🄱🄴🄽🅃🄾 🄵🄾🅁 🄻🅄🄽🄲🄷
Warn
Angst!
Seunoo lima tahun!
Ryeonseung oneshoot!
Gemesnya dikit doang
ㅡ
Pagi ini cerah. Seungyoun bangun dengan semangat langsung bergegas mandi dan sarapan sereal bersama suaminya yang masih mengantuk. Malam tadi Seungwoo rewel. Hancho besarnya dibawa ke laundry dan belum datang sampai hari ini. Ia merenggut marah sesekali menangis kencang membuat Seungyoun kelabakan. Menangis terus selama dua jam, berhenti karena lelah setelah bangun, menangis lagi. Seungyoun sampai pusing sendiri.
Tangis Seungwoo mereda saat bibi Lim mengajaknya ke dapur untuk memasak nugget kesukaannya. Membuat bento ala-ala anak sekolahan. Seungwoo senang sekali bisa membuat makanan enak. Ditata seindah mungkin lalu diberi hiasan emoticon senyum dengan saos. Seungwoo bertepuk tangan heboh dan memilih untuk tidak memakannya. Dia memberikannya pada Seungyoun dan langsung habis setelah sepuluh menit pertama. Seungwoo senang Seungyoun menyukai hasil karyanya.
Selama ini Seungwoo selalu terbayang kata-kata orang. Seungwoo itu idiot dan suka merepotkan orang-orang. Seungwoo tidak bisa apa-apa selain menangis meminta balon terbang. Seungwoo cukup terluka. Karena dia mengerti bahwa dirinya memang begitu. Seungwoo hanya bisa menjadi dirinya sendiri. Seungwoo yang terjebak dalam dirinya sendiri. Yang bicara tidak teratur, yang lebih besar daripada teman-teman bermainnya. Yang hanya bisa mewarnai dan mengacaukan keadaan. Seungwoo mengenal dirinya sendiri seperti itu. Tidak usah mendengarkan kata-kata orang yang mencemoohnya. Karena dirinya cukup tau dan sadar diri atas dirinya yang berbeda dari orang-orang.
Meskipun rasanya menyakitkan , tapi Seungwoo akan mencoba untuk menerima semuanya. Seungwoo anak baik, begitu kata Seungyoun. Seungwoo mungkin tidak bisa mempercayai orang-orang, tapi Seungyoun. Ia bisa sepenuhnya mempercayainya. Seungwoo memang aneh, anak aneh. Tapi Seungwoo juga manusia. Ia bisa merasakan kehangatan kasih sayang dari suaminya. Seungyoun pribadi yang lembut dan baik. Tidak sekalipun membentak dan memarahi. Akan selalu sabar dan tenang menghadapinya. Membubuhinya dengan kecupan dan pelukan hangat dikeadaan terburuknya. Memberinya semangat dan tetap menemaninya apapun yang terjadi.
“Seunoo habiskan mamnya ya.. Seungyounie harus bekerja” setelah meneguk susunya , Seungyoun beranjak mengecup pipi Seungwoo lama lalu mengusak rambutnya gemas. “jangan nakal ya? Seunoo kan anak baik”
“Baik Seunoo baik”
“Pinternya.... Serealnya dihabiskan ya sayang? Seungyounie mau mandi dulu ok?” Setelah kata ok, Seungyoun benar-benar menghilang dari ruang makan. Menyisakan Seungwoo dengan tatapan kosongnya. Lalu didetik berikutnya ia berlari secepat kilat menyusul Seungyounnya.
ㅡ
Seungwoo menatap deretan baju dan kemeja milik Seungyoun dilemari. Menatap satu persatu dasi yang tergantung disana. Kaos kaki dan jas, lalu berakhir disabuk. Seungwoo memilihnya dengan hati-hati. Menyelaraskan padu warnanya, mencocokkan motifnya lalu menatap lurus pada pintu kamar mandi.
Menurut film yang Seungwoo tonton siang kemarin, biasanya sang istri akan menyiapkan segala kebutuhan suaminya bekerja. Seungwoo juga ingin melakukannya. Karena itu, ia menaruh seluruh benda yang ia bawa diatas kasur , lalu pergi dengan cepat dari sana. Entah karena malu atau punya rencana lain.
