Meiri

Pangeran yang dibuang

Peperangan ini sudah berlangsung kurang lebih sepuluh tahun lamanya. Negara api tak segan untuk melenyapkan apa yang ada didepannya. Tak peduli tangisan dan air mata permohonan ampun yang dilayangkan padanya. Menyekap banyaknya pengendali element lain menjadi tahanannya. Berarti, sudah sepuluh tahun lamanya Seungwoo keluar dari kerajaannya.

Malam itu, tepat satu minggu setelah peperangan dimulai, Seungwoo yang dianggap tak pantas , akhirnya dibuang. Diasingkan oleh ayahnya sendiri. Dipermalukan sebelum dibiarkan pergi.

Han Seungwoo dianggap tidak becus. Dianggap tidak pantas. Dianggap terlalu lemah dan cengeng. Karena itu ayahnya membakar punggungnya. Menciptakan jeritan penuh rasa sakit agar ia menjadi kuat.

Hanya satu yang bisa membuatnya kembali kesana.

Kau ku perbolehkan pulang menemui ibu dan kakakmu.. tapi bawa Avatar itu padaku. Pastikan ia masih hidup

Sepuluh tahun lamanya Seungwoo berkelana. Mencari informasi bersama Byungchan yang ternyata masih sangat setia. Seungwoo menghela nafasnya berat. Avatar itu belum juga ditemukan keberadaannya. Avatar sebelumnya telah mati ditangan kuasa ayahnya. Meluluh lantakkan seisi kuil sakral itu. Tak menyisakan satu nyawa pun menghembuskan nafasnya. Dan Seungwoo diharuskan mencari Avatar selanjutnya agar bisa kembali ke rumahnya .

“Kau bisa menyerah Seungwoo. Kau tidak boleh terus menerus tertekan oleh hal ini. nikmati harimu. Banyak lelaki dan wanita yang mengantri didepanmu kan? Mereka mengagumimu”

“Aku harus kembali ke rumah Byungchan. Aku tak masalah jika pewaris takhta akan diberikan pada Kak Sunhwa. Tapi jika ini cara satu-satunya agar ia memandangku sebagai anaknya dan aku bisa kembali pada ibuku, akan kulakukan. Aku akan membawanya hidup-hidup.”

“Kau bisa bertemu dengan kakak diam-diam di suatu tempat jika kau mau berhenti , Seungwoo”

“Jika kau mau berhenti , aku akan menghargaimu Byungchan. Kau tahu? Kau membicarakan hal ini setiap tahun”

Byungchan membuang muka lalu menunduk. “Aku hanya tak tega...”

Seungwoo tersenyum lalu memeluk Byungchan erat-erat, “terimakasih paman Byungchan... Tanpamu aku tak bisa bertahan hidup”

“Benar kata ayahmu. Kau lembek untuk ukuran Pangeran negara api..”

“Jika itu keluar dari mulutmu, aku anggap itu pujian. Ayo kita makan, mencari Avatar ternyata butuh tenaga juga”

“Yuvin , menurutmu kenapa tempat itu dianggap berhantu?”

Wooseok tengah berjalan bersama yuvin , anak kepala suku dengan niat berburu. Wooseok adalah pengendali air terakhir ditempatnya. Menjadi tabib juga tugasnya. Ia menjalaninya sepenuh hati. Menjadi pengendali air adalah kehormatan baginya. Ia senang bisa bersahabat dengan element yang menurutnya cantik, tenang dan lembut. Jika sedang marah , samudra bergerak dalam kuasanya. Tapi tentunya , kehebatannya tak sebanding dengan Avatar yang bisa mengendalikannya.

“Kudengar tempat itu berhantu,kak. Ada pahatan es yang dibentuk seperti leluhur kita zaman dulu , dan terlihat seperti nyata. Mungkin balok es itu sudah terombang-ambing ratusan tahun , tapi baru tiga tahun lalu kita menemukannya, kan? Itupun tak sengaja saat seseorang memancing ikan”

Yuvin menancapkan tombaknya diatas permukaan es. Memutar gergaji khusus untuk menembus lapisannya. Memancing ikan adalah hobi dan keahliannya. Tangkapannya selalu besar dan tak ada yang gagal. Wooseok kembali menatap tempat yang dianggap sakral. Setiap kali berkunjung kesana , Wooseok selalu merasa ada hal ganjil.

Bukan karena dianggap roh atau mayat leluhur. Tapi Wooseok selalu berfikir bahwa orang didalamnya ternyata masih hidup.

Terlihat dari siluet tubuhnya yang masih segar. Bukan tulang belulang atau bahkan kulit yang sudah hancur dimakan usia.

Maka dari itu , Wooseok mencuri tombak milik Yuvin dan berlari kearahnya , bermaksud menghancurkan balok es besar itu.

“KAK WOOSEOK JANGAN COBA-COBA!”

Crakkk!

Ujung tombak itu menancap. Menciptakan retakan diatas permukaannya. Pelan-pelan retakannya membesar dan merambat. Lalu tubuh Wooseok terpental jauh karena udara kuat yang tercipta dari pecahannya.

Menciptakan suara memekakan telinga dan lagi, cahaya indah berwarna putih memancar ke langit.

Tidak mungkin jika hanya mayat, bukan?

“Paman Byungchan , cahaya apa itu?”

“Ck! Berhenti memanggilku paman karena kita seumuran!!” Byungchan menatap langit yang ditunjuk oleh Seungwoo. Byungchan menahan nafasnya sepersekian detik lalu menatap serius pada Seungwoo.

Seungwoo mengangkat alis tanda tidak mengerti lalu berkedip beberapa kali dengan polosnya.

“Mangsamu akhirnya keluar, Han Seungwoo”

2

Selalu ada yang egois,kan?

“Buka matamu dan cepat berdiri. Kita harus menyelesaikan latihan ini”

Han Seungwoo dengan nafasnya yang tersengal dan keringat bercucuran dimana-mana, harus merelakan lutut dan sikutnya menabrak tanah lagi. Latihan hari ini lagi-lagi harga dirinya diinjak-injak. Bukan Seungwoo tidak bisa melawan kakaknya yang sekarang sedang berdiri angkuh dengan api diujung sepuluh jemarinya. Mengangkat dagu memandang adiknya rendah.

Seungwoo hilang fokus karena tadi malam ia bermimpi buruk dimana ayahnya membunuhnya beserta ibunya hanya karena ego yang terpendam. Apa ego yang dimaksud yang jelas Han Seungwoo tetap tidak bisa membiarkan ayahnya berlaku semena-mena.

Seungwoo akhirnya bangkit perlahan. Menatap kakaknya sengit, menggerakkan kesepuluh jari nya, menciptakan api berwarna biru campur merah menyambar tubuh kakaknya. Tapi Sunhwa bukanlah Putri sembarangan. Bukan Sunhwa namanya jika ia tidak bisa menghindar dan melancarkan serangan balik. Tubuh adiknya terpental jauh setelah api biru miliknya dilayangkan pada sosok yang agak lengah itu. Menyebabkan pertahanannya hancur dan tubuhnya terpental menabrak dinding dibelakangnya. Seungwoo terbatuk-batuk ditengah asap yang diciptakan oleh kekuatannya. Menatap Sunhwa yang kini tersenyum manis padanya dan membantunya berdiri.

“Sudah ku katakan kau bahkan tak bisa mengalahkan seorang perempuan Han Seungwoo” ujarnya.

Seungwoo menarik diri lalu membersihkan pakaiannya yang kotor oleh debu. Dan harus menelan bulat-bulat ketika gong dibunyikan , dan seruan pelatih bahwa pemenang pertarungan kali ini lagi-lagi kakaknya, juga tatapan merendahkan milik orang lain yang dilemparkan padanya.

Byungchan, adik ibunya sekaligus penasihatnya langsung menghampiri dan memberikan jubah merah keemasan itu pada pangerannya.

“Ayah melihatku?”

Byungchan terpaksa mengangguk lalu memberikan botol minum pada Seungwoo. “tidak usah dipikirkan. Istirahat saja dan pulihkan staminamu. Kau kurang tidur,kan?”

“Ayah memintaku ikut malam ini ke pesta pernikahan seseorang. Aku tidak tahu siapa dan untuk apa”

“Aku akan ikut”

“Tidak usah, aku terlalu banyak merepotkanmu Byungchan”

“Tapi kau kan pangeran, bahaya akan selalu mengincarㅡ”

“Tidak ada pangeran yang tidak fokus ketika berlatih, kehilangan keseimbangan dan tidak bisa stabil dalam penguasaan element Byungchan...”

“Berhenti bicara begitu. Lebih baik kau istirahat agar malam ini kita bisa pergi ke pesta itu..”

Negara ini kuat Yang Mulia. Negara kita bahkan bisa meluluh lantakkan seisi jagat raya. Kita akan menjadi satu-satunya bangsa yang berkuasa. Fikirkan tentang keuntungan yang akan kita dapatkan darinya. Terletak di satu titik di Suku Air Utara, disana tersimpan Roh Bulan yang mengendalikan malam. Jika kita berhasil menangkap dan membunuhnya, suku dengan element air tak akan bisa mengalahkan kita. Belum lagi... Pengendali udara semakin langka,bukan?

Raja Han masih ingat betul bagaimana jendral perang mereka mengumpulkan pasukan sebanyak-banyaknya dan para pengrajin mulai membuat mesin tempur dari besi dan baja. Negara api memang negara yang tak bisa dibilang kecil. Api adalah element terkuat. Hanya dengan menjentikkan jari, Raja Han mampu membakar lebih dari beberapa hektar hutan. Menghancurkan peradaban yang ada disana.

Gelap akan kuasa dan kekuatan, hatinya perlahan-lahan hilang. Nuraninya tak lagi dipasang. Hasrat ingin menjajah kian tinggi. Satu-satunya cara memulai adalah, mendekati dan mencari informasi sebanyak-banyaknya.

Kau pernah mendengar pribahasa mengatakan bahwa teman terdekatmu adalah orang yang paling berpotensi menghancurkanmu, kan?

malam itu akhirnya pesta pernikahan yang diselenggarakan oleh kepala suku air Utara dilaksanakan dengan meriah, mengundang para petinggi negara, menjamu mereka dengan hidangan terbaik menampilkan hiburan yang menarik, menyambut para tamu dengan hati penuh sukacita. Tak pernah membeda-bedakan ras dan suku bangsa, elemen apa yang dikuasainya dan dari mana dia berasal. Bahkan negara api sekalipun.

Malam itu Han Seungwoo dengan busana mewahnya berjalan menatapi hiasan dan ornamen-ornamen lucu yang tergantung disetiap ruas jalan . Menatap sekelilingnya bahwa ada kebahagiaan yang nyata diluar dinding istananya. Suara gelak tawa dan musik musik indah meramaikan suasana.

Han Seungwoo jatuh cinta.

Jatuh cinta pada kehangatan yang bukan api ciptakan. Tapi cinta dan kasih sayang. Saling menghormati dan menghargai. Han Seungwoo tersenyum saat gadis-gadis didepannya membungkuk hormat dan menjamunya dengan hidangan terbaik.

Tangannya menggenggam garpu dan pisau, memotong daging yang hanya bisa ia dapatkan disini saja.

Seungyoun memandangnya dari jauh. Pangeran negara api yang memiliki hidung mancung dan bulu mata lentik. Memiliki jemari panjang yang cantik , memiliki senyum teduh indah yang menawan. Memiliki suara yang ringan dan lembut, bahkan sutra dan kapas saja bukan tandingannya.

putihnya berpendar di bawah cahaya rembulan. hitam rambutnya mengalahkan arang titik merah bibir delima nya mengalahkan darah. manis senyum dan tutur katanya mengalahkan buah ceri yang mekar di musim semi.

Cho Seungyoun telak jatuh hati. Jatuh hati pada bagaimana pangeran itu bersikap. Jatuh cinta pada pandangan pertama. jatuh dalam pesona sang pangeran negara api di bawah cahaya rembulan di atas tanah suku air Utara.

Malam itu Cho Seungyoun berjanji akan tetap bahagia dan merasakan gemuruh rasa cinta seperti ini. Yang artinya nya akan tetap berjuang agar bisa bertemu dengan sang pangeran. Setidaknya hanya untuk malam ini saja.

Kenapa aku?

