Meiri

ㅡPetualangan pecinta baksoㅡ

...

Setelah mengunjungi stan McD, bakso solo, Starbucks dan Supermarket , petualangan mereka selesai.

Han Seungwoo kekenyangan. Cho Seungyoun juga. Itu bukan sarapan semata. Mereka makan banyak dan menghabiskan waktu bersama dengan jangka yang agak panjang. Keduanya sangat senang bisa berjalan bersama lagi setelah pertemuan terakhir.

Kini Seungyoun tengah fokus menyetir sambil sebelah tangannya menggenggam tangan Seungwoo yang bersandar lemas karena kekenyangan di jok sampingnya.

Tangan Seungwoo sesekali memelintir gemas jari-jari Seungyoun digenggamannya. Sesekali juga Seungwoo menggoyangkannya kecil atau hanya ditatapi dengan pandangan lembut.

Ini kali keduanya berpacaran dalam hidupnya. Rasanya baru. Seungwoo bahkan sering malu karena belum terbiasa. Tapi emang dasarnya Cho Seungyoun adalah orang yang blak-blakan , jadi Seungwoo mau gak mau selalu harus siap untuk kejutan hubungannya setiap saat.

Seungwoo tahu Seungyoun benar-benar menyayanginya. Karena itu Seungyoun gak ragu-ragu untuk mengangguk waktu itu.

Lampu merah berjalan lambat. Seungyoun merenggangkan sedikit tubuhnya sambil menghela nafas lelah, dikecupnya punggung tangan Seungwoo yang ia genggam , menghasilkan pekikan kaget dari si empunya lengan karena terkejut.

Seungyoun terkekeh kecil lalu mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Seungwoo. Diusapnya pipi Seungwoo yang mulai gembil itu dengan lembut , “asli Woo lu gemesin banget. Gue pusing”

“Apa sih?!”

“Kok lu gemes banget? Makan apa?”

“Nasi kucing” dan Seungwoo tertawa karena ingat kejadian di angkringan tadi dimana ia tak pernah makan nasi kucing karena itu buat kucing.

Seungyoun ketawa kecil lalu mencubit hidung mancung kekasihnya. Maka saat lampu hijau menyala, Cho Seungyoun dengan cekatan segera kembali melajukan kendaraannya.

“Berapa hari di Bandung nanti?”

“Dua apa tiga hari gitu soalnya ada jadwal lagi”

“Mau ikut,Youn..”

“Iya nanti izin ya”

“Bantuin ya?”

“Emang yakin gak akan diizinin?? Kenapa?”

“Mama kan gak ada yang nemenin nanti kasian , gak ada yang jaga rumah kalau aku pergi. Tapi aku mau”

“Yaudah , izin aja dulu ya. Diizinin berangkat, gak diizinin jangan maksa. Nanti aku Videocall tiap jam”

Dan Seungwoo hanya tertawa sambil mencubit perut Seungyoun kesal.

. .

Honda jazz merah itu berhenti didepan pekarangan rumah Seungwoo. Seungyoun menatap wajah tidur Seungwoo yang damai. Genggaman tangannya tidak terlepas meskipun ia ketiduran begitu. Seungyoun gemas sekali.

Seungyoun mengusap pipi Seungwoo sayang sambil berbisik menyuruhnya bangun. Dan Seungwoo semakin menyamankan dirinya dijok mobil.

“Seungwoo sayang bangun yuk”

Dan Seungwoo terbangun kala mendapati satu kecupan lembut dihidung mancungnya.

Seungwoo menggeleng sambil merenggangkan otot tubuhnya. Seungyoun tertawa kecil menatapnya. Binar polosnya seperti anak-anak. Seungwoo menggaruk belakang kepalanya lalu memukul dada Seungyoun main-main, “apa sih cium-cium!”

“Abisnya gemes banget. Bulu matanya lentik , hidungnya mancung, pipinya gembil. Bidadari aja minder”

Dan lagi-lagi Seungwoo memukul dada Seungyoun, kali ini dengan semburat merah diwajahnya.

. . .

“Mama , Seungwoo pulang”

“Sebentar”

“Ada Seungyoun Ma..”

“Iya sayang sebentar”

Seungwoo mendudukkan dirinya disamping Seungyoun , beralih memainkan handphonenya santai.

Sosok wanita cantik yang bersahaja itu memasuki ruang tamu , mendekat ke arah Seungwoo dan Seungyoun, “eh ada artis ganteng..”

Seungyoun tertawa kecil sambil berdiri, mengambil tangan Mama Han untuk disalami dengan sopan dan lembut. “Sehat , Ma?”

“Sehat. Kemana aja baru mampir?”

“Ya gitu Ma, hehe”

“Seungwoo , Seungyounnya kasih minum dong sayang..”

“Ah gak usah Ma.. ga apa”

“Gaboleh gitu,ah. Adek ayo kasih minum” Dan Seungwoo beranjak ke dapur.

...

Mama dan Seungyoun punya satu kesamaan. Makanya gak pernah canggung-canggungan kalau bicara bareng kayak gini. Seungyoun sengaja membawakan satu bigbox Pizza hut dan satu dus donat J.Co untuk Mama Han. Berbincang dengan santai ditemani secangkir teh.

“Mama. Adek mau ke Bandung, boleh?”

Mama menyesap tehnya sebentar lalu mengangkat sebelah alisnya sambil menatap anaknya bingung.

“Tumben Adek mau pergi jauh ninggalin mama?”

“Enggak gitu.. mau liburan aja Ma. Bosen disini terus, lumayan punya libur kan? Lagian Jinhyuk ikut, ada Seungyoun juga...”

Seungwoo menyandarkan badannya dibahu sang mama, dipeluknya pinggang ibundanya sambil dikecupnya pipi merah merona itu.

“Berapa hari , Youn?”

“Dua atau tiga hari doang Ma, soalnya ada acara lagi..”

“Emang Adek gak akan ngerepotin Seungyoun kalau ikut?”

“Mama ini! Emangnya aku jompo? Enggak dong ma.. masa jinhyuk ikut aku enggak?”

“Ya udah boleh boleh”

Seungwoo dan Seungyoun menegakkan tubuhnya semangat, “beneran boleh Ma?”

“Cuma dua atau tiga hari kan? Boleh... Nanti Mama suruh Tante nginep disini biar mama gak kesepian.”

Dan Seungwoo memeluk erat tubuh mamanya sambil tertawa gemas. Berterimakasih karena mamanya tak pernah mengecewakannya.

