemukan dengan Seungwoonya.

...

Pletak!!

Seungyoun melepaskan ciumannya sambil mengaduh.

“Zinah lu ya siluman kadal!! Balik buru, Mamanya Midam udah nelfonin”

Seungyoun berdiri menahan amarahnya , Seungwoonya malu dong. Kayak anak ABG ketahuan pacaran sama warga.

“Anying , Kookheon bener bener ya lu. Kelahi lah kita,nyet”

Dan Kookheon berlari menjauh dengan kecepatan penuh kala Seungyoun gak main-main sama ucapannya.

Jinhyuk ketawa ketawa aja liatin Seungwoo yang malu gitu.

“Ngapain masih disini? Ayo balik”

“Jangan bilang Mama ya Hyuk?”

“Haha.. gak bakalan. Yuk pulang”