Bumi adalah planet terindah yang bisa dihuni oleh seluruh umat manusia. Alamnya begitu indah dan bersahabat. Tanahnya luas , rumput yang segar, air yang jernih, udara yang lembut membelai permukaan pipi. Wewangian dari pohon dan bunga yang kau rasakan disetiap pagi, dinginnya es saat turun salju dan lembutnya embun yang menyapa awal harimu. Langit berwarna biru. Luas dan tenang , bersentuhan dengan samudra lepas biru kehijauan. Seungyoun ingin tinggal lebih lama.

“Semua yang ada di bumi memiliki roh dan element, Seungyoun. Di bumi ini ada empat bangsa. Mereka semua saling bahu membahu untuk menyeimbangkan ekosistem, karena tentunya... Kami tidak bisa sendiri”

Seungyoun mengernyitkan dahi lalu menatap lurus pada guru sekaligus ayah angkatnya. Tangannya menggenggam erat tangan Seungyoun , mengecup punggung tangannya pelan-pelan, dan menatap langit luas diseberang sana.

“Kami?”

“Avatar. Avatar adalah pengendali empat element. Udara, Air , Tanah dan Api. Kami dilahirkan kembali dari kehidupan sebelumnya, untuk menjadi penyeimbang ekosistem dibumi ini. Agar bumi ini tetap damai agar bumi ini tetap tentram dan indah. Dan kau, bisa tinggal lebih lama didalamnya. Dan kau tahu, anakku?”

“Apa?”

“Periodeku segera berakhir.....”

Seungyoun menelan ludahnya kasar lalu menghembuskan nafas beratnya.

“Apakah itu diturunkan melalui garis keturunan? Kalau begitu, mungkin Jinhyuk akan menjadi Avatar selanjutnya, karena dia anak kandungmu. Lalu aku harus melindunginya, kan?”

Dongwook tersenyum manis. Lalu ia menggeleng. “Sayangnya tidak seperti itu. Kalian semua dilatih bukan tanpa alasan Seungyoun. Siapapun yang dipilih oleh-NYA... Akan menjadi Avatar”

“Siapapun? Apa maksudnya dengan siapapun? A-apakah itu termasuk aku dan anak-anak lainnya? Tidak hanya jinhyuk?”

Dongwook tersenyum lagi sambil mengangguk. Lalu ia kembali menggenggam tangan Seungyoun,“Aku tak tahu siapa yang akan menjadi avatar selanjutnya, Seungyoun. Tapi siapapun itu, aku percaya bahwa kau bisa memegang janji untuk tetap melindungi suku ini. Kau mengerti?”

“Untuk apa? Kenapa harus dilindungi ayah?”

Dongwook menghela nafas. Lalu menunduk menatap tanah berbunga yang ia pijak.

“Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di esok hari. Apakah baik, apakah buruk.. akankah menyenangkan atau menyedihkan? Tapi hatimu, akan selalu menuntunmu pada jalan yang harus kau lalui”

“Akankah ada peperangan?” Seungyoun mencondongkan tubuhnya pada dongwook, menatap penasaran padanya dengan kekhawatiran yang memuncak.

“Selalu ada yang egois dan tak berhati di dunia ini.. Seungyoun”

“Ayah. Jangan menakutiku!”

“Berjanjilah untuk tetap memegang prinsip kita dan menepati janji yang kau emban. Kau kan anakku, Avatar terakhir sebelum yang baru terlahir. Aku percaya padamu”

Dan entah kenapa Seungyoun semakin khawatir.

dominashun~ VINGYUL 🔞 Warn : dom/sub , fingering, use a toy, explicit content , human trafficking, mention caste , naked slave?

Korea Selatan , 2020. Malam hari tepat pukul dua malam lebih limabelas menit remaja berusia dua puluh dua tahun itu terduduk lemas dengan rantai mengalungi kaki dan tangannya. Matanya ditutup dan tubuhnya diseret menuju ruang kantor apalah itu namanya. Lima belas menit lalu ia berhasil terjual. Iya terjual. Seperti barang ya kan? Tapi memang begitu kenyataannya. Menjadi anak panti asuhan yang digusur hingga diculik oleh bandit asing tidak dikenal dan dijual di bursa pelelangan manusia, bukanlah nasib yang ia inginkan. Ia juga ingin hidup layak. Tapi ia tak berani berharap banyak. Biarkan saja mengalir seperti apa adanya. Hangyul sudah lelah. Lelah berlari kesana-kemari mencari tempat yang mau menerimanya.

Lee Hangyul remaja berusia 22 tahun itu hanya bisa mendesah pasrah kala telinganya menangkap sayup-sayup suara master yang membelinya , sedang bernegosiasi dengan staff keuangan tempat haram ini.

“Kau beruntung tuan Song, kau mendapatkan barang baru. Masih virgin. Cuma kami pegang sedikit”

Song Yuvin. Pemuda kaya raya tadi hanya menyunggingkan sebelah bibirnya untuk tersenyum sinis sebelum menyuruh bodyguardnya untuk melepaskan belenggu yang mengikat Hangyul, lalu melepaskan ikatan pada matanya pelan-pelan.

Samar-samar Hangyul mulai membiasakan cahaya masuk pada retina matanya. Matanya menyipit menatap seseorang dengan gaya yang luar biasa elegant seperti seorang pangeran itu tengah berjongkok didepan matanya. Menangkup dagunya dengan jempol dan telunjuk , memaksanya menengadah lalu tersenyum teduh.

“Mari pulang. Kenalkan , aku song Yuvin. Majikan barumu. Kau boleh panggil aku apapun yang kau mau. Aku 23 tahun. Kau?”

“L-lee h-hangyul , 22 tahun Tuan..”

Suara serak dan beratnya membuat yuvin merinding seketika lalu mengusap kepala Hangyul lembut. “panggil saja kakak. Ayo pulang?”

Dan tubuh Hangyul dibantu berdiri lalu pergi keluar dari tempat laknat itu.

Udara dini hari semakin dingin , membuat tubuh telanjang Hangyul harus bergidik merinding berulang kali. Tangannya senantiasa menutupi kelaminnya yang bisa saja menjadi tontonan orang-orang disana.

“Buka jasmu” suara Yuvin mengintrupsi salah satu bodyguard nya untuk melepas jasnya lalu menyampirkannya pada tubuh Hangyul. Membuat pemuda itu berjengit kaget lalu tersenyum malu sambil menunduk dalam. “Dingin kan? Pakai ini dulu ya.. nanti di mobil kunyalakan penghangatnya”

Hangyul mengangguk kaku lalu mengikuti langkah yuvin menuju mobil dan melaju menuju rumah.

Rumah ini mewah. Sungguh benar mewah. Hangyul merasa sangat kotor karena menginjakkan kakinya disini. Merasa kecil diantara orang-orang yang berdiri menyambut tuannya bahkan meskipun lewat tengah malam. Hangyul berjalan menunduk dalam , membiarkan yuvin menuntun tangannya menuju kamar yang dimaksud yuvin tadi.

Tubuh Hangyul di biarkan duduk diatas kasur mewah. Yuvin menyalakan lampu kamar dan penghangat ruangan. Membiarkan Hangyul menyamankan dirinya dengan ruangan yang akan menjadi miliknya.

“Kau mau mandi? Kamar mandinya sebelah sana.. kalau mau langsung tidur, jangan lupa baca doanya dulu ya?”

“Tuan... T-terimakasih atas apa yang telah anda lakukan pada saya..” Hangyul menggenggam erat sisian lengan kemeja Yuvin dengan jemarinya yang bergetar lalu menunduk malu , telinganya bahkan merah padam. Yuvin tersenyum sambil mengecup dahi Hangyul lembut.

“Aku ingin memberimu pakaian layak sebenarnya, tapi kau tahu? Peraturannya tidak seperti itu. Budak belain tidak diperkenankan untuk memakai pakaian apapun , karena itu nyamankan lah dirimu dengan selimut ini ya?”

Hangyul mengangguk. Lalu ia balas tersenyum pada Yuvin yang kini sedang mengusap pipinya lembut.

“P-panggil saja saya saat Tuan butuh”

“Kakak, Lee Hangyul...”

“E-eh iya kakak. Maaf kak”

Yuvin terkekeh geli lalu menidurkan tubuh Hangyul yang letih dan mengantuk itu. Menarik keluar butt plug yang ternyata menancap di lubang surgawi Hangyul sedari tadi. Membuat Hangyul berjengit kaget sambil menggigit bibirnya. Yuvin lagi mengecup dahi itu lalu mematikan saklar lampu dan keluar dari kamar itu.

Hangyul harus bersyukur karena memiliki majikan yang baik hatinya seperti yuvin. Yang memanusiakan dirinya. Yang bersikap lembut dan hati-hati padanya.

Tapi mungkin ini hanya awalnya saja. Mungkin ke depannya Hangyul akan diperlakukan bagaimana budak diperlakukan seperti semestinya.

Yuvin adalah pribadi yang hangat. Yang menebar senyum pada siapapun yang mau berteman. Yang selalu serius mengerjakan pekerjaan kantor yang ayahnya wariskan padanya. Yuvin adalah pribadi yang hangat. Tutur kata yang baik dan lembut, selalu membuat orang-orang disekitarnya menjadi nyaman berlama-lama bercengkrama dengannya.

Sudah dua Minggu Hangyul berada disini. Dua Minggu pula Hangyul mulai mengenal yuvin. Orang yang santun dan baik, memiliki jiwa kepemimpinan dan solidaritas tinggi. Hangyul bersyukur mengenal orang sepertinya. Yuvin tak pernah sekalipun merendahkan derajatnya. Tak pernah sekalipun menghina dirinya.

Tapi Hangyul tetap budak belian. Dirinya tak ayal hanya seorang hamba yang seharusnya patuh. Tapi dua Minggu ini, Hangyul tak pernah yang namanya merasakan bagaimana tugas seorang budak belian seperti dirinya disentuh jauh oleh yuvin. Yuvin hanya akan mengecup pipi dan dahinya setiap hari. Tak ada cerita dimana yuvin mendominasi dirinya, menghunuskan kelaminnya pada lubang kelamin hangyul. Sekalipun tidak pernah.

Karena itu ia mengira bahwa dirinya dibeli untuk menjadi pelayan.

Tapi para bodyguard yuvin selalu berhasil membuatnya berhenti mengerjakan tugas-tugas pelayan karena katanya bukan tugasnya.

Hangyul bingung. Kenapa dirinya tak mendapatkan apa yang seharusnya ia lakukan? Haruskah jadi budak di ranjang? Atau haruskah ia jadi pelayan saja?

Apakah... Yuvin tak ingin menyentuhnya? Karena dia hanya budak belian yang asal-usul nya tidak jelas?

Seketika Hangyul ingin mengubur dirinya saja.

Barber shop

Ryeonseung Seunoo lima tahun Fluffy gemes kayak meiri

Hari ini hari libur. Seungwoo dan Seungyoun menghabiskan waktu bersantai dirumah. Seungyoun juga tidak membawa pekerjaannya ke rumah karena sudah selesai semua. Pagi ini, setelah sarapan keduanya mandi bersama. Berendam di bathtub saling menggosok punggung. Bermain bebek karet dan gelembung sabun. Setelah mandi, mereka bermain bersama si kucing Garfield , memandikannya , menyisir bulunya dan memberinya makan. Setelah itu mereka menonton kartun kesayangan Seungwoo di akhir pekan . Pororo , Tayo , Spongebob Squarepants dan yang lain sebagainya.

Seungwoo duduk dipaha Seungyoun, memainkan Hancho kecil dipelukannya sambil bersandar pada bahu Seungyoun. Seungwoo menatap fokus pada televisi sedangkan Seungyoun asyik dengan sosial medianya setelah memposting foto Seungwoo yang berada di pangkuannya.

“Poni Seunoo sudah nyolok mata sayang. Potong rambut yuk? Bareng sama Seungyounie”

Seungwoo menggeleng ribut. “Hey kok gak mau potong rambut? Lihat sudah panjang begini.. nanti matanya gatal lho sayang”

“Tidak potong tidak!”

“Kenapa tidak mau?”

“Tidak!!! Sakit”

Seungyoun mengernyitkan dahi lalu tertawa kecil,“sakit gimana sih? Potong rambut sayang, gak sakit”

Bibi Lim berjongkok sembari menaruh teh hangat dan susu coklat juga cookies untuk tuannya, “kalau ke salon yang direkomendasikan nona Sunhwa, tuan Han tidak suka. Hairstylist nya gemas terhadap beliau, jadi pipinya kadang suka dicubit-cubit , Tuan Han jadi risih” ujarnya sambil tersenyum.