ㅡ
Seungyoun menggosokkan handuk kecil pada rambut basahnya. Gerakannya terhenti saat ia melihat satu stel pakaian kerjanya yang sudah siap diatas kasur. Kalau tidak salah ingat , ia belum memilih akan memakai apa hari ini. Seungyoun berjalan pelan-pelan lalu mengambil kemeja biru muda yang teronggok diatas ranjang, disisi lainnya ada jas berwarna navy , celana kulit, sabuk dan kaos kaki hitam. Seungyoun tersenyum teduh lalu menatap pintu, “Seunoo? Kaukah itu?”
ㅡ
Seungyoun berjalan menuju lantai dua. Menjemput tas kantor dan sepatunya. Ia juga tak lupa membawa kunci mobil beserta dengannya. Mata rubahnya menangkap siluet Seungwoo yang terduduk dipojok ruangan kerjanya. Membelakangi pintu tidak bergerak seincipun.
Seungyoun berjalan mendekat lalu tersenyum, “Seunoo sedang apa sayang?”
Seungwoo tampak tak menggubris sapaan Seungyoun. Dirinya masih fokus pada apa yang ia lakukan sebelumnya. Matanya memicing serius dan tangannya terus bekerja.
Seungyoun berjongkok mensejajarkan diri dengan seungwoonya. “Sayang?”
Seungwoo menoleh pelan lalu tersenyum lebar sambil menunjukan sepatu kerja Seungyoun yang baru saja ia semir. Seungyoun terkejut karena Seungwoo terlihat belepotan. Akhirnya, ia memeluk Seungwoo kuat-kuat,“sayang kenapa melakukan ini?”
“Baik Seunoo baik. Istri baik” katanya. Hati Seungyoun menghangat. Ia tak bisa memarahi Seungwoo kalau begini adanya. Akhirnya Seungyoun menuntun Seungwoo ke kamar mandi lalu berangkat bekerja seperti biasanya.
ㅡ
“Hari ini kau tampak bahagia? Menang undian? Atau sesuatu yang lain?”
Itu tuan Han. Ayah mertuanya. Tak sengaja mereka berpapasan didepan pintu lift. Seungyoun terkikik pelan lalu membenarkan letak kemejanya, “sesuatu yang lain,ayah” ujarnya.
“Kuharap itu bukan sesuatu yang tidak penting”
“Mungkin tidak bagi ayah. Tapi bagiku, ini sangat penting”
“Anak itu lagi?”
“Berhenti memanggilnya anak itu, karena dia anak anda dan suami saya, ayah...”
Tuan Han memutar bola matanya jengah lalu menghela nafas panjang.
“Jangan lupa pertemuan dengan tuan Yook.”
“Ayah yakin mau bekerja sama dengannya? Apa untungnya bagi kita?”
“Mungkin tidak untukmu, tapi untukku itu penting. Tuan Yook pernah membantuku saat hampir gagal dan jatuh. Mungkin kali ini, saatnya aku membalas budinya..”
“Balas Budi? Aku kira ayah tidak punya hati nurani seperti itu”
“Hm...”
ㅡ
“Bukan begitu cara memotongnya Tuan. Liat bibi..nah begini. Pelan-pelan aja ya?”
Seungwoo memicingkan matanya menatap bibi Lim yang mengajarinya memotong katsu untuk bento makan siang hari ini. Keringat mengucur dipelipisnya, lalu dengan pelan-pelan, ia memotong katsu ditangannya. Senyumnya merekah kala melihat hasil karyanya telah jadi. Ditaruhnya katsu itu diatas nasi bertabur wijen dan onigiri, lalu ditambahkannya saus yang sengaja diukir menjadi emoticon senyum.
Seungwoo bertepuk tangan heboh sambil tertawa, “pintar Seunoo pintar Seunoo..” Bibi Lim memeluk Seungwoo lalu mengusap punggungnya sayang, “aigoo...bibi bangga sekali dengan Tuan Han. Sekarang kita mandi lalu mengantarkan makan siang ini ya?”