Akhirnya ya Youn gak jadi menjomblo di kampung halaman.

“Awas aja kalau berangkat berdua pulang bertiga!”

“Apaan tuh?”

“Mama tahu Seungyoun pasti ngerti” Mama mengerling ke arah Seungyoun, menggoda kekasih anaknya yang mulai malu.

“Emang ada niat begitu sih ma... Berangkat berdua , pulang bertiga. Biar mama ketemu sama Mama saya”

“Oalah... Ngegas juga”

Karena sarapan pagi ini,tidak seperti biasanya.

..

Seungwoo mematut dirinya didepan cermin. Jam dinding menunjukkan pukul 8 kurang 15 menit. Tempo hari , sepulangnya Seungyoun dari Yogyakarta, mereka pergi makan di mall terdekat.

Hubungan keduanya berbeda setelah hari itu. Tepatnya saat ia pertama kali diajak makan diluar oleh orang asing. Kookheon dan Seungyoun orang asing kan?

Mereka pergi berempat,karena ujungnya Kang Minhyuk saat itu dipaksa ikut. Seungwoo yang kala itu tengah fokus memakan donat dihadapannya hanya diam sambil mengunyah. Kakinya digoyangkan kecil , tangannya sibuk mencubiti donat. Peduli amat sama orang-orang didepannya yang asyik ngobrolin tentang bola dan yang lainnya.

Seungyoun yang duduk disampingnya menatapnya gemas , diusapnya pelan ujung bibir Seungwoo yang belepotan krim lalu diemutnya pelan jempolnya yang terkena noda krim itu.

Seungwoo terdiam secara spontan, menoleh patah-patah pada Seungyoun yang sedang tertawa melihat tingkah Seungwoo.

“Enak ya? Pelan-pelan aja makannya, gak akan diambil kok”

Seungwoo tersenyum manis, “lapar....”

Seungyoun kembali tertawa, tangannya mengusap rambut Seungwoo gemas , “enak donatnya?”

“Enak”

“Suka gak sama donatnya?”

“Suka..”

“Kalau kopinya?”

Seungwoo mengangguk sambil terus mengunyah,“hmm suka”

“Suka juga gak sama aku?”

“Suka”

Satu detik Dua detik Tiga detㅡeh?!

Seungwoo menoleh cepat ke arah Seungyoun yang tergelak. Mukanya memerah hingga ke telinga, “b-bukan begitu maksudnya... Aduh bagaimana ya.. mmmmㅡ lagian apa sih kok nanya begitu?!”

Seungwoo mengembungkan pipinya kesal , membuang muka tak ingin menatapnya lebih lama.

Kookheon dan Minhyuk sudah ikut tertawa bersama Seungyoun yang kini sibuk mengelap air matanya.

“Lagian kamu gemesin banget sih”

“Jadi Seungwoo suka sama Seungyoun hm?” Goda Minhyuk.

Wajah Seungwoo lebih merah lagi. Sial.

“Tenang aja Woo. Seungyoun juga suka kok sama Seungwoo” balas Kookheon.

Dan Seungwoo hanya bisa menelungkup kan wajahnya malu diatas lipatan tangannya diatas meja.

...

Ya kira-kira begitulah hari itu berlangsung. Saat Kookheon dan Seungyoun memutuskan untuk mengantar Seungwoo pulang setelah mengantar Minhyuk, Seungyoun lagi-lagi menyatakan perasaannya. Dan waktu itu Seungwoo yang malu membalasnya hanya dengan anggukan. Tapi Cho bedebah Seungyoun membubuhkan kecupan didahinya. Kan Seungwoo menyublim.

Dan ini sudah hampir dua bulan berlalu dari kejadian itu. Mereka yang agak jauh-jauhan rumahnya harus sabar untuk saling memupuk rindu. Setiap malam Minggu , Seungyoun selalu mengusahakan untuk bertemu. Namun setelah viral, waktunya jadi banyak tersita untuk acara-acara leadership atau workshop atau hal-hal lain seperti ini.

Jadi , jika keduanya punya waktu senggang, mereka selalu menyempatkan bertemu.

Seperti sarapan bersama ini.

Seungwoo tentu tak akan menolak ajakan Seungyoun setelah hampir sepuluh hari tidak lebih bertemu sejak pertemuan terakhir.

Ya Seungwoo juga kangen, Bu sama pacarnya.

Seungwoo berjalan menuju kamar mamanya, membuka pintu dengan pelan dan mengintip. Mamanya masih tertidur. Semalam pulangnya larut sekali. Seungwoo kembali menutup pintu kamar saat dirasa handphonenya bergetar.

Seungyoun didepan. Dan Seungwoo bergegas keluar rumah.

Seungwoo berjalan menuju Seungyoun yang berdiri didepan mobil Honda jazz merah milik Kookheon. Tangannya melambai sambil tersenyum menatap Seungwoo yang berjalan kearahnya.

Asli rindu banget , kenapa tiap ketemu habis rindu Seungwoo selalu lebih indah dilihat dari pertemuan terakhir?

Dan saat Seungwoo berhenti didepan Seungyoun untuk sekedar menyapa, Seungwoo dengan tingkah kurang ajarnya selalu menyempatkan diri mengusap rambut Seungwoo dan membiarkannya masuk duluan . Tangannya senantiasa terulur melindungi kepala Seungwoo dari badan mobil. Padahal Seungwoo kan bukan jompo atau anak kecil yang akan seenaknya naik tanpa lihat-lihat. Ia tidak akan terbentur semudah itu. Malu lah. Tapi namanya Seungyoun ya kan?

“Mau kemana?” Tanyanya.

“Mau makan apa? Mau ke festival makanan aja gak? Jajan jajan. Atau mau makan nasi?”

“Mau jajan nanti nasi..” Seungwoo menatap penuh ke arah Seungyoun dengan tatapan puppy eyesnya yang menggemaskan dan Seungyoun hanya tertawa sambil mengiyakan ajakannya.

. .

Sepanjang perjalanan,hanya suara lagu dari radio yang mendominasi disana. Seungwoo tidak akan memecahkan fokus Seungyoun saat menyetir dan Seungyoun juga tidak keberatan.

Seungwoo memperhatikan jalan, hari Minggu cerah memang sangat pas untuk berjalan-jalan begini.

“Gimana,udah izin sama Mama?”