Seungyoun tertawa sambil memeluk tubuh Seungwoo. “Aigoo kasian sekali suamiku hm? Sakit dicubiti ya pipinya? Kita potong rambutnya jangan disana deh. Ditempat langganan Seungyounie yuk?”

“Tidak mau!!!!!!!” Seungwoo menjerit kecil sambil mempoutkan bibirnya. Matanya menatap kesal pada Seungyoun. Dia tidak percaya tukang cukur rambut manapun.

“Poninya sudah panjang begini sayang, nanti gatal matanya”

“Bando saja”

“Masa terus-terusan pakai bando ? Potong ya? Janji deh gak dicubiti. Ya? Mau ya? Ayo dong Seunoo kan anak baik ya? Mau ya?” Seungyoun membawa jemarinya mengelus lembut wajah Seungwoo. Pipi gembil dan dahinya ia usap. Dikecupnya bibir Seungwoo singkat lalu tersenyum meyakinkan.

“Crayon”

“Mau beli crayon? Memangnya sudah bosan dengan cat air?”

Seungwoo mengangguk. Seungyoun tersenyum teduh lalu kembali mencium bibir merah suaminya itu. “Baiklah. Kita beli crayon setelah itu kita potong rambut ya? Janji deh tidak sakit”

Seungwoo mengulurkan kelingkingnya dengan raut wajah masih setengah kesal, lalu Seungyoun dengan senang hati mengaitkan kelingking keduanya sambil mengecup dahi Seungwoo lembut, “janji. Yuk siap-siap dulu”

Membawa Seungwoo ke salon atau barber shop ternyata tidak semudah yang ada dibayangan Seungyoun. Seungwoo terus merengek minta tidak usah potong rambut, melempar Hancho padanya karena terus memaksa, menangis kencang selama perjalanan , dan meminta ingin pulang. Seungyoun menyesal tidak ajak bibi Lim.

Seungwoo masih sesenggukan meskipun tangisnya sudah tidak terlalu kencang. Seungyoun memeluknya dengan sebelah tangannya. Membiarkannya bersandar pada dirinya. “jangan menangis dong. Seungyounie jadi ikut sedih nih”

“J-janganㅡhiks”

“Jangan nangis lagi ya? Seungyounie sedih.”

Lalu Seungwoo membetulkan letak duduknya, menangkup rahang Seungyoun dilampu merah , mencium bibirnya singkat sambil meminta maaf. “Seunoo maaf Seungyounie.. nakal Seunoo nakal. Tidak baik” ujarnya sendu. Seungyoun tersenyum sambil mengangguk, “jangan nangis lagi ya?”

Seungwoo mengangguk pelan lalu kembali bersandar pada bahu Seungyoun sambil menatap jalanan. Hari ini akan agak berat bagi Cho Seungyoun.

Sesampainya di barber shop, Seungyoun segera menuntun tangan Seungwoo yang berjalan pelan dibelakangnya, membuka pintu kaca itu sambil mengucap salam. Lalu segera menemui temannya , yang mana adalah owner dan hairstylist tempat ini.

“Hallo Cho Seungyoun..”

“Hai Jimin. Lama tidak berjumpa”

“Tumben tidak sendiri?”

Seungyoun menarik tubuh Seungwoo halus lalu merangkulnya, “ini suamiku. Namanya Han Seungwoo. Seungwoo , kenalkan ini Jimin temanku.”

Seungwoo menunduk malu sambil meremas ujung bajunya, “H-han Seungwoo..” cicitnya. Jimin memekik gemas lalu memeluk Seungwoo kuat-kuat, “astagaaaaaa lucu sekali! Seungyoun kok bisa sih menikahimu?”

Oh damn. Seungwoo makin tidak mau potong rambut begini caranya.

Sesuai dugaan. Setelah pelukan itu Seungwoo semakin takut potong rambut. Takut di cubiti lagi. Ia menangis lagi sambil minta pulang, menggeleng ribut setiap kali dibujuk. Jimin meminta maaf atas pelukannya yang membuat Seungwoo kaget lalu tertawa canggung setelah Seungyoun melayangkan death glarenya.

Seungyoun menangkup pipi Seungwoo sambil mengusap air matanya, “Jimin sudah meminta maaf. Jangan menangis lagi. Hey dengarkan ini, orang lain itu suka sama Seunoo makanya Seunoo dipeluk, dicubit pipinya begitu, karena orang-orang gemas sama Seunoo. Seunoo kan anak baik ya? Cantik dan tampan begini. Pintar juga kan? Jangan menangis lagi ya? Seungyounie dan Jimin jadi sedih”

Seungwoo sesenggukan sambil menatap Jimin yang tersenyum canggung, “maafkan Jimin ya Seunoo?”

Lalu Seungwoo mengangguk,“M-maaf hiks Seunoo maaf”

“Tidak usah minta maaf.. kan Jimin yang mengagetkan Seunoo. Sekarang Seunoo duduk ya? Kita potong rambutnya?”

Lalu tanpa perlawanan lainnya, Seungwoo duduk dikursi yang disediakan lalu Jimin mulai memotong rambutnya.

Seungwoo membiarkan Jimin mengerjai rambutnya sedemikian rupa, netranya tetap berfokus pada tablet Seungyoun yang menampilkan film kartun yang biasa ia tonton. Seungwoo jadi lebih tenang meskipun memang masih was-was. Seungwoo tidak tahu sebelumnya kalau orang-orang merasa gemas padanya, karena itu mereka mencubiti pipi Seungwoo. Awalnya ia kira orang itu juga benci padanya seperti orang-orang, makanya mencubit.

“Mau diwarnai tidak?”.

“Heh jangan mengada-ada. Potong saja , rapikan lalu creambath”

“Aku bertanya pada seungwoo bukan padamu”

“Diakan suamiku, aku bertanggung jawab atas dirinya”

Jimin memutar mata sambil tetap memotong rambut Seungwoo. Kepala Seungwoo terantuk kebawah, menandakan bahwa anaknya mengantuk dan nyaris tertidur.

“Yak! Cho Seungyoun, pegangi dulu suamimu, dia tertidur”

Seungyoun yang asyik membaca majalah akhirnya berjalan dan berjongkok didepan Seungwoo yang ternyata memang sudah memejamkan mata. Seungyoun tertawa geli lalu menangkup wajah Seungwoo agar tetap menengadah dengan pelan-pelan dan lembut. Seungwoo ini selalu saja ada kelakuan baru yang lucu setiap harinya yang ia lakukan. Sengaja ataupun tidak. Seungyoun rela kesemutan karena berjongkok lama. Asal demi Seungwoo.

Seungyoun mengecup pipi Seungwoo lembut sambil tersenyum lalu mengusap pipinya dengan jempol. Seungwoo ini meskipun tidur , lucunya tidak luntur.

“Seungyoun... Kenapa kau mau menikahinya? Diaㅡ sakit,kan?”

Seungyoun menghela nafas panjang lalu mengangguk, “iya sih. Tapi aku tidak menyesal. Memang aku egois, menikahinya untuk gaji dan jabatan yang lebih tinggi, tapi lama kelamaan aku memang jatuh cinta padanya. Tidak peduli dia sakit atau tidak, dia cacat atau tidak, dia perempuan atau laki-laki, yang aku cintai itu dirinya. Dan aku bersyukur menikahinya.”

“Maaf ya bertanya begitu. Maaf juga tidak hadir dalam pernikahanmu”

“Memangnya aku mengundangmu? Aku tidak ingat”

“YYAK! BEDEBAH CHO! KAU TIDAK MENGUNDANGKU? KAU FIKIR SIAPA YANG SELALU ADA UNTUKMU SEJAK SMA HAH?”

Seungwoo merengek kecil disela tidurnya karena kaget akan pekikan suara Jimin yang membuat Seungyoun berdecak marah, “yyak! Pelankan suaramu! Suamiku tidur”

“Iya iya maaf. Lagian kau cari gara-gara”

“Aku tidak akan datang juga kalau kau menikah. Jadi kita impas”

“Terserah kau saja. Aku muak”

“Aku juga sayang kok, makasih ya sudah selalu ada untukku sejak zaman sekolah, Jimin”

“Hm. Memang harus begitu! Sekarang diamlah atau aku akan salah potong rambut suami gemasmu ini”

Seungyoun menatap Seungwoo lagi. Wajah tenang miliknya saat tidur adalah tontonan yang lebih asyik dibandingkan tabletnya yang masih memutar kartun kesukaan Seungwoo.

“Aku sayang kamu” bisiknya.

𝙎𝙚𝙪𝙣𝙜𝙮𝙤𝙪𝙣'𝙨 𝙛𝙚𝙫𝙚𝙧 Ryeonseung oneshoot Seunoo lima tahun Fluffy gemes kayak meiri Apa lagi ya warningnya?

“Selamat pagi”, sapanya. Seungyoun tersenyum saat membuka mata dipukul lima lebih tiga puluh menit, masih pagi dimana Seungwoo ternyata bangun lebih dulu lalu mencium keningnya lembut. Itu kebiasaan baru yang diajarkan Seungyoun akhir-akhir ini pada Seungwoo. Ya selain dielus dong kan sayang sekarang Seungwoo mengerti mencium juga arti kasih sayang.

“Pagi sayang. Kok udah bangun hm?” Seungyoun mengulurkan tangannya mengusap pipi gembul Seungwoo sambil tersenyum. Membalas mengecup dahi Seungwoo dengan lama lalu mengusap pipi putih itu pelan-pelan.

“Pipis seunoo..” ujarnya malu-malu. Seungyoun tertawa gemas lalu memeluk Seungwoo kuat-kuat, dikecupnya tiap inchi wajah Seungwoo hingga pria gemas dipelukannya itu tertawa kencang karena geli. “Sudah hahahaha sudah basah Seunoo basah younie sudah basah!” Katanya sambil tertawa. Seungyoun ikut tertawa lalu membubuhkan ciuman singkat diatas ranum Seungwoo sambil beranjak.

“Seungyounie mandi dulu ya. Seunoo kalau mau lanjut tidur , tidur saja ya?”

“S-seungyounie..bekerja?”

”..mmm aku bekerja dirumah. Hari ini aku libur”

Mendengar kata libur Seungwoo tertawa sambil bertepuk tangan, karena artinya mereka akan menghabiskan waktu bersama di ruang kerja Seungyoun, Seungyoun dengan pekerjaan yang dia bawa ke rumah, sedangkan Seungwoo dengan aktivitas mewarnainya.

Seungyoun tidak mengerti kenapa badannya lemas dan terasa gerah tapi lama-lama berubah dingin. Seungyoun juga tak mengerti kenapa lidahnya pahit tak bisa mengecap rasa apapun. Ia juga tak mengerti mengapa saat mandi, ia malah sibuk muntah muntah di menit pertama.

Seungwoo untungnya kembali tidur. Ia tak tahu apa yang terjadi pada Seungyoun. Biarlah. Nanti siang juga sembuh, ujarnya. Ini hanya masuk angin biasa.

Saat sarapan , Seungwoo tahu Seungyoun tak menikmati sarapannya. Seungwoo sedih. Ia menjauhkan piring dan sendoknya. Menutup mulut sambil memasang wajah sedih. Seungyoun mengernyitkan dahi lalu mengusap tangan Seungwoo lembut , “kenapa sayang?”

Seungwoo menggeleng ribut lalu merengut sedih. Hingga akhirnya Seungyoun memutuskan untuk memeluknya sebentar dan menyuapi Seungwoo. Dengan janji bahwa Seungyoun akan makan juga.

“Bibi...” Seungwoo berjalan sambil memeluk Hancho ditangannya, berjalan tergesa menuju laundry dibelakang rumahnya , menuju Bibi Lim yang sedang mencuci pakaian kotor. “bibi ...”

Bibi Lim menengok kearah Seungwoo saat suara Seungwoo semakin terdengar. “bibi disini Tuan muda ..”

Dengan secepat kilat Seungwoo berlari menuju bibi Lim lalu menangkup pipinya, “bi.. Seunooㅡ Seunoo nakal”

Bibi Lim memasang raut wajah bingung , lalu mengajak Seungwoo untuk duduk sekedar bercerita.

“Kenapa tuan bilang begitu hm? Anak bibi ini baik..”

“Tidak baik Seunoo tidak baik... Nakal”

“Iya kenapa? Coba jelaskan ada bibi” Pupil mata Seungwoo bergetar, mencari fokus entah kemana asal tidak bertatapan dengan bibi Lim. Bibir bawahnya ia gigiti, tangannya juga memilin bajunya tak nyaman,“s-seungyounie.. Ndak mam. Gara-gara seunoo! Seunoo nakal. Tidak baik”

“Tuan Cho tidak makan? Kenapa?”