Seungwoo mengangguk antusias lalu berlari mengambil handuk untuk mandi. Bibi Lim segera menutup kotak bekal itu lalu memasukan ketiga kotak bento itu kedalam satu paperbag besar. Lalu segera menyusul Seungwoo untuk memandikan pria gemas itu.
ㅡ
Seungwoo berjalan riang bersama supir pribadinya menuju ruangan Seungyoun. Tangan kanan menjinjing paperbag berisi makanan, tangan kiri memeluk Hancho dan jangan lupakan dipunggungnya tersampir tas selempang berisi peralatan mewarnai. Keduanya berjalan riang menuju ruangan Seungyoun, mengabaikan tatapan tatapan mata dari orang-orang yang ada disana. Seungwoo sebenarnya takut untuk datang kemari. Kali terakhirnya kesannya buruk. Dia berakhir mendengar gunjingan tak sedap didengar lalu pulang ke rumah dengan keadaan kacau. Lalu sekarang ia memaksakan dirinya untuk mengantarkan bekal kedua kalinya. Bedanya, kali ini dia harus mengabaikan gunjingan dan tatapan tak sedap itu.
“Tuan jangan khawatir. Paman akan terus menjaga tuan”,ujar sang supir. Seungwoo mengangguk malu-malu lalu berjalan menyusuri koridor dengan kepala menunduk dalam.
ㅡ
“Tuan Han, anda kedatangan tamu” sekretaris pribadi Ayah Seungwoo , menginterupsi Seungwoo untuk masuk. Tuan Han menatap sedikit sengit pada Seungwoo hingga nyali anak itu menciut. Seungwoo dengan gemetar, menaruh kotak bekal itu diatas meja ayahnya, “a-ayah mam siang ini masakan Seunoo diajari bibi”
“Tidak ada racun didalamnya kan? Kau kan bodoh , bisa saja tertukar garam dengan racun?”
Seungwoo mundur dua langkah sambil menggigit bibir bawahnya , menunduk sambil menggeleng ribut “Seunoo baik. Anak baik Seunoo”
“Ya sudah. Kau keluarlah, temui Seungyoun. Ayah sibuk”
Seungwoo mengangguk patah-patah lalu keluar setelah membungkuk hormat. Tuan Han menatap kepergian anak bungsunya, lalu setelah pintu tertutup, beliau membuka kotak bekal yang berisi nasi dan katsu yang katanya buatan Seungwoo sendiri.
Dicubitnya sedikit potongan katsu itu, mulutnya dengan perlahan mengunyah potongan katsu dan nasi diatasnya. “hm..dasar anak itu”
ㅡ
“Kenapa Seungwoo repot-repot hm? Kan Seungwoo bisa istirahat sambil belajar.. kenapa datang kemari sambil membawakan makanan?”
“S-seungyounie ini... Jangan mam mie lagi. Sakit perutnya sakit”
Seungyoun tertawa lalu memeluk Seungwoo kuat-kuat dan mencium dahinya sayang. Membawa Seungwoo duduk diatas pangkuannya, “suapin dong”
“Besar. Sudah besar..”
“Gapapa meskipun sudah besar kan Seungyounie mau disuapi Seunoo. Ayo dooong kan Seunoo anak baik ya?”
“Um! Baik Seunoo baik”
“Nah kalau begitu ayo suapi aku”
Seungwoo membuka kotak bekal itu lalu membawa sendok , menyuapi suaminya makan siang tanpa banyak berkomentar. Seungyoun tertawa gemas sambil mengunyah, dielusnya pipi gembul itu sayang lalu dijawilnya hidung mancungnya , “Seungyounie sangat menyayangi Seunoo”
“Sayang Seunoo sayang...”
ㅡ
“Tuan Cho , anda diminta untuk segera menghadiri rapat..”
Seungyoun mengangguk lalu membereskan berkas berkas diatas mejanya. Disudut kanan, Seungwoo terlihat anteng sambil melukis, tak sedikitpun terusik oleh apapun.
“Nona Jo, tolong jaga Seungwoo ya. Jangan sampai keluar dari ruanganku”
Sekretaris pribadi Seungyoun mengangguk sambil membungkuk lalu membiarkan Seungyoun segera pergi.