Seungwoo mendengus pelan sambil mencebikkan bibirnya, “Gak tahu. Mama pulangnya malem banget. Tadi juga masih tidur”

“Yaudah jangan dipaksakan. Nanti aja izin lagi”

Dan Seungwoo yang benar-benar ingin liburan itu merengek sambil mencondongkan tubuhnya untuk bersandar dibahu Seungyoun. Tangan kiri Seungyoun akhirnya beralih menggenggam tangan Seungwoo dan bibirnya dibawa mengecup puncak kepalanya sayang.

...

Keduanya berjalan berdampingan menyusuri sepanjang jalan festival makanan yang pagi itu cukup ramai itu. Jajanan-jajanan khas Indonesia sampai Koreapun ada.

Mata Seungwoo tak hentinya menatap kanan dan kiri. Seungyoun disampingnya senantiasa menemani.

“Mau jajan apa , Youn?”

“Gak tahu. Ayo lihat lagi”

Dan setelah berjalan hampir tiga menit, akhirnya mereka memutuskan membeli jajanan seafood yang dibakar itu lho guys. Yang ditusuk-tusuk kayak sate. Seungwoo menatap kagum deretan olahan seafood dan sosis dengan berbagai ukuran disana.

“Kamu lucu banget sih Woo. Gemes” Seungyoun mencubit pipi Seungwoo gemas lalu tertawa bersama. Seungwoo hanya nyengir lucu sambil menggoyangkan lengan Seungyoun yang menggenggam tangannya,“makasih Seungyoun...”

“Sama-sama..”

. . .

Setelah empat tusuk sate seafood, dua buah zupa-zupa , dua gelas es kelapa muda , akhirnya mereka memutuskan makan di angkringan Yogya. Hal ini disebabkan oleh Seungwoo yang bilang belum pernah makan ditempat seperti itu. Ekspresi polosnya sambil menatap Seungyoun,“Seungyoun angkringan itu apa?”

Dan akhirnya mereka mendudukkan tubuh mereka disana. Seungyoun senantiasa memilihkan makanan untuk Seungwoonya yang tidak tahu apa-apa.

“Suka sate ampela?” Seungwoo mengangguk. “Pernah makan nasi kucing?” “Belum kan buat kucing?”

Dan Seungyoun tertawa sambil mencubit hidung mancung kekasihnya. Ya gimana ya? Seungwoo emang ga pernah makan ditempat beginian. Anaknya anak Jakarta banget kayaknya yang mainannya di mall.

. . .

Dan di pagi hari yang beranjak siang itu, Seungyoun merasa hidupnya indah banget. Sarapan bareng kesayangan, jalan-jalan bareng , keliling-keliling , jajan ini itu, apalagi sekarang liat Seungwoo yang makannya keliatan enak banget. Seungwoo duduk anteng sambil menggoyangkan kakinya dibawah meja kayu, mulut penuh sedang mengunyah dengan raut muka polos yang menggemaskan, berhasil menghabiskan tiga bungkus nasi kucing , empat tusuk sate ampela, dan satu bungkus tempe orek sendirian.

“Enak??”

Seungwoonya mengangguk lucu,“makasih Seungyoun”

Gapapa kantongnya jebol. Gapapa . Asal Seungwoonya bahagia.

ㅡ련승, it's not your fault If you think this world only brings you heartache

....

Han Seungwoo bersumpah ia hanya pemuda biasa yang memiliki mimpi. Han Seungwoo hanya lelaki biasa yang lahir sebagai anak bungsu dengan cita-cita memuliakan derajat keluarga. Han Seungwoo hanya suka dirinya saat ia mengeksplorasi bakatnya.

Ia hanya ingin terus bisa tertawa dan bahagia dengan mimpinya. Memulai debut bersama rekannya adalah hal paling bahagia. Tapi ekspektasinya terlalu tinggi saat itu.

Grupnya, dibilang tidak sukses oleh agensinya sendiri.

Mereka hanya bisa tersenyum sambil terus meraih harap. Meskipun sedikit, tapi mereka tetap menyayangi penggemarnya. Mereka tetap berjuang , mereka tak mau menyerah.

Han Seungwoo dan rekannya akhirnya memilih menempuh jalan ini. Berharap ia akan mendapat dukungan lebih banyak. Mempertaruhkan harga diri. Menyebut dirinya kembali menjadi seorang trainee , berlatih dan terus berlatih . Mengenyampingkan rasa sakit dan lelah. Lapar dan letih. Mengabaikan kantuk dan haus. Ia hanya ingin mimpinya, dan rekan-rekannya mendapat dukungan positif.

Hingga saat bulan Juli, namanya dipanggil untuk menjadi salah satu anggota debut, ia tak ayalnya pemuda biasa. Ia senang dan bahagia. Perjalanannya dimulai. Rekan-rekan yang ia tinggalkan mulai diberi banyak dukungan dan cinta.

Tak apa berpisah. Asal mereka semua bisa meraih mimpi mereka. Karena Han Seungwoo tetap Han Seungwoo, yang terus meraih mimpi dimanapun ia berada.

Awalnya Seungwoo tidak tahu tentang berita-berita buruk ini. Awalnya Seungwoo tidak peduli tentangnya. Awalnya Seungwoo hanya fokus pada rekan-rekannya yang melakukan comeback setelah lama beristirahat.

Tapi saat rekan-rekannya memberikan kata-kata semangat dan menghangatkan hati, Seungwoo tahu bahwa diluar sana ada yang tidak beres tentang mereka.

Dan sedikit jiwanya bersyukur atas WiFi asrama yang tidak stabil itu.

Karena malam itu, Han Seungwoo merasa menyesal.

Malam paling buruk baginya. Membaca banyak berita jahat tentang mereka yang bahkan tidak tahu apa-apa.

Mereka hanya sekelompok anak-anak yang mencoba meraih mimpi. Tapi kenapa sulit sekali?

. . .

Seungwoo melangkahkan kakinya menyusuri bandara. Wajahnya dipaksakan tersenyum manis, melambai kecil pada penggemar yang sudah menunggu mereka. Teriakan kata-kata semangat dan cinta menggema. Semuanya masuk kedalam relung jiwanya. Mengiang jelas di sanubarinya.

Bisakah? Bisakah ia bertahan dan menguatkan yang lain sendirian? Ditatapnya satu persatu rekannya, senyuman kecil tersungging. Mereka saling menguatkan. Seungwoo yakin mereka pasti bisa.