“Nakal Seunoo nakal. Seungyounie tidak mau mam sama Seunoo” ujarnya. Nada suaranya memelan sedikit bergetar. “s-seunoo nakal hiks” lalu ia menangis. Kencang sekali. Rasanya sakit. Biasanya Seungyoun akan paling bersemangat jika sarapan bersama Seungwoo tapi hari ini Seungyoun bahkan tak menghabiskan makanannya. Seungwoo sedih. Ia berpikir bahwa ia melakukan kesalahan hingga Seungyoun marah padanya.

Bibi Lim memeluknya erat, memberinya rasa hangat dibalik rangkulan penuh sayang, “tuan Han tidak nakal.. mungkin tuan Cho sedang sakit. Tuan Han kan juga kalau sakit susah makan ya?”

“S-sakit? S-seungyounie s-sakit?” Seungwoo menegakkan duduknya sambil mengusap air matanya lalu menatap bibi Lim penuh rasa penasaran.

“Bisa saja tuan Cho sedang sakit. Bibi buatkan teh jahe ya? Tuan Han temani tuan Cho dulu ya? Bisa?”

Seungwoo mengangguk gemas , membiarkan helaian rambutnya bergerak lembut. Bibi Lim mengusap rambut Seungwoo lalu beranjak menuju dapur setelah Seungwoo berjalan meninggalkannya.

ㅡ.

Seungwoo membuka pintu ruang kerja Seungyoun. Disana suaminya terlihat serius mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. Seungwoo berjalan ragu-ragu sambil memilin bajunya. Raut wajahnya menunjukkan kesedihan. Ia tak mau Seungyoun sakit.

“Hai sayang..” Seungyoun menyapa meskipun atensinya masih pada laptopnya. Seungwoo berdiri cukup lama diseberang kursi Seungyoun, Seungyoun tidak menyadarinya. Ia terlalu fokus pada pekerjaannya.

“S-seungyounie..”

Mata Seungyoun terbelalak kala mendapati Seungwoo menempelkan wajahnya pada wajah Seungyoun. Pipi bertemu pipi, dahi pun demikian. Seungwoo kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Seungyoun.

Degup jantung Seungyoun tak karuan. Memompa darah tujuh kali lipat hingga detakannya terasa diluar tukang rusuk.

“S-seunoo.. a-apa yang kau lakukan sayangku?”

Seungwoo menatap Seungyoun lalu menggeleng, “sakit! S-seungyounie panas. Harus segera diobati. Seunoo bisa Seunoo”

Lalu tanpa aba-aba apapun Seungyoun diseret menuju kamar oleh suami gemasnya.

“S-seunoo.. Seungyounie tidak apa-apa. Tidak usah tidur ya?”

Seungyoun dibaringkan dikasur bersama Hancho besar disampingnya. Seungwoo menaikkan selimut hingga dagu Seungyoun. Lalu Seungwoo kembali menempelkan wajahnya pada wajah Seungyoun. “Panas Seungyounie panas”

Lalu tangannya dengan cekatan membuka satu bungkus bye-bye fever yang tersedia di laci mejanya, ditempelkan pada dahi Seungwoo dengan kencang, ditepuk-tepuk hingga anaknya mengaduh tapi Seungwoo malah tertawa gemas.

Seungwoo merendahkan tubuhnya sedikit membungkuk diatas dahi Seungyoun. Lalu mengecup ujung hidungnya pelan-pelan sambil tersenyum. “Maaf Seunoo maaf”

“Kenapa minta maaf?”

“S-seunoo tidak tahu s-seungyounie sakit”

Seungyoun tersenyum lalu mengangguk, “tidak apa. Seungwoo anak baik. Anak pintar. Seungyoun sayang sekali. Terimakasih ya?”

“Ung! T-timakasih”

Seungyoun tersenyum lalu meminum teh jahe buatan Bibi Lim yang disodorkan oleh Seungwoo. Seungyoun terlalu memforsir dirinya untuk pekerjaan hingga saat tubuhnya kurang fit saja ia memilih untuk mengacuhkannya. Tapi Seungyoun bersyukur memiliki Seungwoo dihidupnya.

Caranya menyayangi dan mencintai dirinya berbeda dari mantan-mantan kekasihnya terdahulu. Seungwoo adalah petualangan, setiap langkah yang ia ambil akan membuahkan cerita yang berbeda setiap harinya.

“Caramu mengukur suhu tubuhku lucu sekali sayang hihihi”

Seungwoo merona. Ia tak mengerti bagaimana caranya. Bibi bilang coba pegang pakai tangan. Tapi Seungwoo merasa tidak ada yang aneh, hingga akhirnya ia memilih menempelkan wajahnya pada wajah Seungyoun. Hal itu membuatnya malu sekarang. Wajah Seungyoun dari jarak sangat dekat begitu terlihat sangat tampan.

“Seunoo jangan khawatir ya? Besok juga Seungyounie pasti sembuh. Soalnya yang menjaga Seungyoun pintar , baik dan cantik seperti ini”ujarnya sambil mengusap rambut Seungwoo sayang. Seungwoo mengangguk antusias lalu membaringkan dirinya disamping Seungyoun, memeluknya erat hingga akhirnya tertidur bersama dengan suami tersayangnya.

Seungwoo adalah petualangan. Dan Seungyoun suka bertualang.

[Fin]

Ampas sekali

ᴾᵘʳᵃ ᵗᵃᵐᵃⁿ ˢᵃʳᵃˢʷᵃᵗi

Kangen ya sama AU Bali?

Setelah ngabisin satu kresek penuh sarapan manis-manis, Seungwoo dan Seungyoun yang sudah menyaksikan sunrise akhirnya pulang ke hotel . Sambil gandengan tangan mereka cerita-cerita gitu sepanjang jalan. Seungyoun sibuk ceritain gimana ramenya rumah kalau ayah ibu dan dirinya sudah berkumpul. Ayah dan Seungyoun jarang pulang, makanya Mama Cho sering kesepian. Seungwoo sendiri asyik cerita gimana masa kecil dia sama kakaknya yang selalu akur. Tapi mama Han gak tahu kalau Seungwoo pernah nangis dan diancam sama Kak Sunhwa.

“Dulu waktu kecil kakak bawa sepeda ngebut banget, aku dibonceng dibelakang gitu kan , kakakku udah jago sepedaan jadi aku kira aman-aman aja. Tau-tau pas lewat polisi tidur , aku mental. Jatuh dari sepeda. Nangis kenceng gitu, tapi kakak ga ngeuh kalau aku jatuh. Beberapa menit kemudian kakak balik lagi sambil marahin aku haha katanya aku ga pegangan . Abis pulang terus diobatin, kakak ancem aku jangan kasih tau Mama.. padahal aku juga gak akan kasih tahu mama”

“Masa mental sih yang hahahaha”

“Beneran. Jatoh gitu akunya. Asli Youn sakit banget pantat”

“Anjir hahaha sakit mana tuh btw sama ditusuk aku?”

Seungwoo menampar pipi Seungyoun refleks sambil misuh-misuh, “Mesum!!! Jangan dijalan umum juga dong ngomonginnya!!”

Seungyoun tertawa terpingkal-pingkal lalu memeluk Seungwoo dari belakang sambil terus berjalan bersama , “doyan banget sih yang nabok kakanda. Nanti kakanda penyok gak ada yang mau”

“Bagus dong! Biar selamanya sama aku”

“Duh sa ae kesayangan”

Sesampainya mereka di hotel , mereka disuguhkan dengan pemandangan meja makan penuh makanan Nusantara yang mereka rindukan. Lontong sayur , sate Madura , kerupuk , sambal dan makanan khas Bali lainnya. Ayam betutu sama sate lilit jadi primadona buat mereka. Sensasinya seger bener.

“Hangyul gak makan?”

Tanya Seungwoo sambil menaruh jaket dan kresek jajanannya. “Nanti aja bang. Ngumpulin nyawa dulu”

“Nanti gabung ya”

Hangyul cuma ber-hm ria sambil pergi keluar. Ngudud dia kayaknya.

Yuvin menyendokkan nasi dan beberapa lauk diatas piring putihnya, niat makan bareng sama yang lain . Tapi liat hangyul diluar sendirian dia jadi gak tega.

Kookheon menyenggol bahu Yuvin sambil makan, “biarin aja dulu. Nanti juga makan dia”

“Ga baik bang ngudud pagi-pagi, perut maunya makanan”

“Ya gimana ya? Habit sih”

Setelah bilang begitu, akhirnya Yuvin memutuskan untuk membawakan sarapan juga buat Hangyul. Disudut kanan sana , Seungwoo sama Seungyoun udah sibuk toel-toel sambil senyum-senyum gak jelas. “Gimana reaksi Hangyul ya Woo? Abisnya selama pacaran dia terus yang ngasih afeksi. Sekarang giliran dia diperhatiin hihihi”

“Udah nikmatin aja selagi masih ada tontonan milegyul hehehe”

“Kok ga makan bareng ? Malah disini”

Hangyul menoleh ke asal suara, itu si skubidubidu. Hangyulnya cuma senyum dikit sambil matiin rokok yang udah sisa seperempatnya. “Ini baru mau nyusul”

“Nih udah gue bawain” yuvin menyimpan piring Hangyul lalu duduk dikursi lain yang ada disana. Memakan sarapannya sambil liat langit dan kolam renang yang tersedia dihotelnya.

“Makasih ya bang. Jadi ngerepotin”

“Santai aja kali. Temen Seobin , temen gue juga”

Acara sarapan itu khidmat. Diem-dieman. Cuma ada suara piring sama sendok beradu. Ya gitu lah. Hangyul emang udah denger dari Seobin kalau Yuvin terang-terangan bilang dia manis. Gimana bilangnya ya? Selama ini dia pacaran dia terus yang jadi dominan gitu lho, dia yang pimpin. Dia yang kasih perhatian, jadi takutnya menyinggung perasaan yuvin.

“Bang..” / “Gyul”

Aduh mampus.

Seungwoo Seungyoun dan yang lainnya yang mengintip dijendela cekikan gak jelas sambil gebukin temen yang ada disampingnya. Siapa kek itu terserah.

“Eh jadi barengan. Hangyul dulu aja”

“Bang Yuvin dulu deh gapapa”

“Yakin?”

“Ga. Gue dulu deh. Bang.. sebelumnya maaf nih. Bukan maksud apa atau gimana. Abang beneran suka sama gue bang?”

“Iya nih” lalu tangannya menyuap nasi lagi.

“Tapi bang, gue biasanya diatas...”

“Oooh. Gapapa. Gue fleksibel sih. Mau atas mau bawah ayo aja..”

“Ett? Sumpah?”

“Iya santai aja...” Uke on top enak kok ujarnya dalam hati.

kalau aja Hangyul tau isi hati yuvin tadi, dia pasti mau nyemplung aja ke kolam didepan

Menjelang siang, mereka akhirnya memutuskan untuk mengunjungi Pura Taman Saraswati dimana katanya disana suka ada penampilan tradisional gitu. Kebetulan mereka belum pernah liat yang kayak gitu gitu secara langsung. Kenapa sih liburan di Bali malah sering main di Pura?

Jawaban Wooseok simple banget. Karena Bali ini pulau seribu pura. Belum lagi tempatnya indah-indah, dan di Jakarta susah ketemu pura. Ya selama lagi di Bali kenapa harus main di pantai doang ya gak? Mereka juga masih ada niat kok jalan-jalan ke tempat lain lagi. Kayak ke Chocolate factory, Cho Seungyoun forest eh maksudnya monkey hehe. Mau ke Seminyak, mau ke bar tempat Yury jadi DJ , mau keliling-keliling deh pokoknya. Tapi ke pantai juga wajib. Naik wahana juga wajib. Tapi sekarang , nikmatin dulu alam hijau nan indah ini.

Jadi, sekarang mereka udah sampe di Pura Taman Saraswati. Udah banyak turis yang dateng kesana. Temen-temen udah sibuk aja foto-foto. Abisnya tempatnya beneran sebagus itu. Di tengah-tengah sana , ada Lotus Pond yang indah banget. Seungwoo rasanya pengen nyebur aja kesana. Dia ambil banyak foto lotus Pond terus dikirim ke mama. Habis itu, Seobin dan Yuvin dengan dituntun bli-bli Pura yang ganteng yang ngomongnya logat Bali itu, menuntun rombongan qasidah kwooseok untuk memasuki area pertunjukan. Gak lupa , harus pake udeng dan kain. Karena udah masuk area pura.