ㅡ
“Habis air habis...”
Seungwoo menatap sekitar. Kanan dan kiri. Tidak ada satupun sumber air diruangan Seungyoun. Akhirnya kakinya melangkah kecil keluar ruangan, menatap kanan dan kiri , raut wajahnya menandakan kebingungan.
“Tuan Han mau kemana?” Nona Jo menghampiri Seungwoo yang nampak bingung. “habis air habis. Tidak bisa mewarnai...”
“Biar saya saja yang ambilkan ya?”
“Ikut Seunoo ikut!”
Nona Jo tersenyum teduh lalu menuntun Seungwoo menuju toilet terdekat.
ㅡ
“Apakah tidak apa-apa ? Catnya jangan sampai tumpah ya Tuan Han...”
Seungwoo mengangguk antusias lalu tersenyum manis, “t-timakasih..”
“Sama-sama tuan. Ayo kita kembali. Nanti Tuan Cho mencari tuan..”
ㅡ
Seungwoo berjalan riang menuju ruangan Seungyoun. Tangannya sibuk menggenggam palet yang terisi air dan sisa-sisa cat melukisnya. Senyumnya merekah karena hasil karyanya sebentar lagi selesai.
“Tuan Han awas!”
Nona Jo memekik terkejut melihat pemandangan didepannya dimana Seungwoo tak sengaja menabrak orang asing didepannya, menumpahkan cat air diatas kemeja formalnya.
Pria paruh baya itu mendecih sinis, “Yyak! Dasar tidak punya otak !! Kau tahu berapa harga kemeja ini? Dasar bodoh!!” Tangan Tuan Yook menoyor kepala Seungwoo agak kencang. Anaknya menunduk dalam ketakutan, tubuhnya bergetar memeluk dirinya sendiri. Nona Jo merangkul Seungwoo pelan lalu membungkuk meminta maaf.
“Maafkan keteledoran saya Tuan Yook. Mari kita bersihkan kemejanya.”
“Aku tidak ada urusan denganmu! Kau anak bodoh, beraninya kau menumpahkan cat air diatas kemeja mahalku? Kau tahu apa yang baru saja kau perbuat? Kau akan membuat usahaku bangkrut hanya karena ini kau tahu!! Dasar anak tidak berguna!!!” Tuan Yook menekan dahi Seungwoo murka lalu didorongnya bahu itu kuat-kuat, Seungwoo terhuyung sambil menangis kencang. Nona Jo berusaha untuk menenangkan kekacauannya. Nona Jo memeluk Seungwoo lembut lalu diusapnya pipi itu yang kini basah sebab air mata.
“Kau benar-benar menyusahkan?!! Anak idiot!! Kau membuatku benar-benar marah!”
“Tuan Yook , kami sudah bicara dengan baik-baik untuk meminta maaf. beliau tidak sengaja menabrak anda..”
“KARENA DIA BODOH, TIDAK MELIHAT JALAN HINGGA BERANINYA MENABRAKKU DAN MENUMPAHKAN CAT AIR SIALAN INI DIATAS KEMEJA MAHALKU! DASAR ANAK TIDAK BERGUNA”
Tubuh Seungwoo kian bergetar dengan tangisan yang mengencang. Tangannya mengepal berusaha untuk tidak menyakiti dirinya sendiri. Bibirnya sesekali ia gigit sambil mencubit meminta maaf, “maaf Seunoo maaf hiks hiks maaf Seunoo maaf. Tidak sengaja” tangisannya kian mengencang kala tangan Tuan Yook terangkat untuk menamparnya, “Dasar tidak berguna!”
Nona Jo memeluk Seungwoo kuat-kuat, memejamkan mata sambil melindungi anak bungsu presdirnya. Berharap tamparan itu melayang padanya saja. Karena Seungyoun sudah menitipkan Seungwoo padanya.
Nona Jo mengernyit, tamparan itu tak kunjung ia dapatkan. Hingga ia memberanikan diri untuk membuka matanya.
Disana Tuan Han berdiri murka dengan wajah memerah, menahan pergelangan tangan tuan Yook kuat-kuat hingga membuat sang empunya kesakitan.