Semakin melangkah jauh, kilasan komentar-komentar jahat tentang mereka malam itu entah mengapa mulai mengiang jelas. Perlahan Seungwoo menengadah menatap deretan penggemar.

Seungwoo tahu ia pasti bisa.

Seungwoo terus melangkah. Jiwanya seperti hilang. Ia bingung. Lebih baik diam daripada bicara yang tidak-tidak.

Ia yakin mereka semua bisa melewatinya.

. .

Didalam pesawat, Han Seungwoo tetap diam. Tangannya saling menggenggam, wajahnya menatap langit malam Korea yang mereka lintasi. Telinganya tersumpal earphone , memutar lagu dengan volume paling kecil.

Entah kenapa Han Seungwoo merasa lemas. Ia malas melakukan apapun. Hanya menghela nafas sambil menatap langit malam disana.

Andai ia terlahir menjadi bintang atau awan dilangit sana. Ia takkan merasa susah seperti ini. Mimpinya selalu berat. Menjadi pemain sepak bola atau idol sama saja. Belum lagi cidera kakinya kadang mempersulit geraknya. Belum lagi ejekan dan cemoohan orang-orang yang tak menyukainya.

Ia benci. Benci menjadi seseorang yang memiliki jalan panjang yang sulit begini. Tapi bukankah akan ada pelangi setelah badai?

“Seungyoun Hyung”

Dongpyo disampingnya akhirnya tak tahan. Ia beralih menoleh ke belakang sambil menatap penuh harap Seungyoun yang duduk bersama Dohyon.

Seungyoun membuka sebelah earphonenya lalu mengangkat alisnya penasaran, dan Dongpyo hanya menunjuk ke arah Seungwoo dengan dagunya.

“Seungwoo Hyung daritadi diam saja. Ia beberapa kali terdengar menghela nafas. Bisakah kau memeluknya? Kurasa ia membutuhkanmu”

Seungyoun tersenyum kecut, kekasihnya memang cenderung overthinking dan selalu memendamnya sendiri. “Kenapa tidak Dongpyo saja yang memeluknya?”

“Aku ingin melakukannya tapi aku tahu Seungwoo Hyung tidak akan bisa menumpahkan seluruh isi hatinya jika itu aku. Bisakah Hyung memeluknya? Aku... Tidak ingin ia terus bersedih”

Dan Seungyoun mengusap rambut Dongpyo sayang, sambil berjalan bertukar tempat duduk , ia berterima kasih pada Dongpyo yang sudah mempedulikan Seungwoonya.

. .

Seungyoun mendudukkan dirinya pelan disamping Seungwoo yang terlihat tak bergeming pada gerakan apapun. Dilihatnya pantulan wajah sang kekasih lewat jendela pesawat yang ia tumpangi. Seungwoonya bahkan tidak sadar ia sedang diperhatikan.

Apakah lamunannya lebih menarik daripada dirinya?

Seungyoun lantas menatap kearah tangan kekasihnya yang ia gigiti sejak tadi. Seungwoo suka sekali menggigiti jemarinya begitu. Tak apa jika tidak terluka, tapi jika terlalu sering dilakukan , itu akan membuatnya terluka.

Dan Seungyoun dengan lembut dan pelan menggenggam tangannya, dielus dan diciumi dengan hati-hati dan lembut. Seungwoo tersadar dari lamunannya. Tubuhnya terhentak kecil sambil menatap Seungyoun kaget.

Seungyoun tersenyum teduh menatap raut kekasihnya yang terkejut lucu. “Seungyoun..”

“Jangan digigiti gini Hyung. Nanti luka”

Seungwoo hanya mengangguk kaku lalu menunduk kecil.

“Apa yang kamu pikirkan,Hyung?”

Seungwoo mendongak kecil menatap lawan bicaranya. Nada suaranya dibuat sedemikian lembut dan menjaga hati Seungwoo agar tidak tersinggung. Han Seungwoo melemah.

Hatinya berdenyut sakit , ia menggigit pipi dalamnya sambil menggeleng.

Lantas Seungyoun menariknya dalam satu pelukan hangat. Menepuk pelan punggungnya dan menciumi puncak kepalanya sayang. “Semuanya akan baik-baik saja”

Dan air mata yang sedari tadi menggenang akhirnya tumpah ruah. Seungwoo balas memeluk Seungyoun, meremat punggung baju yang Seungyoun kenakan. Menghirup dalam-dalam aroma yang dikeluarkan oleh leher Seungyounnya.

Bahunya naik turun tidak seirama. Tangisnya mulai sedikit terdengar. Pertahanannya runtuh. Ia tidak sanggup.

“Everything Will be fine”

Seungwoo kembali merengkuh erat tubuh kekasihnya. Menumpahkan segala kegelisahan dan rasa sakit yang ia rasakan.

Han Seungwoo hanya anak bungsu kesayangan ibu, yang harus siap menjadi tulang dan pilar yang menguatkan rekannya.

Menjadi leader kadang tidak semudah yang ia bayangkan.

“Bagaimana jika ㅡhiks. Bagaimana jika semakin banyak yang membenci kita?”

Seungyoun kembali mengecup ujung kepalanya lembut, diusapnya lagi punggung kokoh itu.

“Tidak ada yang membenci kita,hyung.. mereka hanya iri”

Seungyoun mencium dahi Seungwoo lembut , diusapnya pipi kanan Seungwoo yang berair. Air matanya sudah menganak sungai , Seungyoun tersenyum kecil.

“Hyung. Ada kalanya kita memang harus ditempa seperti ini. Bukan untuk menjadi bongkahan arang. Tapi segenggam berlian. Kita ditekan untuk menjadi lebih kuat dan lebih baik dari sebelumnya. Mereka tidak membenci kita,Hyung. Diluar sana , masih banyak orang-orang yang mendoakan kita dan dengan tulus menyayangi kita. Seperti halnya doa seorang ibu. Mimpi kita tidak merugikan orang-orang yang senantiasa bergunjing tentang kita. Kita tidak diciptakan sia-sia. Hyung, percayalah ini. Jika suatu saat nanti, hanya ada satu orang yang tetap tulus mencintai kita, meskipun kelak hanya ada keluarga kita yang tulus mendukung kita. Kita tidak boleh membalas jasa mereka dengan air mata dan kata menyerah. Aku bisa, kau bisa, anak-anak yang lain bisa. Karena apa? Karena kita keluarga. Kita saling menguatkan”

Diujung kalimat, Seungyoun membubuhkan satu ciuman lembut diatas hidung mancung kekasihnya yang masih sibuk sesenggukan.