Seungwoo kedip-kedip liatin Seungyoun yang pake udeng dan kain itu. Gantengnya nambah. bisa bahaya kalau misalnya ada orang lain yang liat dia ganteng kayak gitu.

Sejak kapan Seungwoo jadi posesif ya?

“Seungyoun jangan jauh-jauh!”

Seungyoun tersenyum teduh lalu menggandeng tangan Seungwoo, “iya gak akan jauh-jauh. Jangan ngelamun terus dong nanti dicium depan Hanoman lho”

“Pertunjukan apa dah?” Tanya Hangyul sambil benerin udeng yang dia pake.

“Ada pertunjukan Rama dan Shinta sekarang,Gyul. Tau kan kisahnya?”

“Oh yang sedih-sedih itu ya? Ga bisa gue liat yang begituan. Suka tiba-tiba ikut mellow”

“Gapapa dek Shinta, kan ada Bli Rama Yuvin disini nemenin dek Shinta eh atau Shin-gyul ya?”

Hangyul mencebik sambil melengos pergi, “Lu mah Hanoman bukan Rama”

Orang-orang disana gak bisa gak ketawa. Hangyul tsundere banget sih, kalau kata Seungwoo.

🄱🄴🄽🅃🄾 🄵🄾🅁 🄻🅄🄽🄲🄷 Warn Angst! Seunoo lima tahun! Ryeonseung oneshoot! Gemesnya dikit doang

Pagi ini cerah. Seungyoun bangun dengan semangat langsung bergegas mandi dan sarapan sereal bersama suaminya yang masih mengantuk. Malam tadi Seungwoo rewel. Hancho besarnya dibawa ke laundry dan belum datang sampai hari ini. Ia merenggut marah sesekali menangis kencang membuat Seungyoun kelabakan. Menangis terus selama dua jam, berhenti karena lelah setelah bangun, menangis lagi. Seungyoun sampai pusing sendiri.

Tangis Seungwoo mereda saat bibi Lim mengajaknya ke dapur untuk memasak nugget kesukaannya. Membuat bento ala-ala anak sekolahan. Seungwoo senang sekali bisa membuat makanan enak. Ditata seindah mungkin lalu diberi hiasan emoticon senyum dengan saos. Seungwoo bertepuk tangan heboh dan memilih untuk tidak memakannya. Dia memberikannya pada Seungyoun dan langsung habis setelah sepuluh menit pertama. Seungwoo senang Seungyoun menyukai hasil karyanya.

Selama ini Seungwoo selalu terbayang kata-kata orang. Seungwoo itu idiot dan suka merepotkan orang-orang. Seungwoo tidak bisa apa-apa selain menangis meminta balon terbang. Seungwoo cukup terluka. Karena dia mengerti bahwa dirinya memang begitu. Seungwoo hanya bisa menjadi dirinya sendiri. Seungwoo yang terjebak dalam dirinya sendiri. Yang bicara tidak teratur, yang lebih besar daripada teman-teman bermainnya. Yang hanya bisa mewarnai dan mengacaukan keadaan. Seungwoo mengenal dirinya sendiri seperti itu. Tidak usah mendengarkan kata-kata orang yang mencemoohnya. Karena dirinya cukup tau dan sadar diri atas dirinya yang berbeda dari orang-orang.

Meskipun rasanya menyakitkan , tapi Seungwoo akan mencoba untuk menerima semuanya. Seungwoo anak baik, begitu kata Seungyoun. Seungwoo mungkin tidak bisa mempercayai orang-orang, tapi Seungyoun. Ia bisa sepenuhnya mempercayainya. Seungwoo memang aneh, anak aneh. Tapi Seungwoo juga manusia. Ia bisa merasakan kehangatan kasih sayang dari suaminya. Seungyoun pribadi yang lembut dan baik. Tidak sekalipun membentak dan memarahi. Akan selalu sabar dan tenang menghadapinya. Membubuhinya dengan kecupan dan pelukan hangat dikeadaan terburuknya. Memberinya semangat dan tetap menemaninya apapun yang terjadi.

“Seunoo habiskan mamnya ya.. Seungyounie harus bekerja” setelah meneguk susunya , Seungyoun beranjak mengecup pipi Seungwoo lama lalu mengusak rambutnya gemas. “jangan nakal ya? Seunoo kan anak baik”

“Baik Seunoo baik”

“Pinternya.... Serealnya dihabiskan ya sayang? Seungyounie mau mandi dulu ok?” Setelah kata ok, Seungyoun benar-benar menghilang dari ruang makan. Menyisakan Seungwoo dengan tatapan kosongnya. Lalu didetik berikutnya ia berlari secepat kilat menyusul Seungyounnya.

Seungwoo menatap deretan baju dan kemeja milik Seungyoun dilemari. Menatap satu persatu dasi yang tergantung disana. Kaos kaki dan jas, lalu berakhir disabuk. Seungwoo memilihnya dengan hati-hati. Menyelaraskan padu warnanya, mencocokkan motifnya lalu menatap lurus pada pintu kamar mandi.

Menurut film yang Seungwoo tonton siang kemarin, biasanya sang istri akan menyiapkan segala kebutuhan suaminya bekerja. Seungwoo juga ingin melakukannya. Karena itu, ia menaruh seluruh benda yang ia bawa diatas kasur , lalu pergi dengan cepat dari sana. Entah karena malu atau punya rencana lain.

Seungyoun menggosokkan handuk kecil pada rambut basahnya. Gerakannya terhenti saat ia melihat satu stel pakaian kerjanya yang sudah siap diatas kasur. Kalau tidak salah ingat , ia belum memilih akan memakai apa hari ini. Seungyoun berjalan pelan-pelan lalu mengambil kemeja biru muda yang teronggok diatas ranjang, disisi lainnya ada jas berwarna navy , celana kulit, sabuk dan kaos kaki hitam. Seungyoun tersenyum teduh lalu menatap pintu, “Seunoo? Kaukah itu?”

Seungyoun berjalan menuju lantai dua. Menjemput tas kantor dan sepatunya. Ia juga tak lupa membawa kunci mobil beserta dengannya. Mata rubahnya menangkap siluet Seungwoo yang terduduk dipojok ruangan kerjanya. Membelakangi pintu tidak bergerak seincipun.

Seungyoun berjalan mendekat lalu tersenyum, “Seunoo sedang apa sayang?”

Seungwoo tampak tak menggubris sapaan Seungyoun. Dirinya masih fokus pada apa yang ia lakukan sebelumnya. Matanya memicing serius dan tangannya terus bekerja.

Seungyoun berjongkok mensejajarkan diri dengan seungwoonya. “Sayang?”

Seungwoo menoleh pelan lalu tersenyum lebar sambil menunjukan sepatu kerja Seungyoun yang baru saja ia semir. Seungyoun terkejut karena Seungwoo terlihat belepotan. Akhirnya, ia memeluk Seungwoo kuat-kuat,“sayang kenapa melakukan ini?”

“Baik Seunoo baik. Istri baik” katanya. Hati Seungyoun menghangat. Ia tak bisa memarahi Seungwoo kalau begini adanya. Akhirnya Seungyoun menuntun Seungwoo ke kamar mandi lalu berangkat bekerja seperti biasanya.

“Hari ini kau tampak bahagia? Menang undian? Atau sesuatu yang lain?”

Itu tuan Han. Ayah mertuanya. Tak sengaja mereka berpapasan didepan pintu lift. Seungyoun terkikik pelan lalu membenarkan letak kemejanya, “sesuatu yang lain,ayah” ujarnya.

“Kuharap itu bukan sesuatu yang tidak penting”

“Mungkin tidak bagi ayah. Tapi bagiku, ini sangat penting”

“Anak itu lagi?”

“Berhenti memanggilnya anak itu, karena dia anak anda dan suami saya, ayah...”

Tuan Han memutar bola matanya jengah lalu menghela nafas panjang.

“Jangan lupa pertemuan dengan tuan Yook.”

“Ayah yakin mau bekerja sama dengannya? Apa untungnya bagi kita?”

“Mungkin tidak untukmu, tapi untukku itu penting. Tuan Yook pernah membantuku saat hampir gagal dan jatuh. Mungkin kali ini, saatnya aku membalas budinya..”

“Balas Budi? Aku kira ayah tidak punya hati nurani seperti itu”

“Hm...”

“Bukan begitu cara memotongnya Tuan. Liat bibi..nah begini. Pelan-pelan aja ya?”

Seungwoo memicingkan matanya menatap bibi Lim yang mengajarinya memotong katsu untuk bento makan siang hari ini. Keringat mengucur dipelipisnya, lalu dengan pelan-pelan, ia memotong katsu ditangannya. Senyumnya merekah kala melihat hasil karyanya telah jadi. Ditaruhnya katsu itu diatas nasi bertabur wijen dan onigiri, lalu ditambahkannya saus yang sengaja diukir menjadi emoticon senyum.

Seungwoo bertepuk tangan heboh sambil tertawa, “pintar Seunoo pintar Seunoo..” Bibi Lim memeluk Seungwoo lalu mengusap punggungnya sayang, “aigoo...bibi bangga sekali dengan Tuan Han. Sekarang kita mandi lalu mengantarkan makan siang ini ya?”

Seungwoo mengangguk antusias lalu berlari mengambil handuk untuk mandi. Bibi Lim segera menutup kotak bekal itu lalu memasukan ketiga kotak bento itu kedalam satu paperbag besar. Lalu segera menyusul Seungwoo untuk memandikan pria gemas itu.

Seungwoo berjalan riang bersama supir pribadinya menuju ruangan Seungyoun. Tangan kanan menjinjing paperbag berisi makanan, tangan kiri memeluk Hancho dan jangan lupakan dipunggungnya tersampir tas selempang berisi peralatan mewarnai. Keduanya berjalan riang menuju ruangan Seungyoun, mengabaikan tatapan tatapan mata dari orang-orang yang ada disana. Seungwoo sebenarnya takut untuk datang kemari. Kali terakhirnya kesannya buruk. Dia berakhir mendengar gunjingan tak sedap didengar lalu pulang ke rumah dengan keadaan kacau. Lalu sekarang ia memaksakan dirinya untuk mengantarkan bekal kedua kalinya. Bedanya, kali ini dia harus mengabaikan gunjingan dan tatapan tak sedap itu.

“Tuan jangan khawatir. Paman akan terus menjaga tuan”,ujar sang supir. Seungwoo mengangguk malu-malu lalu berjalan menyusuri koridor dengan kepala menunduk dalam.

“Tuan Han, anda kedatangan tamu” sekretaris pribadi Ayah Seungwoo , menginterupsi Seungwoo untuk masuk. Tuan Han menatap sedikit sengit pada Seungwoo hingga nyali anak itu menciut. Seungwoo dengan gemetar, menaruh kotak bekal itu diatas meja ayahnya, “a-ayah mam siang ini masakan Seunoo diajari bibi”

“Tidak ada racun didalamnya kan? Kau kan bodoh , bisa saja tertukar garam dengan racun?”

Seungwoo mundur dua langkah sambil menggigit bibir bawahnya , menunduk sambil menggeleng ribut “Seunoo baik. Anak baik Seunoo”

“Ya sudah. Kau keluarlah, temui Seungyoun. Ayah sibuk”

Seungwoo mengangguk patah-patah lalu keluar setelah membungkuk hormat. Tuan Han menatap kepergian anak bungsunya, lalu setelah pintu tertutup, beliau membuka kotak bekal yang berisi nasi dan katsu yang katanya buatan Seungwoo sendiri.

Dicubitnya sedikit potongan katsu itu, mulutnya dengan perlahan mengunyah potongan katsu dan nasi diatasnya. “hm..dasar anak itu”

“Kenapa Seungwoo repot-repot hm? Kan Seungwoo bisa istirahat sambil belajar.. kenapa datang kemari sambil membawakan makanan?”

“S-seungyounie ini... Jangan mam mie lagi. Sakit perutnya sakit”

Seungyoun tertawa lalu memeluk Seungwoo kuat-kuat dan mencium dahinya sayang. Membawa Seungwoo duduk diatas pangkuannya, “suapin dong”

“Besar. Sudah besar..”

“Gapapa meskipun sudah besar kan Seungyounie mau disuapi Seunoo. Ayo dooong kan Seunoo anak baik ya?”