“Siapa yang kau sebut anak tidak berguna? Siapa yang kau sebut anak idiot!”
“Tuan Han apa yang k-kau lakukan! Lepaskan tanganku! Akan ku hajar anak tidak berguna ini”
“Jangan sekali-kali kau menyentuh ujung rambut atau bahkan ujung kakinya. Karena dia anakku!”
“A-anakmu??? Yang benar saja? Anak idiot ini?”
Tuan Han memelintir tangan itu kuat-kuat lalu memanggil Security untuk mengusir Tuan Yook dari gedungnya , “sekali lagi kau berani menghina Seungwoo dengan mulut sampahmu, aku bersumpah bahkan untuk menghirup udara saja kau takkan mampu!!”
Dua orang Security itu membopong tubuh Tuan Yook keluar secara paksa. “Lalu bagaimana dengan perjanjian Kita!!!!!”
“Aku tidak akan pernah sudi untuk menjalin ikatan apapun denganmu! Pergi kau dari hadapanku!!!”
ㅡ
Ku dengar perjanjian kita batal. Tidak akan ada project dengan perusahan itu lagi
Kenapa bisa? Bukannya baru disetujui?
Tuan Han memutuskan kontraknya. Tuan Yook terlihat marah
Apa ini semua gara-gara anak Bungsu tuan Han?
Kudengar begitu
Seungyoun memicing mendengar sayup-sayup para pekerja berbincang dilobby tempatnya berdiri. Firasatnya tidak enak. Apa Seungwoo membuat masalah? Akhirnya dengan kecepatan penuh, Seungyoun berlari menuju ruangannya.
ㅡ
Brakk!!
“SEUNGWOO!”
Seungyoun terengah-engah sambil membuka pintu ruang kerjanya tak sabaran. Matanya menyusuri sudut ruangan itu tapi tak menemukan keberadaan Seungwoo sama sekali.
Seungyoun lantas berlari menuju ruangan khusus sekretarisnya, tapi Nona Jo juga tidak disana. Lalu Seungyoun membawa kakinya berlari lebih jauh.
“Apa mungkin....”
ㅡ
Nona Jo menaruh tas selempang milik Seungwoo diatas meja. Lalu membungkuk meninggalkan ruangan. Menyisakan ayah dan anak itu dalam satu ruangan .
Seungwoo terlihat masih sesenggukan, ia masih takut atas insiden tadi. Tuan Han merendahkan tubuhnya, menatap raut kacau milik anaknya , dengan tangisnya yang tersedu-sedu, tangannya saling menggenggam gelisah. Nafasnya tak teratur dan air mata sudah menganak sungai.
“Takut hm?”
Seungwoo tetap dengan tangisnya yang kian pedih. Suara tangisnya mengeras lalu Tuan Han membawa Seungwoo dalam pelukannya. Mengusap punggung anak bungsunya pelan-pelan sambil dibisiki kata-kata penenang yang lembut.
“Sudah ya jangan takut. Orangnya sudah ayah usir. Tidak akan mengganggu Seungwoo lagi..”
“Maaf Seunoohiks maaf ayah... Nakal Seunoo nakal hiks“
Tuan Han menghapus air mata yang membasahi pipi anaknya lalu tersenyum kecil, “Seungwoo kan tidak sengaja ya? Tidak apa-apa.. orang itu yang salah sudah marah-marah padahal Seungwoo sudah minta maaf...”
Seungwoo menangis lagi, tangannya akhirnya memeluk ayahnya kuat-kuat, menyalurkan rasa sakit dan takut yang sedari tadi ia rasakan. Tuan Han mengusap rambut belakang Seungwoo. Dikecupnya pipi itu sayang, “kasian anak ayah ketakutan... Ayah dongengkan satu cerita mau? Tapi Seungwoo janji tidak menangis lagi”
ㅡ
Langkah Seungyoun kian memelan, nafasnya tersengal-sengal karena berlari dari ruangannya kemari. Melewati tangga darurat menuju tiga lantai diatas ruangannya. Seungyoun menatap pintu itu lamat-lamat, dalam hati berdoa Seungwoonya tidak apa-apa. Tangannya meraih kenop pintu lalu dibukanya pintu itu dengan pelan. Menampakkan Seungwoo yang tengah duduk manis diatas pangkuan ayahnya. Tuan Han terlihat sedang bercerita lalu Seungwoo mendengkur lembut karena kelelahan setelah menangis hebat.