Seungwoo menyelami mata Seungyoun. Teduh dan hangat. Ia suka. Pelukannya bahkan adalah tempat ternyaman. Bahunya adalah tempat bersandar paling aman.

Seungwoo mengangguk kecil, “everything will be fine,right?”

“Hm . Everything's gonna be ok. Jangan menyerah. Tak apa menangis hari ini. Tapi besok, kita harus tunjukan bahwa kita bisa. Menjadi lemah adalah manusia. Merasakan patah dan sakit juga manusia. Tapi kita makhluk mulia. Jangan kalah, kita melangkah bersama. Kau mau?”

Dan Seungwoo mengangguk sambil mengaitkan kelingking mereka masing-masing.

Seungyoun kembali mengecup bibir itu lembut, diusapnya air mata yang mengering diwajahnya.

“Tidurlah, kau lelah”

Dan Seungwoo tidak usah berpikir lagi untuk menyamankan dirinya bersandar dibahu Seungyoun. Menutup mata sambil menggenggam erat jemarinya.

“Everything's gonna be ok, Seungyoun.”

“Yeah. Everything's gonna be ok”

ㅡCan we pretend that airplanes in the night sky are like shootin' stars I could really use a wish right now, wish right now, wish right nowㅡ

ㅡㅡㅡㅡ

Han Seungwoo dan Kim Kookheon adalah dua orang asing. Begitupun Han Seungwoo dengan Cho Seungyoun. Mereka hanya bertemu secara tak sengaja, dua insan yang dipertemukan oleh skenario Tuhan.

Han Seungwoo bingung kenapa Cho Seungyoun dibiarkan hadir, mengalir begitu saja. Tanpa ada penolakan atau respon penerimaan yang lebih.

Semuanya mengalir begitu saja hingga jadi sebuah kebiasaan.

Kebiasaan bertukar sapa, bertukar selca sampai video call hingga pagi tiba.

“Maaf nih kalau bikin ga nyaman” Kookheon memecah obrolan setelah cukup lama. Seungwoo hanya tersenyum manis sambil mengangguk kecil.

“Udah lama kenal sama Seungyoun?”

“Satu SMP, SMA kepisah, ketemu lagi di kampus, beda jurusan sih tapi deket di organisasi”

“Seungyoun orangnya emang hebat dari dulu?”

Kookheon mengangguk sambil tertawa kecil, “dulu di SMP jadi rebutan tiga organisasi. Semuanya pengen diketuai sama dia, ujungnya dia ga pilih yang mana mana, anaknya cenderung bebas sih. Gak suka diatur tapi emang suka ngatur”

Seungwoo tersenyum. Dilihatnya keadaan bandara yang agak sepi itu. Apa masih lama?

“Gimana progress sejauh ini sama Seungyoun?”

“Ga ada progres apapun,kok”

“Udah saling sayang gitu gak ada niatan lebih?”

Seungwoo menunduk, ia yakin wajahnya memerah hingga telinga,“gak tahu. Gak ngerti”

“Seungyoun anaknya tanggung jawab kok. Pengertian, perhatian juga. Dibalik sifatnya yang ceplas-ceplos, bego nyerempet stress terus ga tahu malu itu, dia bisa lah dijadiin imam yang baik”

Seungwoo hanya tertawa menganggapinya. “Bisa aja”

“Kalau udah saling sayang saling nyaman, bisa kali ke jenjang lebih serius”

Seungwoo menerawang. Menatap jam dinding besar dihadapannya, menghitung waktu demi waktu yang ia habiskan untuk menunggu orang asing yang selama ini kehadirannya sudah jadi kebiasaan baginya, “doain aja yang terbaik,hehe. Masih bingung soalnya. Mau dipaksain takut salah”

. .

Kang Minhyuk sedari tadi hanya tersenyum jenaka melihat sosok disampingnya yang tak henti-henti bolak-balik memandangi foto Seungwoo yang tadi pagi dikirim lewat WhatsApp.

“Bucin banget sih”. “Gemes bang” “Udah sampe mana?” “Disini sini aja bang. Seungwoo agak alot soalnya”

Minhyuk mendengus geli,“udah sayang sayangan gitu gamau lanjut ke jenjang lebih jauh?”

“Mau bang. Tapi dianya mau ga?” “Udah sayang sayangan gitu masa gamau?” “Ya dia gak keliatan kasih respon berlebih sih bang. Jadi agak bingung juga deketinnya gimana”

Lalu tertawa canggung.

Kang Minhyuk merangkul pundak Seungyoun, “Seungwoo itu emang cupu. Ga pernah pacaran , dia pasti pasif. Tapi ya informasi aja, Seungwoo ga sembarangan bilang sayang ke orang”

Seungyoun memukul dada Minhyuk jenaka,“ah jangan bikin baper deh bang”

“Eh dibilangin juga..”

. . .

Perkara pizza hut, ternyata Kookheon ga main-main ya. Setelah turun dari pesawat dan jalan dikit nahan panas , matanya langsung terpaku pada satu sosok disamping Kookheon yang lagi melambai so keren ke arahnya.

Badzingan.

Ini toh maksudnya dia harus bilang makasih sambil traktir pizza hut seminggu.

“Abang minta Seungwoo jemput?” Minhyuk menggeleng sambil tertawa,“pure buat lu. Gue gak minta siapapun jemput karena emang niat mau naik taksi langsung pulang ke rumah ga mampir mana-mana dulu”

Seungyoun tertawa sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Sialan , jantungnya berdegup kencang.

Langkah mereka terhenti tepat didepan Kookheon dan Seungwoo yang sudah menunggu.

“Eh Seungwoo? Kok disini? Jemput Abang?” Setelah pertanyaan Minhyuk itu Seungwoo dan Seungyoun sukses menunduk malu sambil tertawa kecil, “gimana Yogya?” Tanya Kookheon mencairkan suasana.

“Aman terkendali . Asik banget sih tempatnya , tapi kayaknya bagi Seungyoun kurang asik. Ga ada anjing putih”

Dan semuanya tertawa.

“Udah yuk kita pulang. Bang Minhyuk ikut kita aja bang, saya antar sampai tujuan”

“Ga enak ah, kalian bertiga aja. Eh Kookheon siap-siap jadi supir pribadi aja ya”

“Udah resiko sejak awal bang”.