“Um! Baik Seunoo baik”

“Nah kalau begitu ayo suapi aku”

Seungwoo membuka kotak bekal itu lalu membawa sendok , menyuapi suaminya makan siang tanpa banyak berkomentar. Seungyoun tertawa gemas sambil mengunyah, dielusnya pipi gembul itu sayang lalu dijawilnya hidung mancungnya , “Seungyounie sangat menyayangi Seunoo”

“Sayang Seunoo sayang...”

“Tuan Cho , anda diminta untuk segera menghadiri rapat..”

Seungyoun mengangguk lalu membereskan berkas berkas diatas mejanya. Disudut kanan, Seungwoo terlihat anteng sambil melukis, tak sedikitpun terusik oleh apapun.

“Nona Jo, tolong jaga Seungwoo ya. Jangan sampai keluar dari ruanganku”

Sekretaris pribadi Seungyoun mengangguk sambil membungkuk lalu membiarkan Seungyoun segera pergi.

“Habis air habis...”

Seungwoo menatap sekitar. Kanan dan kiri. Tidak ada satupun sumber air diruangan Seungyoun. Akhirnya kakinya melangkah kecil keluar ruangan, menatap kanan dan kiri , raut wajahnya menandakan kebingungan.

“Tuan Han mau kemana?” Nona Jo menghampiri Seungwoo yang nampak bingung. “habis air habis. Tidak bisa mewarnai...”

“Biar saya saja yang ambilkan ya?”

“Ikut Seunoo ikut!”

Nona Jo tersenyum teduh lalu menuntun Seungwoo menuju toilet terdekat.

“Apakah tidak apa-apa ? Catnya jangan sampai tumpah ya Tuan Han...”

Seungwoo mengangguk antusias lalu tersenyum manis, “t-timakasih..”

“Sama-sama tuan. Ayo kita kembali. Nanti Tuan Cho mencari tuan..”

Seungwoo berjalan riang menuju ruangan Seungyoun. Tangannya sibuk menggenggam palet yang terisi air dan sisa-sisa cat melukisnya. Senyumnya merekah karena hasil karyanya sebentar lagi selesai.

“Tuan Han awas!”

Nona Jo memekik terkejut melihat pemandangan didepannya dimana Seungwoo tak sengaja menabrak orang asing didepannya, menumpahkan cat air diatas kemeja formalnya.

Pria paruh baya itu mendecih sinis, “Yyak! Dasar tidak punya otak !! Kau tahu berapa harga kemeja ini? Dasar bodoh!!” Tangan Tuan Yook menoyor kepala Seungwoo agak kencang. Anaknya menunduk dalam ketakutan, tubuhnya bergetar memeluk dirinya sendiri. Nona Jo merangkul Seungwoo pelan lalu membungkuk meminta maaf.

“Maafkan keteledoran saya Tuan Yook. Mari kita bersihkan kemejanya.”

“Aku tidak ada urusan denganmu! Kau anak bodoh, beraninya kau menumpahkan cat air diatas kemeja mahalku? Kau tahu apa yang baru saja kau perbuat? Kau akan membuat usahaku bangkrut hanya karena ini kau tahu!! Dasar anak tidak berguna!!!” Tuan Yook menekan dahi Seungwoo murka lalu didorongnya bahu itu kuat-kuat, Seungwoo terhuyung sambil menangis kencang. Nona Jo berusaha untuk menenangkan kekacauannya. Nona Jo memeluk Seungwoo lembut lalu diusapnya pipi itu yang kini basah sebab air mata.

“Kau benar-benar menyusahkan?!! Anak idiot!! Kau membuatku benar-benar marah!”

“Tuan Yook , kami sudah bicara dengan baik-baik untuk meminta maaf. beliau tidak sengaja menabrak anda..”

“KARENA DIA BODOH, TIDAK MELIHAT JALAN HINGGA BERANINYA MENABRAKKU DAN MENUMPAHKAN CAT AIR SIALAN INI DIATAS KEMEJA MAHALKU! DASAR ANAK TIDAK BERGUNA”

Tubuh Seungwoo kian bergetar dengan tangisan yang mengencang. Tangannya mengepal berusaha untuk tidak menyakiti dirinya sendiri. Bibirnya sesekali ia gigit sambil mencubit meminta maaf, “maaf Seunoo maaf hiks hiks maaf Seunoo maaf. Tidak sengaja” tangisannya kian mengencang kala tangan Tuan Yook terangkat untuk menamparnya, “Dasar tidak berguna!”

Nona Jo memeluk Seungwoo kuat-kuat, memejamkan mata sambil melindungi anak bungsu presdirnya. Berharap tamparan itu melayang padanya saja. Karena Seungyoun sudah menitipkan Seungwoo padanya.

Nona Jo mengernyit, tamparan itu tak kunjung ia dapatkan. Hingga ia memberanikan diri untuk membuka matanya.

Disana Tuan Han berdiri murka dengan wajah memerah, menahan pergelangan tangan tuan Yook kuat-kuat hingga membuat sang empunya kesakitan.

“Siapa yang kau sebut anak tidak berguna? Siapa yang kau sebut anak idiot!”

“Tuan Han apa yang k-kau lakukan! Lepaskan tanganku! Akan ku hajar anak tidak berguna ini”

“Jangan sekali-kali kau menyentuh ujung rambut atau bahkan ujung kakinya. Karena dia anakku!”

“A-anakmu??? Yang benar saja? Anak idiot ini?”

Tuan Han memelintir tangan itu kuat-kuat lalu memanggil Security untuk mengusir Tuan Yook dari gedungnya , “sekali lagi kau berani menghina Seungwoo dengan mulut sampahmu, aku bersumpah bahkan untuk menghirup udara saja kau takkan mampu!!”

Dua orang Security itu membopong tubuh Tuan Yook keluar secara paksa. “Lalu bagaimana dengan perjanjian Kita!!!!!”

“Aku tidak akan pernah sudi untuk menjalin ikatan apapun denganmu! Pergi kau dari hadapanku!!!”

Ku dengar perjanjian kita batal. Tidak akan ada project dengan perusahan itu lagi

Kenapa bisa? Bukannya baru disetujui?

Tuan Han memutuskan kontraknya. Tuan Yook terlihat marah

Apa ini semua gara-gara anak Bungsu tuan Han?

Kudengar begitu

Seungyoun memicing mendengar sayup-sayup para pekerja berbincang dilobby tempatnya berdiri. Firasatnya tidak enak. Apa Seungwoo membuat masalah? Akhirnya dengan kecepatan penuh, Seungyoun berlari menuju ruangannya.

Brakk!!

“SEUNGWOO!”

Seungyoun terengah-engah sambil membuka pintu ruang kerjanya tak sabaran. Matanya menyusuri sudut ruangan itu tapi tak menemukan keberadaan Seungwoo sama sekali.

Seungyoun lantas berlari menuju ruangan khusus sekretarisnya, tapi Nona Jo juga tidak disana. Lalu Seungyoun membawa kakinya berlari lebih jauh.

“Apa mungkin....”

Nona Jo menaruh tas selempang milik Seungwoo diatas meja. Lalu membungkuk meninggalkan ruangan. Menyisakan ayah dan anak itu dalam satu ruangan .

Seungwoo terlihat masih sesenggukan, ia masih takut atas insiden tadi. Tuan Han merendahkan tubuhnya, menatap raut kacau milik anaknya , dengan tangisnya yang tersedu-sedu, tangannya saling menggenggam gelisah. Nafasnya tak teratur dan air mata sudah menganak sungai.

“Takut hm?”

Seungwoo tetap dengan tangisnya yang kian pedih. Suara tangisnya mengeras lalu Tuan Han membawa Seungwoo dalam pelukannya. Mengusap punggung anak bungsunya pelan-pelan sambil dibisiki kata-kata penenang yang lembut.

“Sudah ya jangan takut. Orangnya sudah ayah usir. Tidak akan mengganggu Seungwoo lagi..”

“Maaf Seunoohiks maaf ayah... Nakal Seunoo nakal hiks

Tuan Han menghapus air mata yang membasahi pipi anaknya lalu tersenyum kecil, “Seungwoo kan tidak sengaja ya? Tidak apa-apa.. orang itu yang salah sudah marah-marah padahal Seungwoo sudah minta maaf...”

Seungwoo menangis lagi, tangannya akhirnya memeluk ayahnya kuat-kuat, menyalurkan rasa sakit dan takut yang sedari tadi ia rasakan. Tuan Han mengusap rambut belakang Seungwoo. Dikecupnya pipi itu sayang, “kasian anak ayah ketakutan... Ayah dongengkan satu cerita mau? Tapi Seungwoo janji tidak menangis lagi”

Langkah Seungyoun kian memelan, nafasnya tersengal-sengal karena berlari dari ruangannya kemari. Melewati tangga darurat menuju tiga lantai diatas ruangannya. Seungyoun menatap pintu itu lamat-lamat, dalam hati berdoa Seungwoonya tidak apa-apa. Tangannya meraih kenop pintu lalu dibukanya pintu itu dengan pelan. Menampakkan Seungwoo yang tengah duduk manis diatas pangkuan ayahnya. Tuan Han terlihat sedang bercerita lalu Seungwoo mendengkur lembut karena kelelahan setelah menangis hebat.

Seungwoo tak sepenuhnya tertidur , ia masih terdengar bertanya pada ayahnya meskipun dengan suara pelan.

“Seunoo kecil punya sepeda?”

“Iya dulu Seunoo kecil punya sepeda. Sepedanya roda tiga. Seunoo tidak pernah mau berhenti main sepeda , meskipun terjatuh dan terluka Seunoo tetap tidak mau berhenti. Akhirnya ayah sembunyikan sepeda Seunoo dan Seunoo menangis setiap hari”

Seungwoo tertawa pelan lalu mengusakkan hidungnya pada ceruk leher ayahnya. “Baik Seunoo baik”

“Iya. Seunoo anak yang baik sejak kecil. Pintar , tidak pernah menyerah. Terus seperti itu ya? Janji?”

“Janji Seunoo janji. Seunoo baik Seunoo janji”

“Aigoo anak ayah pintar sekali hm? Terimakasih ya sudah menjadi pintar dan kuat? Besok masak bento lagi ya?”

Seungwoo tertawa kecil lalu mengangguk sebelum benar-benar menyerah pada rasa kantuknya.

Sudut hati Seungyoun menghangat. Tak pernah sekalipun melihat pemandangan seperti ini selama tiga tahun perjalanan pernikahan mereka. Seungyoun memasuki ruangan sambil tersenyum teduh. Tuan Han balas tersenyum sambil menyamankan posisi tidur Seungwoo diatas pangkuannya.

“Saya tahu saya bisa bergantung pada anda untuk segala hal didunia ini, ayah mertua... Terimakasih sudah menjaga suami saya.”

“Hm. Terimakasih juga sudah menjaga anak bungsuku”

Mungkin benar. Kisah hidup Seungwoo berbeda dari siapapun di dunia ini. Terlahir menjadi istimewa , ditinggalkan oleh ibunya, dibenci oleh ayahnya, bertemu dengannya untuk dijodohkan, dipisahkan dari kedua kakaknya. Tapi sekuat apapun badai itu menerpa , Seungwoo tak pernah kalah. Ia akan menemukan jalan untuk sekedar berlindung sejenak. Menjadikan istimewa bukanlah keinginannya. Menyusahkan orang-orang juga bukan maunya.

Tapi Seungwoo menghadapinya. Membiarkan hatinya menjadi lebih kuat setiap harinya. Hingga hari ini, ego ayahnya runtuh seketika. Pelukan dan kecupan yang ia rindukan , akhirnya menjadi kenyataan.

Seungyoun mungkin memang terlahir biasa, nomal tanpa cacat apa-apa, tapi Seungwoo. Dengan segudang kebaikannya , dengan hati tulusnya mengajarkan Seungyoun untuk tidak pernah menyerah apapun yang dihadapinya. Orang-orang boleh berkata apa. Tapi itu tak akan mengubah apa-apa dalam hidupnya.

Seungyoun mendaratkan kecupan manis diatas dahi dan bibir Seungwoo dengan pelan, lantas tersenyum manis sambil mengusap pipi gembulnya pelan.

“Terimakasih sudah mau menjadi suamiku Seungwoo. Mulai hari ini, kita saling menguatkan lagi ya? Seunoo pasti senang kan dicium dan dipeluk ayah? Besok Seunoo akan mendapatkan itu lagi, tapi janji untuk tetap sabar dan tak pernah berhenti menjadi dirimu sendiri. Kau mengerti?”