Seungwoo tak sepenuhnya tertidur , ia masih terdengar bertanya pada ayahnya meskipun dengan suara pelan.
“Seunoo kecil punya sepeda?”
“Iya dulu Seunoo kecil punya sepeda. Sepedanya roda tiga. Seunoo tidak pernah mau berhenti main sepeda , meskipun terjatuh dan terluka Seunoo tetap tidak mau berhenti. Akhirnya ayah sembunyikan sepeda Seunoo dan Seunoo menangis setiap hari”
Seungwoo tertawa pelan lalu mengusakkan hidungnya pada ceruk leher ayahnya. “Baik Seunoo baik”
“Iya. Seunoo anak yang baik sejak kecil. Pintar , tidak pernah menyerah. Terus seperti itu ya? Janji?”
“Janji Seunoo janji. Seunoo baik Seunoo janji”
“Aigoo anak ayah pintar sekali hm? Terimakasih ya sudah menjadi pintar dan kuat? Besok masak bento lagi ya?”
Seungwoo tertawa kecil lalu mengangguk sebelum benar-benar menyerah pada rasa kantuknya.
Sudut hati Seungyoun menghangat. Tak pernah sekalipun melihat pemandangan seperti ini selama tiga tahun perjalanan pernikahan mereka. Seungyoun memasuki ruangan sambil tersenyum teduh. Tuan Han balas tersenyum sambil menyamankan posisi tidur Seungwoo diatas pangkuannya.
“Saya tahu saya bisa bergantung pada anda untuk segala hal didunia ini, ayah mertua... Terimakasih sudah menjaga suami saya.”
“Hm. Terimakasih juga sudah menjaga anak bungsuku”
Mungkin benar. Kisah hidup Seungwoo berbeda dari siapapun di dunia ini. Terlahir menjadi istimewa , ditinggalkan oleh ibunya, dibenci oleh ayahnya, bertemu dengannya untuk dijodohkan, dipisahkan dari kedua kakaknya. Tapi sekuat apapun badai itu menerpa , Seungwoo tak pernah kalah. Ia akan menemukan jalan untuk sekedar berlindung sejenak. Menjadikan istimewa bukanlah keinginannya. Menyusahkan orang-orang juga bukan maunya.
Tapi Seungwoo menghadapinya. Membiarkan hatinya menjadi lebih kuat setiap harinya. Hingga hari ini, ego ayahnya runtuh seketika. Pelukan dan kecupan yang ia rindukan , akhirnya menjadi kenyataan.
Seungyoun mungkin memang terlahir biasa, nomal tanpa cacat apa-apa, tapi Seungwoo. Dengan segudang kebaikannya , dengan hati tulusnya mengajarkan Seungyoun untuk tidak pernah menyerah apapun yang dihadapinya. Orang-orang boleh berkata apa. Tapi itu tak akan mengubah apa-apa dalam hidupnya.
Seungyoun mendaratkan kecupan manis diatas dahi dan bibir Seungwoo dengan pelan, lantas tersenyum manis sambil mengusap pipi gembulnya pelan.
“Terimakasih sudah mau menjadi suamiku Seungwoo. Mulai hari ini, kita saling menguatkan lagi ya? Seunoo pasti senang kan dicium dan dipeluk ayah? Besok Seunoo akan mendapatkan itu lagi, tapi janji untuk tetap sabar dan tak pernah berhenti menjadi dirimu sendiri. Kau mengerti?”
Seungwoo menyamankan tidurnya, memeluk Seungyoun yang kini tengah menggendongnya menuju parkiran untuk pulang.
“Seunoo harus tahu, kata ayah bento Seunoo enak sekali. Besok buatkan lagi ya?”
Fin
ㅡMeiri🍑
(((Ini apa sih?)))
(((Sampah macam apa ini?)))