...

Keempatnya berjalan menuju parkiran, Seungwoo dan Seungyoun berjalan dibelakang Kookheon dan Minhyuk yang asyik berbincang,

“Sengaja jemput?”

“Iya. Diajak Kookheon , mumpung free”

“Makasih ya”.

Seungwoo membenarkan letak maskernya, tapi bisa Seungyoun lihat semburat merah disana. Apalagi ditelinganya. Gemes banget sih heran.

“Seungyoun..”

“Ya?”

“Bakpianya gak kelupaan kan?”

Seungyoun menatap Seungwoo lalu tertawa sambil merangkul pundaknya gemas, “lucu banget sih kamu”

You are like nobody since I love you. Let me spread you out among yellow garlands. Who writes your name in letters of smoke among the stars of the south? Oh let me remember you as you were before you existed.

이동욱 X 한승우 댚승

Dongwook bersumpah bahwa Tuhan tidak bercanda saat menciptakan Seungwoo. Rahang tegas , kulit seputih susu, dada bidang , perut kotak-kotak , tangan panjang nan lentik , parasnya yang tampan dan manis diterpa sinar rembulan malam ini, dan suaranya yang merdu. Lee Dongwook ingin kembali ke masa mudanya. Atau ia harus berharap dikehidupannya yang selanjutnya ia bertemu kembali dengan titisan Afrodit ini.

Tangan Dongwook sibuk menjamah tiap inchi tubuh Seungwoo yang kini sibuk menggelinjang. Dadanya membusung dengan kaki bergerak gelisah. Tangan kirinya sibuk memanjakan penis Seungwoo. Seungwoo mendesah putus-putus, tangannya meremas sprei dibawahnya, mulutnya terbuka mengais udara. Paru-parunya dirasa payah memasok udara.

Dongwook merendahkan dirinya, memagut bibir merah delima Seungwoo lalu ketiga jarinya menerobos anal yang lebih muda. Seungwoo menjerit kepayahan. Wajahnya memerah sempurna hingga ke leher. Stimulus yang ia dapatkan benar-benar luar biasa.

“Is It hurt?”

Seungwoo mengangguk serampangan, dadanya membusung lagi kala sesuatu didalam sana dikoyak oleh yang lebih tua.

“did i hurt you?”

Seungwoo menggeleng lemah, “dㅡdeeper.. ahhh Tuan”

Dongwook menyeringai, kembali dikecupnya bibir merah delima itu lalu tangannya kini sibuk bergerak didalam Seungwoo. Seungwoo tidak tahu bahwa rasanya akan nikmat bercampur perih begini. Rasanya asing tapi Seungwoo ingin mendapatkan yang lebih.

“bite me if it hurts, baby”

Dan dengan perlahan penis Dongwook merengsek masuk kedalam tubuh Seungwoo. Seungwoo memeluk erat tubuh Dongwook diatasnya. Desahannya kian mengeras , air matanya tidak terbendung , sakit. Rasanya luar biasa sakit karena ini yang pertama baginya. Ini rasa asing yang bahkan tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Dongwook membiarkan Seungwoo menyesuaikan diri dengan penisnya. Diciumnya lembut dan diremasnya sensual pantat sintal nan putih itu, “can I?”

Dan setelah anggukan kecil itu, Dongwook memajukan mundurkan pinggangnya pelan.

“Ahㅡ Tuan...”

Maju mundur , pijat , remas , semuanya membuat kepala Seungwoo pusing. Rasa nikmat ini tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Digagahi oleh orang yang notabenenya sebaya dengan ayahnya tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Seungwoo kini tengah menungging , kedua tangannya ditarik ke belakang, hujamannya kian dalam dan kasar. Seungwoo suka. Dongwook bisa membuatnya merasa nyaman, dia memang sedang dilecehkan, tapi tidak merasa direndahkan.

Lee Dongwook treat him so well.

Dia memperlakukan Seungwoo hati-hati. Seungwoo terlena . Terbuai akan sentuhan dan hujaman yang ia terima.

Pantat itu ditampar berkali-kali, penisnya yang menggantung diremas dengan intens. Seungwoo tidak bisa menahannya lebih lama.

Tubuh Seungwoo putih pucat. Tamparan Dongwook tercetak jelas disana. Dongwook menatap mahakaryanya puas. Dihujamnya lebih dalam dan cepat , membuat tubuh Seungwoo terhentak-hentak.

Desahan Seungwoo bagai nyanyian surga.

“T-tuan... Aku ahh aku...”

“Bersama baby. I'm close”

Dongwook mempercepat temponya lagi menimbulkan suara dari kegiatan mereka semakin menggema disegala penjuru ruangan. Penisnya berkedut panas didalam anal Seungwoo. Seungwoo mendongak , melolong panjang kala ia mendapatkan klimaksnya. Spermanya mengotori sprei dan tangan Dongwook. Tak lama setelah geraman itu terdengar, Seungwoo bergidik merinding. Sesuatu yang panas menyembur kedalam tubuhnya. Seungwoo bergetar kecil pasca klimaks lalu ambruk. Membiarkan tubuhnya telungkup pasrah dibawah dominasi Dongwook.

Lee Dongwook mencabut penisnya lalu beralih berbaring disamping Seungwoo yang terengah.

Ditatapnya pemuda berparas tampan dan manis itu lamat, diusapnya pipi putihnya, “terimakasih telah mempercayaiku”

Dan Seungwoo tersenyum karena itu.

[Fin]

You are the oneI am lit for.

Come with your rodthat twistsand is a serpent.

—from Poem Hunter

....

Seungwoo masih dengan tangisannya. Perlahan tangisannya mereda. Bahunya naik turun karena kelelahan. Wajahnya benar-benar basah , bahu prianya juga. Seungwoo tak enak hati jadinya. Ia mengangkat kepalanya perlahan , diusapnya hidung dan matanya yang basah dan merah. Rambutnya lepek menutupi separuh dirinya, Dongwook mengusap air mata di wajah indah pemudanya.

Membenarkan letak poni didahinya , mengelus pipinya dan mengecup jemari lentiknya dengan sayang, “aku tak akan memaksamu untuk bercerita. Tapi jika dengan menangis kau akan merasa lega, menangislah”

“S-sudah cukup Tuan . Terimakasih untuk memberikan pelukan”

“Mau cerita?”

....