Seungwoo menyamankan tidurnya, memeluk Seungyoun yang kini tengah menggendongnya menuju parkiran untuk pulang.

“Seunoo harus tahu, kata ayah bento Seunoo enak sekali. Besok buatkan lagi ya?”

Fin

ㅡMeiri🍑

(((Ini apa sih?)))

(((Sampah macam apa ini?)))

a whole new world

Ryeonseung Warn! Seunoo lima tahun

Prompt from kak Meh ;

That's why ada uyon, he taught senu so many things, new world, with much splash of affection and love

“Seunoo..hey baby. Wake up. Udah sore jangan tidur siang terus, baby. Let's go out” Seungyoun membaringkan dirinya yang sudah siap dengan balutan pakaian santainya memeluk Seungwoo dari belakang. Seungwoo tidur siang hari ini. Posisinya tidak nyaman karena ketiduran sambil menggambar , alhasil Seungyoun menggendongnya menuju kasur. Tapi sudah pukul empat Seungwoo tidak kunjung bangun.

Seungyoun ingin sekali mengajak Seungwoo jalan-jalan. Seungwoo sering menolak. Ia bilang teman-temannya terkadang merasa risih saat berada di dekatnya. Seungwoo tinggi sendirian, besar sendirian, dewasa sendirian ditengah anak-anak kecil yang berlarian kesana kemari di taman komplek. Karena itu Seungwoo lebih suka menggambar atau menulis di rumah. Menghabiskan waktu bermain rumah-rumahan atau pesta minum teh bersama Hancho, Nunu dan Youn.

Seungwoo menggerung sambil mengucek matanya. Mengerjapkan mata sambil membiasakan cahaya. Ditatapnya dinding kamar itu lamat-lamat lalu puncak kepalanya dicium lembut sekali.

“Hai jagoan. Mau main?”

Seungwoo menatap kearah Seungyoun, lantas memeluk suaminya lemas. Menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya. Seungyoun merangkul pundak Seungwoo lalu diusapnya pelan-pelan punggung itu, “jalan-jalan yuk.. katanya ada pesta rakyat di alun-alun.. Seunoo belum pernah kesana ya?”

Seungwoo menggeleng lalu mengeratkan pelukannya pada Seungyoun.

“Mandi yuk nanti main. Seungyoun belikan apa yang Seunoo mau deh..”

Lalu dengan secepat kilat Seungwoo beranjak , meraih handuk dan kimononya lalu berlari keluar kamar, “Seunoo mandi Bibi mandi!! Mandi Seunoo” ujarnya setengah berteriak sambil berlari mendekat kearah bibi Lim .

Seungyoun tertawa terpingkal-pingkal, suaminya sangat menggemaskan.

Sepanjang perjalanan, Seungwoo hanya diam menatap langit senja. Tangannya memeluk Hancho erat , jemarinya sibuk memilin tangan Hancho yang tidak berjari, matanya menatap langit. Senja itu indah. Seungwoo suka melihatnya di balkon kamarnya. Seungwoo suka. Tapi Seungwoo lebih suka malam berbintang. Tapi Seungwoo benci serangga yang mengerubunginya kala menatap bintang malam hari.

Seungyoun menoleh kearah Seungwoo lalu mencolek dagunya,niat menggoda.

“Sayangku kok diam saja?”

Seungwoo menatap Seungyoun lalu kembali menatap langit.

“Seunoo belum pernah ke tempat seperti ini kan?”

Seungwoo menggeleng lemah. “Tidak boleh. Malu. Ayah malu”

Seungyoun agak menyesal membicarakan ini. Maksud Seungyoun hanya ingin memastikan.

“Malu ayah malu. Seunoo besar , teman-teman Seunoo kecil. Dongpyo kecil. Minhee kecil. Junho kecil. Seunoo besar...”

“Memangnya kenapa kalau sudah besar tapi masih main? Seungyounie suka kok main ke pesta rakyat”

Seungwoo mengernyitkan dahinya tanda berpikir. Lalu matanya berubah kosong. Dan Seungyoun merengkuh tubuhnya, memeluknya dengan sebelah tangan, dikecupnya dahi Seungwoo singkat, “jangan dipikirkan.. hari ini kita main ya? Nanti Seunoo boleh naik apa saja. Ada Seungyounie”

“Tidak malu?”

“Tentunya tidak! Seungyounie tidak malu”

Dan Seungwoo menarik senyum lebar diatas paras rupawannya. Seungwoo mengangguk antusias sambil tertawa. Dan Seungyoun tidak bisa tidak ikut tertawa.

Sudah satu jam. Sudah satu jam Seungwoo dan Seungyoun menghabiskan waktu berkeliling. Seungwoo sudah mencoba beberapa permainan begitu juga Seungyoun. Kedunya tampak menikmati suasana seperti ini. Tangan Seungyoun menggenggam erat tangan Seungwoo , menyalurkan rasa aman dan nyaman padanya. Suaminya terlihat malu-malu . Lebih banyak berjalan dibelakang sambil meremas ujung jaketnya lalu berjalan sambil menunduk.

Karena itu Seungyoun menggandengnya, membiarkannya berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan.

Langkah kaki Seungwoo terhenti. Matanya menatap lekat lekat pada wahana komedi putar yang terlihat indah dengan hiasan lampu dan ornamen lucu. Seungwoo memandang takjub kuda-kudaan yang berjejer rapi disana. Tak terduga senyumnya mengembang. Seungyoun ikut tersenyum, “ayo coba?”

Seungwoo hendak mengangguk, tapi matanya menangkap banyaknya sosok anak-anak bermain diatasnya. Hampir tidak ada anak seperti dirinya ( maksudnya yang tingginya sama persis dengan dirinya )

Seungwoo lantas menggeleng ribut lalu memundurkan kakinya sambil menunduk. Seungyoun mencebik tidak suka lalu merengkuh tubuh Seungwoo lembut, “jangan takut... Seungyounie temani”

“Nanti..m-malu”

“Seungyounie tidak malu. Seungyounie suka. Ayo naik?”

Seungwoo menatap retina coklat milik suaminya. Seungyoun tersenyum teduh lalu menggenggam tangan Seungwoo lagi, menuntunnya kearah loket lalu mulai berjalan menuju wahana yang indah ini.

Seungwoo tertawa gemas. Wajahnya tampan sekali. Tangannya berpegangan erat pada tiang didepannya. Menatap Seungyoun diseberang sana yang sedang berpura-pura menjadi pangeran berkuda putih.

“Pangeran Seungyounie dataaaaanggg”

Seungwoo tertawa sambil bertepuk tangan. Kakinya menendang udara saking senangnya. Seungyounie berbeda dengan ayahnya. Seungyounie hangat. Ia suka. Seungyoun memperlakukannya layaknya manusia. Seungyoun mencintainya dan tidak malu berada didekatnya. Tidak pernah sekalipun marah dan membentaknya. Tidak pula merasa risih dan jijik. Seungwoo tahu ada tatapan lain kala orang-orang melihatnya.

Seungwoo takut. Takut orang-orang juga tidak suka padanya. Takut akan marah seperti ayah. Karena itu Seungwoo lebih suka main di rumah. Tapi hari ini, Seungyoun menyadarkannya bahwa dunia Seungwoo luas. Tak pernah terdistraksi oleh apapun. Tak pernah sekalipun berbeda dengan dunianya. Seungwoo senang. Ia sangat senang memiliki Seungyoun disisinya.

Andai, andai hari itu Seungyoun pergi darinya, akankah Seungwoo merasakan perasaan seperti ini?

Selepas bermain komedi putar, Seungwoo dan Seungyoun berhenti sejenak untuk mengisi perut dengan minuman bersoda dan kembang gula. Seungwoo sudah menghabiskan dua kembang gula. Tapi ia masih semangat untuk memakan makanan manis lainnya. Karena itu Seungwoo merengek minta dibelikan permen loli. Dan Seungyoun menjanjikannya sebagai makanan terakhir.

Keduanya berjalan pelan menikmati suasana malam di pesta rakyat yang terlihat semakin ramai.

Seungwoo sudah bermain banyak pemainan hari ini. Menangkap ikan , melempar bola, menembak bebek, bermain permainan mini basket, menonton pertunjukan sulap, komedi putar , dan sekarang Seungyoun menuntunnya untuk menaiki sesuatu yang mirip sangkar burung dipikirannya.

Seungwoo duduk didepan Seungyoun sambil memasang raut wajah penasaran, “ini bagian terhebatnya. Aku suka berada disini” ujarnya. Seungwoo tidak mengerti mengapa Seungyoun suka duduk didalam sangkar burung raksasa. Apa bagusnya?

Sangkar burung yang ia duduki bergetar sedikit. Perlahan-lahan Seungwoo dapat merasakan bahwa ia menjauh dari tanah, Seungwoo menggenggam jeruji besi itu. Menatap tanah yang semakin jauh. Manusia dibawah sana terlihat mengecil secara perlahan.

“Terbang ?”

Seungyoun tersenyum teduh, ia mengangguk kecil. “terbang.. kau benar. Kita terbang”

Seungwoo menatap lurus. Seungyoun dan langit malam penuh bintang adalah sesuatu yang sangat indah. Perpaduan mahadewa yang diciptakan Tuhan untuk Seungwoo seorang saja.

Seungwoo menunduk. Ini terlalu banyak. Seungwoo takut ia tak pantas mendapatkan semuanya. Bibirnya melengkung, ia sudah tak lagi minat pada lollipop ditangannya.

Lantas Seungyoun mengapit dagu Seungwoo dengan jemarinya. Menggeleng lembut sambil tersenyum, membisikan kata cinta dan mengecup dahinya lama.

“Seunoo... Jangan takut pada apapun lagi ya? Kan sudah ada Seungyoun-man disini. Seungyoun-man akan selalu ada untuk Seungwoo. Mengerti?”

Seungwoo mengangguk antusias lalu pipinya merona merah. Ia tak tahu kenapa ada rasa yang aneh didalam tubuhnya.

“Seunoo, terimakasih Seungyounie.. Seungyounie baik. Seunoo tidak takut”

Seungyoun semakin melebarkan senyumnya, tertawa geli karena merasakan perasaan yang sama seperti apa yang Seungwoo rasakan.

“Jangan sakit ya.. jangan nangis lagi. Sekarang, kita lewati semuanya sama-sama ya?”

Seungwoo mengangguk. Lalu memeluk Seungyoun kuat-kuat. Tertawa renyah sambil menghirup aroma tubuh yang menguar dari perpotongan leher dan bahu Seungyoun.

“Hei. Seunoo... Lihat sini”

Seungwoo menoleh kearah kanan. Sekarang mereka sedang ada dipuncak. Seungwoo bisa melihat pemandangan yang jauh lebih indah dari yang ia lihat di balkon. Ia bisa melihat seluruh kota , lampu yang berkelip indah dengan hiasan bintang-bintang dan langit malam. Suara sayup-sayup kendaraan terdengar berbisik. Angin malam menyapa tubuhnya dengan lembut. Indah.

“Bagus...” Katanya.

“Bagus kan? Rumah kita terlihat sangat kecil ya”

“Dimana?”

“Disana... Tuh ada bibi Lim sedang menunggu kita pulang hihihi”

Seungwoo tertawa lalu menatap lurus kearah sana. Disudut hatinya ia bersyukur. Berterima kasih karena telah dipertemukan dengan Seungyoun.

“Terimakasih sudah menjadi suamiku, Han Seungwoo” Seungyoun mencium bibir Seungwoo lembut. Tak ada paksaan sedikitpun. Seungwoo hanya diam sambil menatap wajah Seungyoun yang sangat dekat dengan dirinya. Bisa ia lihat bahwa Seungyoun memejamkan mata sambil melumat bibirnya. Seungwoo lantas mengusap pipi itu sayang. Membelainya lembut seperti barang mahal yang mudah pecah.

“Terimakasih banyak Seungwoo. Kamu dunia baruku. Aku senang bertemu denganmu”

“Seunoo terimakasih Seungyounie baik. Baik sekali. Seungyounie tidak marah-marah tidak malu. Baik Seungyounie baik”.

“Mulai hari ini, kita janji tidak akan meninggalkan satu sama lain ya? Seunoo hanya untuk Seungyounie, begitu juga Seungyounie hanya untuk Seunoo”

Seungwoo mengangguk cepat, poninya naik turun menggemaskan. Seungyoun tersenyum sambil menggesekkan hidung keduanya.