Malam itu, satu jam berlalu hanya dengan tangisan dan cerita pilu tentang kehidupan Seungwoo. Keduanya berbaring berpelukan dibawah sinar rembulan , Seungwoo dengan segala pahitnya kenyataan , bertemu dengan pria matang yang bersedia mendengarkan keluh kesahnya.

“Aㅡaku merasa buruk. Maafkan aku tuan, tolong jangan salahkan Seungyoun atas ini. Ini semua salahku. Jangan marah padanya, Tuan”

Dongwook tersenyum lalu mencium bibir Seungwoo lembut. Lembut sekali , rasa ciumannya jadi manis. Seungwoo menggenggam tangan Dongwook, lidahnya senantiasa mengikuti alur permainan Dongwook diatasnya, tak lama ciuman itu terlepas. Dongwook menatap wajah Seungwoo dibawahnya dengan teduh, diusapnya dahi Seungwoo lalu dikecupnya sekali lagi ranum merah itu,“kau tahu? Kau adalah kakak terhebat yang aku kenal. Adikmu pasti bahagia memilikimu. Aku tahu caramu memang salah, tapi hatimu. Hatimu bersih, anak muda. Kau adalah pribadi yang kuat dan tangguh yang aku kenal. Berjanjilah untuk selalu bahagia apapun masalah yang menimpamu. Kau tahu, kau sempurna. Kau anugerah. Jangan pernah menyerah atas kenyataan, percayalah suatu saat nanti, kau akan bahagia. Kau mau kan percaya pada perkataan ku?”

Seungwoo menatap Dongwook dengan tatapan memuja. Tuhan benar-benar tidak bercanda saat menciptakannya. Semuanya sempurna. Rahang tegas , bulu mata lentik, hidung mancung , paras rupawan , tubuh yang atletis dan hati yang hangat.

Seungwoo tidak menyesal melepaskan harga dirinya pada orang diatasnya.

“Tuan, aku ingin membalas kebaikanmu..”

Dongwook menaruh telunjuknya didepan bibir Seungwoo,“sudah cukup untuk malam ini. Istirahatlah. Aku takkan menuntut Seungyoun apapun itu alasannya. Aku tak ingin menyakitimu”

Seungwoo mengusap rahang tegas Dongwook,“bimbing aku Tuan.. aku mohon. Bimbing aku”

“Seungwoo.. akan brengsek rasanya jika aku menidurimu malam ini setelah aku mendengar ceritamu”

“Dan aku jauh lebih brengsek karena memakan uangmu tanpa melakukan pekerjaanku. Kumohon Tuan, kenalkan aku pada surga dunia itu.. bimbing aku”

Seungwoo menatap netra Dongwook yang setenang lautan itu. Dongwook tersenyum tampan, dikecupnya dahi Seungwoo, “kau yakin?”

“Aku yakin. Lakukan, lakukan itu padaku, Tuan. Aku milikmu”

Dan kecupan lembut kembali menyapanya.

“The first time we made love I realized why I never prayed. One human can only sayOh God so many times.”

—from After the Witch Hunt

....

Han Seungwoo pernah menonton video porno. Pernah. Tapi ia tak pernah membayangkan bahwa ia akan melakukan hal-hal yang ia lihat disana sekarang.

Tangannya yang terikat tak bisa melakukan apapun. Wajahnya sudah didepan selangkangan pria didepannya, entah kenapa rasanya sesak. Ini adalah keinginannya , tapi melakukannya sangatlah berat. Seungwoo memejamkan matanya erat kala tangan itu beralih mengeluarkan penis dari sangkarnya. Ukurannya yang agak besar dan setengah tegak menantang itu tak sengaja menampar wajah Seungwoo yang berlutut didepannya. Seungwoo menutup matanya kian erat. Aroma khas dari kesejatian itu menguat , tapi ini asing baginya.

Seungwoo gemetar. Matanya sayu menatap penis besar didepannya. Perlahan-lahan ia membuka mulutnya , memasukkan benda itu kedalam mulutnya.

Asing. Rasanya terlalu asing dan aneh. Seungwoo mencoba membiasakan dirinya tapi tak bisa. Ia amatiran. Dan sekarang ia benar-benar ketakutan. Ia takut pria didepannya tidak puas dan meminta ganti rugi pada Seungyoun.

Seungwoo sesekali tersedak dan terbatuk. Permainannya acak-acak, air mata sesekali mengalir dari kedua netranya. Rasanya benar-benar asing.

Dongwook menatap Seungwoo iba. Nafsunya menguap entah kemana. Ia menatap sendu pemuda dibawahnya. Ia terlihat susah payah memuaskannya meskipun ia tak nyaman. Lagi, Seungwoo tersedak dan terbatuk. Tubuhnya sedikit bergetar, Dongwook melihatnya.

Bingung.

Apa sebenarnya alasan Seungwoo melakukan ini? Mengapa Seungyoun tega menjualnya?

Dongwook beralih membuka ikatan dasi pada tangan pemuda itu, Seungwoo melepas penis Dongwook didalam mulutnya lalu menunduk meminta maaf. Air mata itu malah semakin deras mengalir dari sana. Tubuhnya bergetar akibat tangisannya. Dan Dongwook akhirnya menyerah. Ia beralih memeluk tubuh Seungwoo yang dibimbingnya duduk di pangkuannya.

Dongwook memeluk anak itu sayang, memberinya perlindungan, menepuk punggung dan mengusap belakang rambutnya lembut, tangan Seungwoo melingkar erat diatas bahu Dongwook. Tangisannya mengencang.

Sesuatu didalam dadanya teremas sakit kala mendengar tangisan pemuda berkulit putih dipangkuannya.

Mengapa ada malaikat kecil ditempat penuh dosa ini?

Daepseung / 댚승 Staring at Lee Dongwook and Han Seungwoo

Club malam adalah tempat terbaik untuk melepas penat. Disana kau akan mendapatkan segala macam barang haram yang ingin kau cari.

Lee Dongwook dan Lee Jinhyuk setuju dengan pernyataan diatas. Club malam adalah tempat paling menyenangkan yang mereka ketahui. Hari-hari mereka monoton. Segalanya tentang pekerjaan dan uang. Uang sudah bukan masalah lagi bagi ayah-anak satu ini. Mereka tinggal tidur dirumah saja, uang sudah mengalir ke rekening mereka.

Tapi tentu uang bukan segalanya. Kebahagiaan yang mereka dapatkan dari uang tentu belum seberapa. Memiliki pasangan selalu berujung kegagalan. Ada yang cantik tapi materialistis. Ada yang memikat hati tapi sudah jadi milik orang. Itu sih dari segi Jinhyuk saja. Karena ayahnya tentu pernah punya pasangan sehidup sematinya. Meski harus berujung perceraian juga.

Lee Jinhyuk dan Lee Dongwook terkenal sebagai tamu VIP di club malam bergengsi ini. Semuanya tahu bahwa mereka bukan tamu sembarangan.

Lee Jinhyuk hanya akan minum dan meniduri satu lelaki manis langganannya , dan Lee Dongwook selalu meminta barang baru setiap harinya.

Cukup menyulitkan , tapi mengingat nominal yang club ini dapatkan dari keduanya, rasanya semuanya setimpal.

...

Bagi beberapa orang , uang adalah masalah terbesar dalam kehidupannya. Contohnya Han Seungwoo, pelayan biasa di club malam itu, harus rela bersimpuh memohon pada atasannya. Masalah finansialnya memang tak pernah usai hingga mengharuskannya bekerja ditempat seperti ini.

Tapi Cho Seungyoun adalah atasan yang baik hatinya. Seungyoun selalu rela menolong Seungwoo, memberikannya pinjaman yang digantikan dengan potong gaji bulanan.

Tapi malam ini lain. Seungwoo benar-benar membutuhkan uangnya segera.

“Woo. Kau gila?”

“Seungyoun kumohon... Aku tak punya cara lain..”

“Terima tawaranku, ambil uangnya dan akan ku potong gajimu”

“Seungyoun.. aku mohon. Aku sangat membutuhkannya, dan cara itu hanya akan membuatku merasa semakin tidak enak dan bersalah padamu. Hentikan Seungyoun, jangan perlakukan aku lain dari pelayanmu yang lain..”

“T-tapi Woo, menjual dirimu bahkan juga bukan cara yang benar!!”

“Seungyoun.. hanya ini cara satu-satunya... Kumohon. Dongpyo membutuhkan pengobatannya, operasinya harus dilakukan malam ini juga... Kumohon Seungyoun, tolong aku” Seungwoo bersimpuh didepan Seungyoun yang masih terduduk di singgasananya. Air mata tak terbendung lagi, ia menangis menggenggam tangan Seungyoun yang membuang muka tak ingin menatapnya.

“Kumohon Seungyoun...”

Seungyoun menghela nafasnya pasrah. Ia mengelus rambut Seungwoo lembut,“Aku antar menemui tamu penting malam ini. Kau tahu, beliau selalu meminta barang baru setiap kesini.. kuharap, kau baik-baik saja setelah keluar dari sana. Aku memang pendosa, tapi ku doakan segala tentangmu dan adikmu”

Seungwoo hanya pemuda biasa. Anak pertama dari tiga bersaudara. Beban anak pertama menjadi berat setelah kebangkrutan ayahnya , mengharuskannya bekerja siang malam demi keluarganya , terlebih lagi Dongpyo adiknya yang sering sakit-sakitan.

Seungwoo tengah terduduk gelisah diatas kasur empuk diruangan itu. Tamunya sebentar lagi datang, begitu kata Seungyoun. Digigitnya bibir bawahnya pelan, tangannya saling menggenggam erat, hanya ini satu-satunya cara agar Dongpyo bisa melangsungkan operasinya. Seungwoo tidak bisa menyesal juga karena ini keputusannya.

Tak lama pintu terbuka , menampilkan sosok pria berpawakan tinggi dengan dada bidang masuk kedalam kamarnya. Seungwoo refleks berdiri , menghampirinya lalu tersenyum canggung.

Pria matang itu menatap Seungwoo dari atas hingga bawah, lalu tersenyum kecil setelahnya.

“Aku tidak tahu kalau Cho Seungyoun ternyata sangat cerdas memilihmu untuk jadi temanku malam ini”

Jantung Seungwoo berdetak hebat. Ia tak tahu harus apa. Aura dikamar VIP ini mulai berat apalagi setelah pria itu mendekat ke arahnya.

Tangannya menggamit dagu Seungwoo sensual, Seungwoo yang banyak menunduk mau tak mau mendongak menatap pria didepannya. Tatapannya memuja dan mengintimidasi disaat yang bersamaan.

Seungwoo menelan ludahnya paksa , secara refleks tangannya terulur diantara dada keduanya , pinggang Seungwoo dipeluk, jarak sudah terkikis habis.

Han Seungwoo rasa , hari ini hari kematiannya.

Seungwoo tak tahu sejak kapan keduanya saling bertukar saliva , Seungwoo juga tak ingat sejak kapan tangannya mengalung dileher pria didepannya. Dongwook mempersempit jarak keduanya. Ciuman itu semakin dalam dan brutal, Seungwoo tidak bisa mengimbanginya. Hanya lenguhan yang keluar dari dirinya sedari tadi.

Ditidurkannya tubuh Seungwoo diatas kasur dengan perlahan, lelaki diatasnya memperlakukannya lembut seperti ia terbuat dari porselen mahal yang tak boleh tergores sedikitpun.

Ciumannya turun ke leher dan bahu, tangannya sibuk melucuti kancing kemeja Seungwoo, Seungwoo hanya bisa pasrah. Ia menutup matanya dan lenguhannya kian keras. Seungwoo memekik kala pria jantan diatasnya menandai bahunya, tangannya sibuk meremas tonjolan merah mudanya dan sebelah tangannya lagi sibuk mengusap kesejatiannya dibalik celana.

Seungwoo pernah menonton video porno, itu memang tidak sengaja. Tapi ia tak sangka bahwa rasanya akan sebegini tegangnya. Nikmat, tapi Seungwoo belum sepenuhnya terbiasa. Separuh jiwanya memberontak. Ia bukan manusia rendahan, tapi ia rela merendahkan dirinya malam ini.

Dongwook menatap Seungwoo dibawahnya yang terlihat kacau. Nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya memerah , beberapa titik disana terlihat ruam merah yang nantinya tetap disana hingga beberapa hari ke depan. Tubuhnya setengah telanjang karena kemejanya yang belum terlepas sempurna. Dongwook meraih kedua tangan Seungwoo mengikatnya dengan dasi dibelakang tubuh Seungwoo yang kini merengek kecil, “ahhㅡ t-tuan..”

Dongwook memeluk Seungwoo lalu mengulum telinganya sensual, “suck me, baby”