Ini dunia baru bagi mereka.

Petualangan bahkan baru akan dimulai.

A whole new world A new fantastic point of view No one to tell us, “No” Or where to go Or say we're only dreaming A whole new world A dazzling place I never knew But when I'm way up here It's crystal clear That now I'm in a whole new world with you (Now I'm in a whole new world with you) Unbelievable sights Indescribable feeling Soaring, tumbling, freewheeling Through an endless diamond sky

F i n

©Meiri🍑

𝙄𝙩𝙪 𝙟𝙖𝙨 𝙝𝙪𝙟𝙖𝙣, 𝙠𝙖𝙠 Catseun/ Kim Wooseok x Han Seungwoo Fluffy gely gely gimana getoh

“Kak Wooseok cepetan dong!” Suara Dongpyo menggema dilorong sekolah. Tangannya sibuk mengoperasikan ponsel sambil mencebik karena tak sabar menunggu.

Hari ini hari Sabtu , Dongpyo dan anggota club mendaki yang lain akan pergi mendaki ke bukit yang ada di selatan desa tempat lahirnya. Bukit itu cukup tinggi karenanya pemandangan sunrise dan sunsetnya akan terlihat sangat indah. Belum lagi kau bisa melihat gemerlap lampu lampu dari atas sana. Jangan lupakan bintang dan bulan purnama yang menghiasi langit malamnya.

Sebulan sebelum keberangkatan semuanya sibuk. Mengurus perizinan dan peralatan. Mereka yang terdiri dari 12 orang (termasuk 2 guru pendamping) akhirnya memutuskan untuk mulai mendaki pagi ini. Tapi ketua clubnya malah lama sekali . Entah apa persiapan yang kurang , tapi Dongpyo tahu sudah satu jam Wooseok tidak kunjung keluar dari ruang peralatan mereka.

“Kak Wooseok sedang apa sih ?” Tanya Junho. Dongpyo menggeleng lalu beralih menyusul Wooseok yang belum keluar juga.

“Maaf ya Seok. Aku beneran lupa ga bawa kompas”

“Ya gapapa kak , kalau gak salah sih emang ada disini tapi kok gak ada ya?”

Jadi sudah satu jam lamanya Wooseok dan Seungwoo mendekam didalam ruang peralatan adalah untuk mencari kompas. Kompas itu cukup penting untuk perjalanan mereka meskipun istilahnya hanya menaiki bukit, tapi keamanan dan keselamatan tetap nomor satu. Tidak boleh tersesat atau hilang arah.

Wooseok menggeledah isi lemari dan laci meja yang ada disana tapi tak jua menemukan kompas yang mereka maksud. Tapi dipikir-pikir, tidak rugi juga sih. Toh jadi bisa lama-lama sama kesayangannya.

Hehe iya, Wooseok itu pacarnya Seungwoo. Dua-duanya sama-sama anak IPA yang punya hobi mendaki makanya mereka berdua masuk club pecinta alam begini. Wooseok anak akselerasi pindahan yang dengan kurang ajarnya membuat Seungwoo setiap malam memikirkan wajahnya. Tampan dan cantik disaat bersamaan. Tubuhnya kecil jauh lebih kecil dari Seungwoo. Tapi auranya kuat. Seungwoo suka . Jiwa pemimpin Wooseok sangat menonjol , makanya ia terpilih jadi ketua club, bersama Cho Seungyoun si urakan dari IPS.

“Wooseok ketemu! Ini Kompasnya” katanya girang. Seungwoo tertawa gemas sambil menyerahkan Kompas itu pada kekasihnya. Wooseok ikut tersenyum manis lalu mengusak rambut Seungwoo gemas, “terimakasih kakak. Ayo kita pergi. Anak-anak pasti sudah menunggu”

Lalu dengan santainya mereka berjalan menuju koridor tempat anak-anak yang lain menunggu.

“Nah! Kak Wooseok kemana aja sih lama banget!” Sesampainya mereka disana Seungwoo dan Wooseok mendapatkan protes dan pekikan tak suka dari anak-anak karena sudah menunggu cukup lama. Keduanya hanya tersenyum canggung sambil minta maaf.

“Mojok lu?” Tanya Seungyoun pada Seungwoo yang berhadiahkan death glare dari si ketua club. Seungyoun hanya nyengir lucu sambil meminta maaf.

Hari sudah siang, mereka juga sudah mulai mendaki. Cuacanya sangat bagus. Pemandangan bukitnya juga bagus. Hutannya masih hijau dan lebat , banyak tanaman obat dan hias yang mempercantik keadaan. Beberapa kesempatan , mereka bertemu dengan hewan-hewan menggemaskan seperti kancil dan kelinci hutan. Seungwoo menggenggam tali tasnya sambil berjalan. Disampingnya ada Jinhyuk dan Dongpyo yang asyik memotret keindahan alam.

“Aku gak sangka bukit ini bakalan indah banget kayak gini. Dibawah soalnya keliatan gak keurus gitu , kesannya kayak tempat mesum. Tapi makin naik kesini makin bagus gitu pemandangannya” Wooseok tersenyum mendengar penuturan Eunsang yang dari tadi tak hentinya memuji keindahan alam.

“Kak Wooseok nyampe puncaknya kapan sih? Dodo udah pegel” si bungsu akhirnya merengek, pasalnya sudah hampir dua jam mereka mendaki. “Kalau gak salah perkiraan sih sebentar lagi Do. Minum aja dulu. Nanti diatas sana langsung bikin tenda dan Dodo sudah boleh makan disana”

Mendengar kata makan Dohyon yang daritadi menyebut dirinya Dodo , akhirnya melajukan kakinya lebih kencang dan semangat untuk mendaki. Karena Dohyon tahu akan ada buah manis yang dipetik dari kesabaran, katanya.

“Wooseok bagi minum dong” “Minum lu aja” “Habis elah..” “Jatah Hangyul itu tau gue , terus lu sengaja minum punya gue biar punya gue habis punya lu masih utuh”

Seungyoun hanya tertawa kikuk karena Wooseok tahu triknya. Ya gimana ya , Seungyoun sayang sih sama pacar galaknya , makanya dia mau banget bisa diandalkan sama Hangyul, kasus kecilnya kalau minum Hangyul udah habis seenggaknya punya dia masih utuh, semuanya untuk pacar galak kesayangannya.

“Minum punyaku aja” Seungwoo menyodorkan botol minumnya , lalu Seungyoun meminumnya rakus setelah berterimakasih.

“Jangan kebaikan kak kalau jadi orang” cibir Wooseok, Seungwoo tersenyum manis lalu mengecup pipi Wooseoknya singkat, “Jangan cemburuan gitu ah”

Sesampainya dipuncak , mereka langsung sibuk memasang tenda dan api unggun. Semuanya bergotong-royong saling bahu membahu membantu teman-temannya.

Seungwoo lantas mengeluarkan panci dan alat memasak lainnya. Lalu dengan cekatan membuat air dan memasak mie untuk makan malam mereka. Disebelah sana ada Jinhyuk dan Hangyul yang mulai membakar jagung dan sosis. Sedangkan anak-anak yang lain sibuk mengambil foto dan beristirahat.

“Kak kayaknya kamu ketinggalan handuk deh” Wooseok mengambil duduk di samping Seungwoo lalu menyodorkan satu botol minuman isotonik padanya.

“Enggak. Aku titip di tas jinhyuk soalnya punyaku tadi keisi celana punya Seungyoun”

“Yakin ? Gak ada yang ketinggalan kan selain kompas?”

Seungwoo tertawa gemas. Kekasihnya ini memang sedetail itu. Tubuh Seungwoo merengsek masuk kedalam pelukan Wooseok lalu menggumam kecil, “gausah khawatir” katanya. Ya Wooseok bisa apa selain percaya?

Malamnya, kegiatan masing-masing dilakukan . Ada yang sibuk melihat bintang bintang, ada yang sibuk dengan gitar , ada yang makan, ada yang tidur duluan , ada juga yang pacaran. Ya kayak sekarang ini, Seungyoun Hangyul, Wooseok Seungwoo , Minhee dan Dongpyo juga. Mereka bertiga sibuk dengan cara mereka masing-masing berbagi kasih sayang. Seungwoo dan Wooseok bersandar disalah satu pohon sambil melihat bintang-bintang. Suasana malam dengan backsound suara jangkrik dan petikan gitar Jinhyuk membuat malam mereka semakin hangat.

Wooseok menggenggam tangan Seungwoo yang bersandar di bahunya , memeluk perutnya dengan sebelah tangan.

“Apa gak bisa kuliah disini aja Seok?”

Iya. Seungwoo lagi galau soalnya mau ditinggal Wooseok kuliah di luar kota. Wooseok benar-benar ingin menjadi dokter spesialis bedah . Karena itu , kuliah di universitas kenamaan adalah mimpinya . Lulus sekolah nanti, ia sudah bertekad masuk kesana. Apapun caranya. Tapi Seungwoo sangat tidak ingin ditinggal. Dan Seungwoo sendiri tidak bisa ikut Wooseok kuliah disana. Disini ia hanya tinggal dengan kakek neneknya karena orangtuanya juga merantau. Karena itu Seungwoo tidak bisa meninggalkan keduanya begitu saja. Tapi ia juga tak ingin ditinggalkan Wooseoknya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana rasanya terpisah jarak dan menelan pil pahit bernama rindu tak berujung itu.

“Ya mau gimana lagi kak, kuliah disana juga cita-citaku.”

“Kampus disini juga kan sama bagus Seok..”

“Tapi gak ada jurusan kedokterannya kak. Tetap harus keluar”

“Ya berarti gak usah jadi dokter” ketusnya. Wooseok tertawa geli lalu mencubit pipi Seungwoo gemas , “tidur gih. Udah larut malem nanti masuk angin. Aku janji kalau disana gak lolos , aku kuliah disini deh”

“Janji ya?”

“Kalau gak lolos lho kak”

“Yang penting janji dulu!!”

Wooseok mengaitkan kelingkingnya bersama kelingking Seungwoo lalu mengecup ujung hidungnya sayang , “janji dong. Soulmate gak akan ingkar janji.”

Seungwoo merengek kecil lalu bangun dari pembaringannya , memilih mengeratkan jaketnya dan mulai masuk kedalam tenda untuk tidur. Begitu juga Wooseok. Ia gak ada niat gadang. Biarlah jinhyuk dan Seungyoun saja yang urus semuanya.

Wooseok menutup buku diarynya lalu mematikan penerangan dari senter yang dipasang oleh Dongpyo dan Eunsang. Ia membaringkan tubuhnya didalam sleeping bagnya lalu mulai menutup mata.

Jangan jadi dokter ya?

Sebenarnya Wooseok tidak tahu harus jadi apa kalau bukan jadi dokter. Karena itu ia sangat sangat ingin mewujudkan cita-citanya jadi dokter. Seungwoo yang rewel hanya awal perjalanannya agar tidak goyah. Lama kelamaan Seungwoo pasti mengerti.

Karena setiap hari , Seungwoo juga selalu bercerita dengan semangat bahwa ia ingin melihat Wooseok dalam balutan snelli ㅡkhas seorang dokter. Wooseok tersenyum sambil menghela nafas. Ia berjanji akan cepat pulang lalu menggenggam tangan Seungwoo dan bilang bahwa ia akhirnya menjadi dokter seperti yang keduanya impikan.

“Eh eh eh”

Wooseok sedikit tersentak kala sebuah tangan mulai memeluk perutnya dan ia bisa merasakan seseorang masuk kedalam sleeping bag miliknya.

“Aku tidur disini”

“Lho kenapa kak?”

“Aku kira ini sleeping bag” Seungwoo mencebik sambil melempar sebuah tas berukuran sedang ke penjuru tenda , lalu Wooseok mengeluarkan isi tas tersebut sambil tertawa geli.

“Aku kan udah bilang, aku kira itu sleeping bag . Jangan tertawa lagi!!!”

“Astaga kak , ini jas hujan?!”

“Makanya aku tidur disini” serunya sebal. Lalu ia menutup matanya erat tak ingin melihat Wooseok yang masih tertawa mengejeknya.

“Astaga pacar siapa sih ini menggemaskan sekali” akhirnya Wooseok membaringkan tubuhnya , memeluk tubuh Seungwoo yang merengsek masuk dengan erat , mengusap punggungnya dan menyanyikan lullaby baginya.

Ya. Beginilah jadinya kalau Wooseok memacari bayi besar kesayangan semua orang.